Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

FISIOLOGI PERNAPASAN

Hanifa Adani
1102010118

Pembimbing :
dr. Mira Rellytania Sp.An

Kepaniteraan Ilmu Anestesi


RSUD Soreang
Desember 2016
SISTEM RESPIRASI

Sistem respirasi mengatur pertukaran


oksigen dan karbon dioksida di paru-paru dan
jaringan. Sistem respirasi juga membantu
regulasi keseimbangan asam basa. Secara
fungsional, sistem respirasi terdiri dari daerah
konduksi dan daerah respirasi. Daerah konduksi
terdiri dari saluran panjang yang membawa
udara keluar dan masuk paru-paru (hidung,
faring, laring, trakea, dan bronkus). Daerah
respirasi terdiri dari bronkiolus, duktus
alveolaris, dan alveoli yang melakukan
pertukaran gas.

Sistem respirasi dibagi menjadi :

 Saluran pernapasan atas


 Saluran pernapasan bawah
 Kavitas torak

ANATOMI SALURAN PERNAPASAN

Saluran Pernapasan Atas

Saluran pernapasan atas secara primer dibagi menjadi : hidung, mulut, nasofaring, orofaring,
laringofaring, dan laring. Struktur anatominya bersifat menyaring, hangat dan lembab karena berperan
sebagai tempat jalan masuknya udara. Udara masuk ke tubuh manusia melalui lubang hidung. Di
rongga hidung, ada rambut halus yang disebut fibrissae menyaring debu dan benda asing memasuki
saluran napas. Konka menghangatkan dan melembabkan udara sebelum masuk ke nasofaring.

4 sinus paranasal yang berada di tulang frontal, tulang sfenoid dan tulang maksilaris. Keempat
sinus tersebut membantu resonansi bicara. Udara masuk dari kavitas nasal, melalui choana ke
nasofaring yang terletak di belakang hidung, dan diatas tenggorok. Orofaring adalah dinding posterior
mulut yang menyambungkan nasofaring dan laringofaring. Laringofaring berjalan memanjang ke
esofagus dan laring. Laring terdiri dari pita suara dan menyambungkan faring dengan trakea. Otot dan
tulang rawan bergabung membentuk dinding laring termasuk tulang rawan kartilago yang terletak di
garis rahang.
Saluran Pernapasan Bawah

Saluran pernapasan bawah yang terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru yang dilapisi oleh
membran mukosa dengan silia. Silia secara teratur membersihkan saluran dan membawa benda asing
yang masuk kembali keatas untuk nantinya keluar ke saluran pencernaan (ditelan) atau dibatukkan.

Trakea memanjang dari tulang rawan krikoid di bagian atas sampai persimpangan (carina)
dimana trakea terbagi ke kanan dan kiri menjadi bronkus. Carina memiliki gerigi disekelilingnya dan
berada setinggi T6 atau T7. Tulang rawan berbentuk huruf C memperkuat dan melindungi trakea dari
kollaps. Bronkus utama dimulai pada carina. Cabang utama bronkus yang berjalan ke kanan memiliki
sifat lebih lebar dan pendek dibandingkan yang kiri, menyuplai udara ke paru kanan. Dan cabang
utama bronkus kiri mengantarkan udara masuk ke paru kiri. Cabang utama bronkus dibagi kepada 5
lobus bronchi (bronchi sekunder). Bersama dengan pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik,
bronkus sekunder masuk ke kavitas pleura dan paru.

Bronkus lobaris akan masuk ke lobus masing-masing sampai nanti akan bercabang lagi
menjadi bronkus segmentalis (bronchi tersier). Dari segmental, bronkus akan bercabang lagi menjadi
lebih kecil sampai berubah strukturnya menjadi bronkiolus. Setiap bronkiolus termasuk bronkiolus
terminalis dan asinus, adalah unit utama yang berperan pada pertukaran udara. Di asinus bronkiolus
terminalis bercabang lagi menjadi bronkiolus respiratorius yang lebih kecil dan nantinya menjadi
duktus alveolaris yang pada ujungnya terdapat saccus alveolaris yang dibalut oleh pembuluh darah
kapiler. Pertukaran udara terjadi di seluruh permukaan alveoli.

Bronkus terbesar mempunyai struktur kartilago, otot halus, dan sel epitel. Seiring bronkus
semakin kecil, kandungan kartilago dan otot halusnya semakin sedikit. Pada akhirnya, bronkiolus
terkecil hanyalah jaringan epitel selapis. Pada dinding alveoli, terdapat dua macam sel epitel
sederhana: sel alveolar Tipe I yang paling banyak jumlahnya, lewat sel yang bersifat tipis, datar, dan
skuamous inilah terjadi pertukaran gas. Sel alveolar tipe II, mensekresi surfaktan yaitu suatu zat yang
melapisi alveolus dan melancarkan pertukaran udara dengan cara menurunkan tekanan permukaan
alveoli.
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru sebelah kiri. Pada
paru kanan lobus – lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan lobus inferior.
Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun pada paru kiri
terdapat satu bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru kanan, yakni
disebut sebagai lingula pulmonis. Di antara lobus – lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni
fissura horizontalis dan fissura obliqua, sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri
terdapat fissura obliqua.

Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk mengembang dan
mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk mengembang dan mengempis ini di sebabkan
karena adanya surfaktan yang dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan otot pernafasan lainnya,
serta tekanan negatif yang terdapat di dalam cavum pleura.

Mekanisme Pernapasan

Saat bernapas, ada dua aktivitas yang dilakukan tubuh: inspirasi (proses aktif) dan ekspirasi (proses
pasif). Kedua aktivitas tersebut bergantung pada otot pernapasan dan perbedaan tekanan di dalam
paru. Saat respirasi normal, otot interkostal eksternus menyokong diafragma, yang merupakan otot
respirasi utama. Diafragma turun untuk memperpanjang rongga dada, sementara otot-otot interkostal
eksternal (yang terletak di sepanjang garis bawah tulang rusuk) berkontraksi untuk memperluas
diameter anteroposterior. Aktivitas paru yang telah terkoordinasi ini menyebabkan penurunan tekanan
intrapleural, sehingga tejadilah inspirasi. Naiknya diafragma dan relaksasi otot-otot interkostal
menyebabkan peningkatan tekanan intrapleural, menghasilkan proses ekspirasi.
Proses pertukaran gas yang terjadi di paru disebut sebagai respirasi eksternal dan pertukaran gas yang
terjadi di jaringan disebut sebagai respirasi seluler. Respirasi internal terjadi melalui proses difusi.
Respirasi ekstrnal terjadi melalui 3 proses: ventilasi, perfusi pulmoner, dan difusi.

Mekanisme Ventilasi

Bernapas adalah hasil dari perbedaan tekanan atmosfer dan tekanan intrapulmoner seperti yang akan
dijelaskan berikut ini.

Sebelum inspirasi, tekanan intrapumonal sama dengan tekanan atmosfer (760 mmHg). Tekanan
intrapleura adalah 756 mmHg (lebih rendah daripada tekanan atmosfer). Saat inspirasi, diafragma dan
otot intercostal eksternal berkontraksi, memperbesar rongga dada secara vertikal dan horizontal.
Sehingga tekanan intrapleura menurun dan paru dapat mengembang untuk mengisi rongga dada yang
meluas. Gradien tekanan atmosfer intra pulmoner menarik udara masuk ke paru sampai keduanya
mencapai tekanan yang sama. Saat ekspirasi normal, diafragma perlahan mengendur dan paru serta
rongga dada secara pasif kembali ke ukuran aslinya. Pada ekspirasi yang dalam atau dipaksakan,
kontraksi dari intercosta interna dan otot abdominal mengurangi volume rongga dada. Kompresi paru
dan rongga dada meningkatkan tekanan intrapulmoner diatas tekanan atmosfer.

Perfusi Pulmoner

Perfusi paru mengacu pada aliran darah dari sisi kanan jantung, melalui sirkulasi paru, dan ke sisi kiri
jantung. Perfusi membantu respirasi eksternal. Aliran darah paru yang normal memungkinkan
pertukaran gas di alveoli, tetapi banyak faktor dapat mengganggu transportasi gas ke alveoli.
Contohnya:

 Bila cardiac output kurang dari rata-rata (5L/m) maka pertukaran gas akan berkurang karena
kecepatan aliran darah berkurang.
 Peningkatan resistensi di paru dan sistemik menurunkan kecepatan aliran darah.
 Keadaan kelainan atau kurangnya hemoglobin sehingga oksigen yang diangkut lebih sedikit
mengurangi terjadinya pertukaran gas.

Gravitasi dapat memberi keuntungan terhadap transportasi oksigen dan karbon dioksida. Gravitasi
menyebabkan darah yang tidak teroksigenasi cenderung mengalir ke ke lobus paru-paru yang berada
dibawah dan medial daripada lobus atas. Hal ini menjelaskan mengapa ventilasi dan perfusi berbeda
di berbagai bagian paru-paru. Daerah di mana perfusi dan ventilasi yang sama disebut sebagai
ventilation-perfusion match; biasanya di bagian yang melakukan pertukaran gas paling efisien.

Difusi

Pada proses difusi, terjadi perpindahan molekul karbondioksida dan oksigen di alveoli dan pembuluh
darah kapiler. Arah pergerakannya selalu dari daerah yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi ke
yang lebih rendah. Dalam proses ini, oksigen bergerak melintasi alveolus dan kapiler membran, larut
dalam plasma, dan kemudian masuk ke membran sel darah merah (RBC). Karbon dioksida bergerak
pada arah yang berlawanan.
Membran epitel yang melapisi alveoli dan kapiler harus intak. Kedua epitel alveolar dan endotelium
kapiler terdiri dari satu lapisan sel. Diantara lapisan ini adalah ruang interstitial kecil yang diisi
dengan serat elastin dan kolagen. Bila terdapat penebalan di ruang interstitial dapat memperlambat
difusi. Biasanya, oksigen dan karbon dioksida bergerak dengan mudah melalui lapisan-lapisan
tersebut. Oksigen bergerak dari alveoli ke dalam aliran darah, yang nantinya dibawa oleh hemoglobin
yang berada di dalam sel darah merah. Ketika oksigen sampai di aliran darah, lalu bertukar tempat
dengan karbon dioksida (produk sampingan dari metabolisme), yang berdifusi dari sel darah merah ke
dalam darah dan kemudian ke alveoli.

Volume dan Kapasitas Paru


Ada empat volume paru yang bila dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang
mengembang (Syaifuddin, 2009).

1. Volume Tidal (VT) : merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan
disetiap pernapasan normal, jumlahnya ±500 ml.
2. Volume Cadangan Inspirasi : merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di
atas volume tidal normal, jumlahnya ±3000 ml.
3. Volume Cadangan Ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi tidal yang jumlah normalnya ±1100 ml.
4. Volume Sisa : volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat,
volume ini ±1200 ml.

Kapasitas Paru

Dalam siklus paru-paru, kombinasi dua volume atau lebih disebut kapasitas paru-paru. Jenis kapasitas
paru-paru ada empat yaitu kapasitas inspirasi, kapasitas fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total
paru (Syarifuddin, 2009).

1. Kapasitas Inspirasi : merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada
tingkat normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Fungsional : merupakan jumlah udara yang tersisa didalam paru-paru pada akhir
ekspirasi normal ±2300 ml.
3. Kapasitas Vital : merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru
setelah mengisi sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
±4600 ml.
4. Kapasitas Total Paru : volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha inspirasi
yang sebesar-besarnya ±5800 ml.

Anda mungkin juga menyukai