DISUSUN OLEH:
YUNITASARI EKA PUTRI( 01021381621126)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB 16 PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD atau Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan
arah pembangunan suatu daerah dalam jangka waktu 20 tahun.Dokumen RPJPD merupakan
kesepakatan/komitmen kebijakan yang mengikat namun fleksibel dalam tahapan
pelaksanaannya.RPJPD menjadi tahap dasar bagi siapapun termasuk para calon pemimpin dalam
membuat visi dan misi guna membangun suatu daerah.
Di sini terlihat bahwa analisis pada pendekatan pertama lebih bersifar umum dan tidak
mempunyai sistem penulisan tertentu. Aspek yang dibahasa meliputıi kondisi geografis,
penduduk (demografis), agama, perekonomian,embai sosial dan budaya, prasarana dan sarana
serta pemerintahan umum. PadaPIMD ian di RPIMD masing-masing bidang tersebut dibahas
potensi daerah, perkembangan pembangunan dan permasalahan yang dihadapi oleh daerah
bersangkutan Analisis tersebut didukung dengan perkembangan data-data masa lalu antara 5
sampai dengan 10 tahun untuk memperlihartkan tendensi perkembangannya
Pembahasan tentang potensi daerah ini biasanya dilakukan berdasarkarn prinsip Keuntungan
Komperatif (Comperative Advantage) dengan membandingkan indikator pembangunan yang
sama terjadi pada daerah lain. Dalam hal ini suatu daerah dikatakan mempunyai potensi dalam
suatu aspek pembangunan bilamana kondisi yang dimilikinya secara umum relatif lebih baik
(unggul) bila dibandingkan dengan kondisi rata-rata daerah lainnya Perbandingan ini sangat
penting artinya karena dalam era persaingan dewasa erara peb ersif Anali alan fom eng ekn isu
ini, suatu daera h dikatakan mempunyai potensi yang cukup besar atau unggul tidak hanya cukup
bila mempunyai potensi produksi yang besar, tetapi juga mempunyai daya saing yang cukup kuat
dibandingkan dengan rata-rata daerah lainnya Dalam hal ini penggunaan Indeks Koefisien
Lokasi (Location Quotient) sebagaimana telah dijelaskan terdahulu pada Bab 9 lazim dilakukan
untuk memperlihatkan tingkat Keuntungan Komperatif dari masing-masing sektor dan subsektor
pada daerah bersangkutan
melakukan ati bila fluktuasi data sangat besar, maka pengunaan Teknik Rata-rata Bergerak
(Moving Average) akan lebih sesuai. nalisis tentang permasalahan pembangunan daerah yang
dihadap oleh masing- ualitatif. Namun demikian, dalam melakukan perumusan masalah t cerlu
dilakukan secara hati-hati agar menjadi lebih tepat dan sesuai den masing sektor dan subsektor
biasanya hanya dilakukan secara edua, n (Strength) gan kondisi yang terjadi di lapangan.
Permasalahan yang perlu ditonjolkan adalah yang bersifat menyeluruh, sangat penting dan
mempengaruhi proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Permasalahan ini nantinya kan
dijadikan dasar dalam perumusan strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah yang
merupakan unsur penting dalam penyusunan (Threat) bih ang dibahas konomian, mum Pada
embangarn angkutan. alu antara angannya. rdasarkan RPJMD bersangkutan. Analisis dengan
pendekatan kedua lebih bersifat spesifik dengan menggunakan teknik analisis SWOT Dalam hal
ini
pembahasan ditekankan pada empat aspek utama yaitu, kekuatan (Strength), kelemahan
(Weaknesses) peluang (Opportunities), dan ancaman (Threat) yang dialamıi dan terdapat pada
daerah bersangkutan. Keuntungan penggunaan teknik SWOT ini adalah untuk dapat membuat
analisis kondisi umum daerah menjadi lebih tajam dan dengan a daerah am suatu m relatif
lainnya dewasa pembangunan. Setelah itu dilakukan pula analisis faktor strategis baik yang
bersifat internal (IFAS) dan eksternal (EFAS) sepertı terlihat pada Bab 12 Analisis SWOT
tersebut selanjutnya dapat pula dijadikan sebagai dasar utama am perumusan strategi
pembangunan daerah yang akan digunakan dalam formulasi RPJMD tersebut. Dalam hal ini
strategi dapat dirumuskan melalui penggunaan Matrix SWOT Di sini terlihat bahwa, dengan
menggunakan teknik analisis SWOT, maka strategi yang dapat dirumuskan benar-benar disusun
berdasarkan kondisi yang terdapat pada daerah bersangkutan dan bukan meniru strategi yang
digunakan oleh daerah lainnya atau keinginan dari pimpinan daerah bersangkutan yang
cenderung subjektif dan syarat unggul api juga daerah uotient) untuk sektor dengan aspek politis.
Dalam upaya mencapai sasaran pembangunan ekonomi di tahun 2008, penetapan Kerangka
Ekonomi Makro dan Pokok- Pokok Kebijakan Fiskal 2008 dipengaruhi oleh berbagai variabel
antara lain yaitu kondisi perekonomian baik itu domestik, regional maupun ekonomi global di
tahun 2006 dan kondisi di tahun 2007. Antisipasi terhadap kemungkinan potensi-potensi
tantangan yang akan dihadapi perekonomian Indonesia di tahun 2008 juga menjadi variabel
penting dalam menentukan langkah apa yang akan ditempuh pemerintah.
Sebagai modal bagi perekonomian 2008 untuk melangkah menuju sasarannya, dalam review
perekonomian 2006 dan proyeksi tahun 2007, indikator perekonomian 2006-2007
memperlihatkan trend peningkatan yang ditandai antara lain yaitu
Pertumbuhan PDB kuartal I 2007 yang mencapai 6,0% yaitu lebih tinggi dari
pertumbuhan kuartal I tahun 2006. Peningkatan tersebut didukung oleh meningkatnya
konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor,
Realisasi investasi meningkat sejak kuartal 3 tahun 2006 dan tumbuh 60,24% untuk
PMDN serta tumbuh 14, 96% untuk PMA,
Inflasi terkendali dimana sampai dengan kuartal I mencapai 1,91 persen sementara itu di
bulan April mencapai 1,76 persen. Penurunan ini terkait dengan harga beras yang mulai
menurun,
Nilai tukar rupiah stabil dan menguat dikisaran Rp9.000/USD,
BI rate turun menjadi 8,75% pada bulan Mei dan cadangan devisa RI mencapai angka
tertinggi sebesar USD 50,3 miliar
.
Sementara itu, perekonomian Indonesia di tahun 2008 diprediksi akan menemui beberapa
tantangan baik dari kondisi global/regional maupun kondisi dalam negeri sendiri. Tantangan
tersebut antara lain yaitu perlambatan ekonomi regional maupun global, ketidakpastian harga
minyak dan komoditi internasional serta ketidakstabilan pasar uang global. Dari dalam negeri,
Indonesia menghadapi tantangan untuk dapat mengimplementasikan pembangunan infrastruktur
dan memperbaiki iklim investasi untuk menarik modal ke dalam negeri.
Dengan berbagai kondisi di atas, sasaran pembangunan ekonomi 2008 akan diejawantahkan
pemerintah ke dalam tolak ukur pencapaian yaitu sasaran sasaran makro ekonomi dan sasaran
sektoral pemerintah 2008 (seperti terlihat pada gambar di atas). Indikator makro 2008 yang akan
diupayakan yaitu antara lain pertumbuhan ekonomi tahun 2008 diproyeksikan berkisar pada
angka 6,6% s/d 7,0% dan indikator ekonomi lainnya diharapkan dalam keadaan stabil,
sedangkan sasaran sektoral antar lain yaitu pengangguran pada tahun 2008 diperkirakan dapat
ditekan menjadi 8,0%-9,0% dan jumlah tingkat kemiskinan turun menjadi sekitar 15%-16,8%.
Secara lengkap indikator dan sasaran ekonomi makro 2008 dapat dilihat pada tabel berikut :
Untuk mendukung upaya pencapaian sasaran indikator makro, dibutuhkan kebijakan, baik
fiskal oleh pemerintah maupun moneter oleh BI.Kedua kebijakan tersebut harus dikoordinasikan
dan diharmonisasikan secara maksimal.Hal ini sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi
makro terutama dalam menjaga indikator ekonomi inflasi, suku bunga dan nilai tukar
rupiah.Sementara itu, kebijakan desentralisasi fiskal juga merupakan hal vital dalam mendukung
pertumbuhan. Keserasian peraturan pusat dan daerah serta peningkatan pengelolaan APBD akan
merangsang investasi untuk masuk ke daerah yang pada saatnya akan mendukung pertumbuhan
secara agregat.
Berkenaan dengan dasar aturan yang menjadi pedoman dalam penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan, serta visi, misi, tujuan dan sarana yang telah disampaikan oleh
Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada saat kampanye, maka visi pembangunan yang ditetapkan
selama kurun waktu 2016 – 2021 yaitu :
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, ditetapkan 5 (Lima) misi pembangunan Kabupaten
2016- 2021 sebagai berikut :