Anda di halaman 1dari 30

Case Report

PNEUMONIA

Penyaji :
Borni Isnandini, S.ked
Pembimbing:
dr. Aspri Sulanto, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG 2019
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIS STASE ILMU ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG

Rumah sakit : RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Nama Mahasiswa : Borni Isnandini

NIM : 17360041

Preseptor : dr Aspri Sulanto, Sp.A


Identitas pasien :
No. RM : 106785
Nama : an. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 10-Agustus-2014
Umur : 4 tahun
Alamat : Jl. Nangka Blok O no. 19 Bandarlampung
Anak ke :1
Masuk Rumah Sakit : 26 Januari 2019 pukul 17.00 WIB
Keluar Rumah Sakit : 30 Januari 2019
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah
Nama : Tn. M
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Nangka Blok O no. 19 Bandarlampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Tidak diketahui
Ibu
Nama : Ny. I
Umur : 32 tahun
Alamat : Jl. Nangka Blok O no. 19 Bandarlampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Tidak diketahui
Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Anamnesis
Anamnesis didapatkan dari auto dan alloanamnesis. Aloanamnesis
dilakukan terhadap ibu pasien pada tanggal 30 Januari 2019 pukul 11.00 WIB

Keluhan Utama
Batuk berdarah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


OS dibawa ke IGD RSPBA dengan keluhan batuk berdarah. Batuk berdarah
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Menurut orangtuanya, batuk berdarah dialami OS
sebanyak 3 kali. Darah berwarna merah segar sebanyak ±30cc. 2 hari sebelum OS
batuk berdarah, OS juga mengeluh batuk dan pilek. Batuk muncul tidak dipengaruhi
oleh waktu, berdahak namun dahak sulit untuk dikeluarkan. Pasien sering muntah
ketika pasien batuk bertambah hebat. Biasanya yang pasien muntahkan sesuai
dengan apa yang dimakan/minum sebelumnya. Batuk disertai dengan sesak nafas.
Sesak tidak dipengaruhi posisi tidur pasien.
Selain itu pasien juga demam 2 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Demam
muncul bertahap, semakin hari badan anak dirasakan semakin panas, tanpa disertai
kejang, menggigil, penurunan kesadaran, serta mengigau. Pasien juga mengalami
penurunan nafsu makan. Kejang ketika demam (-). BAB dan BAK normal.
Pasien tinggal dirumah bersama orang tua. Pasien tinggal pada lokasi yang tidak
berdekatan pada sumber polusi atau sebagainnya. Namun dirumah biasanya ayah
pasien merokok di dalam rumah dan sering mengganggu pasien.

Riwayat Penyakit Terlebih Dahulu


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam Berdarah - Kejang - Darah -

Demam Thypoid - Kecelakaan - Radang paru -

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Riwayat Pengobatan
1. Belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
2. Belum pernah pengobatan jangka panjang.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


KEHAMILAN Morbiditas kehamilan (-)

Perawatan antenatal periksa ke Nakes 1 kali/ bulan

KELAHIRAN Tempat kelahiran Klinik

Penolong persalinan Bidan


Cara persalinan Partus Normal

Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)

Keadaan bayi Berat lahir 3000 gram


Panjang badan 52 cm
Langsung menangis
Kulit kemerahan
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan gigi pertama : 12 bulan
Motorik Kasar Bicara

Mengangkat kepala : 2 bulan Mengoceh : 3 bulan

Tengkurap : 3 bulan Mengucap 1 kata : 12 bulan

Duduk : 6 bulan Menyusun kalimat : 15 bulan

Berdiri : 9 bulan

Berjalan : 11 bulan

Motorik Halus Sosial

Memegang benda : 4 bulan Mengenal orang : 3 bulan


lain
Memindah benda : 6 bulan : 5 bulan
Bermain tepuk
tangan

Kesimpulan : Tumbuh kembang sesuai usia.


RIWAYAT NUTRISI

Umur (bulan) ASI Susu Formula Bubur Bayi Nasi Tim

0–2 √

2–4 √

4–6 √

6–7 √ √ √ √

Kesan: Kebutuhan gizi pasien terpenuhi dengan baik.

RIWAYAT IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan

Imunisasi
Waktu Pemberian
Bulan (Booster)
Tahun

0 1 2 3 4 5 6 9 15 18 5 10 12

BCG I

Polio I II III IV

Hepatitis B I II III

Hib I II III

DPT I II III

Campak I

Kesan: Imunisasi dasar lengkap, namun booster belum dilakukan, imunisasi


tambahan (non-PPI) belum dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 30 Januari 2019 pukul 11.00 WIB
Antropometri
1. Berat badan : 26 kg
2. Tinggi Badan : 115 cm

Tanda Vital
1. Nadi : 104x/menit
2. Frekuensi napas : 44x/menit
3. Suhu aksilar : 39,5 °C

Keadaan Umum
1. Kesan sakit : Sakit sedang
2. Kesadaran : CM
3. Status gizi :
Rumus Behrman
BB ideal : (umur dalam tahun x 7)-5:2 =
(4x7)-5:2= 28-5:2 = 11,5
Status gizi : BB sekarang/BB ideal x 100% =
26:11,5x100%= 226%
Obesitas
STATUS GENERALIS
Kepala
1. Bentuk : Normocephal
2. Rambut : Hitam dan tidak rontok, ubun-ubun menutup
3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelra ikterik (-/-)
4. Hidung :Konka hiperemis (-/-),keluar sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
5. Telinga : Keluar sekret (-/-)
6. Mulut : Pharynk hiperemis (-), bibir anemis (-/-), bibir sianosis (-/-)
Leher
1. Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
2. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
1. Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
2. Palpasi : Vocal fremitus kiri dan kanan sama
3. Perkusi : Redup dikedua lapang paru, batas paru-hepar ICS 5
4. Auskultasi : Bunyi napas vesicular (+/+), wheezing (-/-) , ronkhi (+/+)
Jantung
1. Inspeksi : tidak tampak pulsasi Ictus cordis
2. Palpasi : Massa(-)
3. Perkusi : Jantung dalam batas normal
4. Aukultasi : Bunyi jantung 1&2 murni, tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
1. Inspeksi : Dinding perut simetris, distensi (-), massa (-), bekas operasi (-)
2. Auskultasi : Bising usus (+), 8 x/menit
3. Palpasi :
Epigastrium : Nyeri tekan (-)
Hati : Tidak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
Ginjal : Balotement (-), nyeri ketok (-)
4. Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Extremitas
1. Superior : Akral hangat, RCT<2 detik, edema (-), sianosis (-), kekuatan
motorik : 5 / 5, sensibilitas : normal, refleks fisiologis : normal, refleks
patologis : negatif
2. Inferior : Akral hangat, RCT<2 detik, edema (-), sianosis (-), kekuatan
motorik : 5 / 5, sensibilitas : normal, refleks fisiologis : normal, refleks
patologis : negatif
Laboratorium
Hematologi : Tanggal 26 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Keterangan
Hemoglobin 12.6 11,5-18 Gr/dl
Leukosit 11.900 4-10,4 Ul
Eritrosit 4,5 4-6,2 10ˆ6/ul
Hematokrit 34 35 – 55 %
Trombosit 336.000 150rb-400 Ul
MCV 76 80-96 Fl
MCH 28 27-31 Pg
MCHC 37 35 Gr/dl
Hit.Jenis
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 0-3 %
Batang 1 0-5 %
Segmen 65 50-80 %
Limfosit 30 2-10 %
Monosit 4 0-1 %

Resume
OS dibawa ke IGD RSPBA dengan keluhan batuk berdarah. Batuk berdarah
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Batuk berdarah dialami OS sebanyak 3 kali, berwarna
merah segar sebanyak ±30cc. 2 hari sebelum OS batuk berdarah, OS juga mengeluh
batuk dan pilek. Batuk disertai sesak nafas. Selain itu keluhan OS disertai demam
sejak 2 hari SMRS. Ayah OS merokok.

Pemeriksaan
1. Nadi : 104x/menit
2. Frekuensi napas : 44x/menit
3. Suhu aksilar : 39,5 °C
Thoraks: Ronkhi (+/+)
DIAGNOSIS
Pneumonia + hemoptisis

Diagnosis banding
1. TB paru

Diagnosis kerja
Pneumonia + hemoptysis

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
2. BNO

Penatalaksanaan
Medikamentosa
1. IVFD RL 10 tpm
2. Paracetamol syrup 3xII cth
3. Ondancentron ampul 2xI
4. Omeprazole 1x1/2
5. Sucralfat syrup 3xI C
6. Ambroxol syrup 3xI cth
7. Ceftriaxone vial 1xI
8. Asam Traneksamat ¼ ampul (ekstra)

Non Medikamentosa
- Menjaga agar anak tidak terpapar dengan asap rokok atau polutan udara lainnya
- Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup.
- Menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan gizi pasien, karena pasien berada
dalam kondisi gizi kurang
- Menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter
- Memantau kondisi anak, bila dalam 3 hari tidak mengalami perbaikan
diharuskan untuk memeriksakan anak kembali
Prognosa
1. Ad vitam : bonam
2. Ad functionam : bonam
3. Ad sanationam : bonam

Follow up

Tgl S O A P
26-01-2019 -Demam(+) KU/KS: TSS, kes: CM hemoptisis IVFD RL 10
tpm/Makro,
CM, T: 39,1, -batuk (+) Kepala: normocephali
paracetamol
nadi -Sesak (-) Mata:RC L/TL +/+ syrup
3xIIcth,
:100kali/menit -Muntah (+) cekung(-/-),CA(-/-)
ondancentro
, RR: 24 - batuk Hidung: normosepta n 2xI,
omeprazole
kali/menit. berdarah (-) secret -/-, septum deviasi
2x1/2,
Mulut:,hiperemis(-),bibir sucralfat, 3xI
C, ambroxol
kering(-), mukosa lembab
3xI cth
(+)
Leher: KGB dan tiroid:
ttm, kaku kuduk (-)
Thorax: C/ BJI-II reg, m(-
),g(-)
P/ SNV+/+,rh-/-,wh+/+
Abdomen:supel, BU(+)
8x/menit,turgor baik
Ekstremitas: CRT< 2”
27-01-2019 - Demam(-) KU/KS: TSS, kes: CM hemoptisis IVFD RL 10
tpm/Makro,
CM, T: 37,5, -batuk (+) Kepala: normocephali
paracetamol
nadi :100 -Sesak (-) Mata:RC L/TL +/+ syrup
3xIIcth,
kali/menit, -Muntah (+) cekung(-/-),CA(-/-)
ondancentro
RR: - batuk Hidung: normosepta n 2xI,
omeprazole
24kali/menit. berdarah (-) secret -/-, septum deviasi
2x1/2,
sucralfat, 3xI
Mulut:,hiperemis(-),bibir C, ambroxol
3xI cth
kering(-), mukosa lembab
(+) - Rontgen
thoraks
Leher: KGB dan tiroid:
- BNO
ttm, kaku kuduk (-)
Thorax: C/ BJI-II reg, m(-
),g(-)
P/ SNV+/+,rh-/-,wh+/+
Abdomen:supel, BU(+)
8x/menit,turgor baik
Ekstremitas: CRT< 2”
28-01-2019 - Demam(-) KU/KS: TSS, kes: CM Pneumonia IVFD RL 10
tpm/Makro,
N:98x/m, -batuk (+) Kepala: normocephali +
paracetamol
T:36,8 ºC -Sesak (-) Mata:RC L/TL +/+ hemoptisis syrup
3xIIcth,
RR:22x /m -Muntah (-) cekung(-/-),CA(-/-)
ondancentro
- batuk Hidung:secret -/-, septum n 2xI,
omeprazole
berdarah (-) deviasi
2x1/2,
- nafsu bibir kering(+), mukosa sucralfat, 3xI
C, ambroxol
makan lembab (+)
3xI cth,
menurun Leher: KGB dan tiroid: Ceftriaxone
1x1 gr
ttm, kaku kuduk (-)
Thorax: C/ BJI-II reg, m(-
),g(-)
P/ SNV+/+,rh-/-,wh-/-
Abdomen:supel, BU(+)
8x/menit,turgor baik
Ekstremitas: CRT< 2”
29-01-2019 - Demam(-) KU/KS: TSS, kes: CM Pneumonia IVFD RL 10
tpm/Makro,
N:92x/m, -batuk (-) Kepala: normocephali +
paracetamol
T:36,3 ºC -Sesak (-) Mata:RC L/TL +/+ hemoptisis syrup
3xIIcth,
RR:22x /m -Muntah (+) cekung(-/-),CA(-/-)
ondancentro
- batuk Hidung:secret -/-, septum n 2xI,
omeprazole
berdarah (-) deviasi
2x1/2,
sucralfat 3xI
bibir kering(+), mukosa C, ambroxol
3xI cth
lembab (+)
Leher: KGB dan tiroid: -
ttm, kaku kuduk (-)
Thorax: C/ BJI-II reg, m(-
),g(-)
P/ SNV+/+,rh-/-,wh-/-
Abdomen:supel, BU(+)
8x/menit,turgor baik
Ekstremitas: CRT< 2”
30-01-2019 Demam(-) KU/KS: TSS, kes: CM Pneumonia Pasien boleh
pulang
N:84x/m, -batuk (+) Kepala: normocephali +
- Paracetam
T:36,5 ºC -Sesak (-) Mata:RC L/TL +/+ hemoptisis ol syrup
3xII cth
RR:24x /m -Muntah (-) cekung(-/-),CA(-/-)
kp
- batuk Hidung:secret -/-, septum - Ambrokxo
l 3xI cth
berdarah (-) deviasi
- Sucralfat
- nafsu bibir kering(+), mukosa syrup 3xI
C
makan mulai lembab (+)
membaik Leher: KGB dan tiroid:
ttm, kaku kuduk (-)
Thorax: C/ BJI-II reg, m(-
),g(-)
P/ SNV+/+,rh-/-,wh-/-
Abdomen:supel, BU(+)
8x/menit,turgor baik
Ekstremitas: CRT< 2”
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Radang pada paru dengan konsolidasi. pneumonia pada manusia

paling seringdigolongkan menurutorganisme penyebabnya (seperti amebic p.,

bacterial p., interstitial plasma cell p., bronchial p., dan lobar p.) (dorland)

Secara umum pneumonia diartikan sebagai peradagan parenkim

paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jaur, parasit,

namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun

karenapaparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, alergi, kimiawi)

sering disebub sebagai pneumonitis. (Djojodibroto, 2014)

B. EPIDEMIOLOGI & ETIOLOGI

Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia < 5 tahun di seluruh

dunia, terutama di negara berkembang (IDAI, 2014).


Bakteri adalah penyebab utama di negara berkembang, yaitu:

 Streptococcus pneumoniae (30−50%)

 Haemophilus influenzae type b (Hib)

 Staphylococcus aureus

 Klebsiella pneumoniae

Virus merupakan penyebab utama di negara maju, yaitu:

 RSV → 15–40% Virus

 Influenza A dan B

 Parainfluenza Human metapneumovirus

 Adenovirus

Di negara industri, epidemi RSV dan atau influenza koinsidensi dengan

epidemi S. pneumoniae. Di negara berkembang, infeksi virus sering disertai

infeksi sekunder. (IDAI, 2014)

Usia merupakan prediktor yang baik untuk memperkirakan patogen penyebab

pneumonia . Virus → penyebab utama pneumonia pada anak usia lebih muda

(<2 th) Bakteri → penyebab sebagian besar pneumonia pada anak besar.

Faktor risiko pneumonia pada anak meliputi malnutrisi, berat badan lahir

rendah (BBLR), tidak mendapat ASI eksklusif, tidak mendapat imunisasi

campak, polusi udara dalam rumah, dan kepadatan hunian. (IDA,2014)


C. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi berdasarkan derajat keparahan dan

penyebab pneumumonia, anatomi, gejala klinik, ataupun lingkungan. Berikut

penjelasan tentang klasifikasi pneumonia:

1. Klasifikasi Menurut Derajat Keparahan

Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia

berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda

bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas,

dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit.

Dalam MTBS/IMCI, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai

penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap;

pneumonia yang berobat jalan, dan batuk: bukan pneumonia yang cukup diberi

nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis

pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap

dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan.

a. Pneumonia Ringan

Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.

Napas cepat:

o pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit

o pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit


b. Pneumonia Berat

Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut

ini:

o Kepala terangguk-angguk

o Pernapasan cuping hidung

o Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

o Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,

konsolidasi, dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:

- Napas cepat:

o Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit

o Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit

o Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

o Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

- Suara merintih (grunting) pada bayi muda

- Pada auskultasi terdengar

o Crackles (ronki)

o Suara pernapasan menurun

o Suara pernapasan bronkial


c. Pneumonia sangat berat

Dalam keadaan yang dangat berat selain dijumpai gejala diatas, dapat dijumpai :

o Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya

o Kejang, letargis atau tidak sadar

o Sianosis

o Distres pernapasan berat.

2. Klasifikasi Menurut Penyebab

a. Pneumonia Bakterial

Pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk kedalam paru

melalui inhalasi dengan gejala klinis didahului seperti gejala infeksi saluran

pernafasan akut bagian atas berupa nyeri ketika menelan, demam hingga suhu

mencapai 40C, mengigil, batuk disertai dahak yang kenatal, kadang-kadang

diserrtai pus atau darah (bloodstreak).

b. Pneumonia Pneumosistis

Merupakan penyakit akut dan oportunistik yang disebabkan oleh suatu

protoza bernama Pneumocystis carinii. protozoa ini dikenal sejak tahun 1909 dan

mulai dekade 1980an menampakkan diri lagi sebagai kuman patogen. Pneumonia

pneumosistis sering ditemukan pada bayi prematur atau malnourished

hipogammaglobulinemia.
Gejala berupa chest tightness, exercise intolerance, batuk, dan demam.

perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa

bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Pada keadaan istirahat terjadi

dispnue, takipnue, batuk nonproduktif dan tanpa demam. pada foto torak tampak

infiltrat difus interstisial pada perihilar yang biasanya bilateral. Diagnosis pasti

ditegakkan jika ditemukan P.carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berassal

dari paru.

c. Pneumonia Atipik

Pnneumonia non bakterial, yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae,

Chlamydia pittaci, Legionella pneumophila, dan Coxiella burnetti. Beberapa buku

memasukkan pnneumonia yang disebabkan viirus dalam golongan pneumonia

atipik.

Gejala klinis berupa demam antara 38,3C - 40C jika disebabkan oleh

Chlamidia trachomatis, batuk nonproduktif, sesak nafas, malaise dan mialgia. Sakit

kepala biasanya disebabkan oleh virus influenza.

3. Klasifikasi Menurut Anatomi

Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat terbatas pada segmen,

lobus, atau menebar (diffuse). jika terjadi hanya melibatkan lobulus, pneumonia

sering mengenai bronkus dan bronkiiolus sehingga sering disebut

bronkopneumonia.
4. Menurut Gejala Klinik

Menurut gejala klinik dibedakan menjadi pnneumonia klasik dan

pneumonia atipik. adanya batuk yang yang pproduuktif adalah ciri pneumonia

klasik, sedangkan pneumonia atipik mempunya ciri batuk nonproduktif.

peradangan paru pada pnneumonia atipik terjadi pada jaringan interstisial

sehinggga tidak menimbulkan eksudat.

5. Menurut Lingkungan

Menurut lingkungan kejadiannya, pneumonia dibedakan menjadi ;

community-acquired, hospital-acquired, serta pneumonia pada pasien

immunocompromised. Pembagian ini dibuat untuk memudahkan dalam

menentukan kemungkinan jenis mikroorganisme penyebabnya.

D. PATOFISIOLOGIS

Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan

respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki

saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring.

Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan

penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk.

Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen. Faktor mekanis host seperti

rambut nares, turbinasi dan arsitektur trakeobronkial yang bercabang cabang

mencegah mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor


lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah

aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme di orofaring.

Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih

memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag

membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme

bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat

ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan

memicu penglepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor

Necrosis Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke

paru paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkaan sekresi

purulen.

Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler

alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan

hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil

radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat terisinya alveolar.

Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu vasokonstriksi

hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan

menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan

perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga

berujung pada kematian.


E. DIAGNOSIS

Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis

pneumonia antara lain :

 Anamnesis

o Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas

Pada bayi, gejala tidak khas, sering kali tanpa demam

dan batuk Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala,

nyeri abdomen, sertai muntah

 Pemeriksaan Fisik

o Neonatus: sering dijumpai takipnea, grunting, pernapasan

cuping hidung, retraksi dinding dada, sianosis, dan malas

menetek Bayi yang lebih besar: jarang ditemukan

grunting. Gejala lain yang sering terlihat adalah batuk,

panas, dan iritabel

o Anak prasekolah, selain gejala di atas, dapat ditemukan

batuk produktif/nonproduktif, dan dispnea

o Anak sekolah dan remaja, gejala lainnya yang dapat

dijumpai yaitu nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi, dan

letargi

o Takipnea berdasarkan WHO:

 Usia <2 bl → ≥60×/mnt

 Usia 2–<12 bl → ≥50×/mnt


 Usia 1–5 th → ≥40×/mnt

Takipnea terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam

mendiagnosis pneumonia. Menurut WHO derajat berat pneumonia pada anak

usia 2 bl–5 th.

o Auskultasi → fine crackles (ronki basah halus) yang

khas pada anak besar, mungkin tidak ditemukan pada

bayi .

o Iritasi pleura akan menyebabkan nyeri dada; bila berat

gerakan dada tertinggal waktu inspirasi, anak berbaring

ke arah yang sakit dengan kaki fleksi Rasa nyeri dapat

menjalar ke leher, bahu, dan perut.


 Pemeriksaan Penunjang

o Laboratorium

Jumlah leukosit >15.000/µL dengan dominasi neutrofil

sering didapatkan pada pneumonia bakteri, tetapi dapat pula

karena pneumonia nonbakteri.

Diagnosis pasti pneumonia bakterial yaitu dengan isolasi

mikroorganisme dari paru, cairan pleura, atau darah.

Pengambilan spesimen dari paru sangat invasif dan tidak rutin

diindikasikan dan dilakukan.

Kultur darah hanya (+) pada 10−30% kasus

Pemeriksaan C-reactive protein perlu dipertimbangkan

pada pneumonia dengan komplikasi dan dapat bermanfaat untuk

melihat respons antibiotik

Meskipun penyebab pneumonia sulit ditentukan, tetapi

ada beberapa gejala dan tanda yang dapat dikenali secara klinis,

yaitu:

Staphylococcus aureus:

Progresivitas penyakit sangat cepat dengan gejala respiratori

sangat berat: grunting, sianosis, takipnea, dan gambaran

radiologis necrotizing pneumonia, pneumonia dengan komplikasi


(efusi pleura, empiema, piopneumotoraks), perburukan klinis dan

radiologis yang sangat cepat, atau pada keadaan pascainfeksi

campak (saat ini atau 4 mgg sebelumnya). Pada kulit penderita

dapat dijumpai bisul atau abses

Streptococcus grup A:

Penyebab tersering faringitis, tonsilitis dengan limfadenitis koli,

demam, malaise, sakit kepala, dan gejala pada abdomen. Sering

merupakan komplikasi infeksi kulit pada anak dengan varisela.

Penyakit memburuk dalam 24 jam. Sering diikuti dengan syok

septik, empiema, dan pneumatokel yang terjadi dalam beberapa

hr sampai 1 mgg sesudah pengobatan.

o Radiologis

Gambaran radiologis yang klasik dapat berupa:

Konsolidasi lobar atau segmental disertai air bronchogram,

biasanya disebabkan infeksi Pneumoccocus spp. atau bakteri lain

Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau mikoplasma;

gambaran berupa corakan bronkovaskular bertambah,

peribronchial cuffing, dan overaeration; bila berat terjadi patchy

consolidation karena atelektasis Gambaran difus bilateral,

corakan peribronkial bertambah, dan infiltrat halus sampai ke


perifer. Gambaran pneumonia karena S. aureus biasanya

menunjukkan pneumatokel.

o Pemeriksaan Mikrobiologis

Pemeriksaan biakan darah harus dilakukan pada semua

anak yang dicurigai menderita pneumonia bakteri, pneumonia

berat, pneumonia dengan komplikasi, hasil (+) hanya didapatkan

pada 10–30% kasus.

F. KOMPLIKASI

Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi

anak semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain.

Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi. Beberapa

komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

Pneumonia Stafilokokus.

Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis secara cepat walaupun

sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya pneumatokel atau pneumotoraks

dengan efusi pleura pada foto dada, ditemukannya kokus Gram positif yang

banyak pada sediaan apusan sputum. Adanya infeksi kulit yang disertai

pus/pustula mendukung diagnosis.

Empiema

Curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten, ditemukan tanda

klinis dan gambaran foto dada yang mendukung. Bila masif terdapat tanda

pendorongan organ intratorakal. Pekak pada perkusi. Gambaran foto dada

menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada. Jika terdapat
empiema, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotik dan cairan pleura

menjadi keruh atau purulen.

G. PENATALAKSANAAN

 Pneumonia Ringan

o Anak di rawat jalan

o Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali

sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2

kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama

5 hari.

o Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk

membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat

kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau

menyusu.

 Jika pernapasannya membaik (melambat), demam

berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan

sampai seluruhnya 3 hari.

 Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak

ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati

ibu untuk kembali 2 hari lagi.

 Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah

sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.

 Pneumonia Berat

o Anak dirawat di rumah sakit


Terapi Antibiotik

o Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM

setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72

jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka

diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah

atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali

tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.

o Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat

keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan,

atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,

sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan

kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).

Terapi Oksigen

o Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat

o Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk

terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen <

90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji

coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil.

Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%.

Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna

Perawatann Penunjang

o Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya

menyebabkan distres, beri parasetamol.


o Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat

o Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat

dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara

perlahan.

o Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.

o Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan

cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan

cairan oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik

untuk meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko

pneumonia aspirasi. Jika oksigen diberikan bersamaan dengan

cairan nasogastrik, pasang keduanya pada lubang hidung yang

sama.

Pemantauan

o Anak harus diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3 jam

dan oleh dokter minimal 1 kali per hari. Jika tidak ada

komplikasi, dalam 2 hari akan tampak perbaikan klinis (bernapas

tidak cepat, tidak adanya tarikan dinding dada, bebas demam

dan anak dapat makan dan minum). (WHO, 2009)


DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.

Garna, 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. ed 5, Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran.

Djojodibroto, 2009. Respiroloogi . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai