Anda di halaman 1dari 27

Bronkiolitis

Definisi : Suatu penyakit infeksi akut yang


menimbulkan obstruksi inflamasi pada saluran nafas
kecil (bronkiolus). Umumnya ditandai dengan sesak
nafas, mengi, dan hiperinflamasi.

Epidemiologi :
-Usia < 2 tahun, dengan puncak kejadian pada usia 6
bulan pertama, lebih sering terjadi pada laki-laki.
- Penelitian Centers for Disease Control and Prevention
pada tahun 2000-2005 menunjukkan rata-rata rawat inap
karena infeksi RSV adalah 5,2 dari 1000 anak-anak yang
berusia < 24 bulan
Etiologi dan Patogenesis :
- Paling banyak disebabkan oleh virus RSV (90%) pada
anak
- Virus lain diantaranya : human rhinovirus, human
metapneumovirus, influenza, adenovirus,
coronavirus, dan parainfluenza.
Terjadi infeksi virus pada
epitel saluran nafas

Respon Inflamasi

Mukus Edema

Peningkatan resistensi aliran


udara

V/Q mismatch hiperinflasi

Peningkatan frekuensi dan


kerja pernafasan

Kegagalan Pernafasan
Diagnosis
1. Anamnesis : didapatkan gejala berupa pilek ringan,
batuk dan demam. Satu hingga dua hari kemudia
timbul batuk yang disertai sesak nafas. Dapat juga
ditemukan wheezing, merintih, muntah setelah
batuk, rewel dan penurunan nafsu makan.
2. Pemeriksaan fisik
- demam subfebril -retraksi interkostal
- takipneu - ronki
- takikardi
- wheezing
-nafas cupping hidung
Bronkiolitis
Ringan Sedang Berat Sangat Berat
 Frekuensi  Frekuensi  Pasien resiko tinggi  Apne atau henti
respirasi respirasi di  Frekuensi respirasi napas
masih atas ambang >70x/menit  Tetap sianosis
dibawah batas  Retraksi yang nyata dengan pemberian
ambang  Retraksi  Pertukaran udara O2
batas sedang yang minimal atau  Tidak mampu
 Pertukaran  Pemanjanga jelek mempertahankan
udara masih n fase  Merintih PaO2> 50 mmHg
baik ekspirasi  Saturasi O2<94% dengan FiO2> 80%
 Tanpa dengan (untuk area setinggi  Tidak mampu
retraksi atau penurunan permukaan laut) mempertahankan
retraksi pertukaran atau < 90% (untuk PaCO2< 55 mmHg
minimal udara area setinggi 5000  Terdapat tanda-tanda
 Tidak ada kaki diatas syok
tanda-tanda permukaan laut)
dehidrasi  Terdapat dehidrasi
atau tampak toksik
3. Pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan
Penunjang
- Leukosit biasanya normal, jika terdapat peningkatan
leukosit biasanya didominasi oleh PMN sel dalam
bentuk batang.
- Pemeriksaan radiologi : pada bronkiolitis ringan
biasanya normal. Umumnya terlihat gambaran paru
yang mengembang (hyperaerated), diafragma
mendatar, sela iga melebar, emfisematik lung.
- Untuk menentukan penyebab bronkiolitis
dibutuhkan pemeriksaan aspirasi atau bilasan
nasofaring untuk kultur.
Penatalaksanaan
1. Pada bronkiolitis ringan bisa rawat jalan dan perlu
diberikan cairan perorang yang adekuat.
2. Bayi dengan bronkiolitis sedang sampai berat
harus dirawat inap dan juga penderita dengan
resiko tinggi seperti : bayi berusia kurang dari 3
bulan, prematur, kelainan jantung, kelainan
neurologi, penyakit paru kronis, defisiensi imun,
distres nafas.
3. Tujuan perawatan dirumah sakit adalah terapi
suportif, mencegah dan mengatasi komplikasi, atau
bila diperlukan pemberian antivirus.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk bronkiolitis
diantaranya :
- Pemberian Oksigen
- Posisi : setengah duduk atau dengan sudut 30 derajat
- Terapi cairan
- Bronkodilator : walaupun masih kontroversi, tetapi
pada sub-bagian respirologi IKA RSUP Sanglah diberikan
salbutamol dengan dosis 0,05-0,1 mg/kgBB/kali, setiap
6 jam.
- Kortikosteroid : deksametason dengan dosis bolus 1
mg/kgBB, diikuti dengan dosis 0,5-1mg/kgBB/hari
setiap 8 jam.
- Antibiotik : bila dicurigai adanya infeksi bakteri
diberikan ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari setiap 6 jam.
STATUS GIZI BAYI / ANAK

1. Antropometri
- Berat badan
- Tinggi badan
- Lingkar Kepala
- Lingkar Lengan Atas
- Ketebalan Lipatan Kulit
Penentuan Status Gizi menurut kriteria
Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000

Status Gizi BB/TB BB/TB WHO IMT CDC


(% median) 2006 2000

Obesitas >120 > +3 >P95


Overweight >110 > +2 hingga +3 SD P85-p95
Normal >90 +2 hingga -2 SD
Gizi Kurang 70-90 <-2 hingga -3 SD
Gizi Buruk <70 < -3 SD
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
bayi/anak
a. ASI : Untuk bayi 0-6 bulan cukup diberikan ASI saja.
Pesan gizi seimbang untuk bayi (0-6 bulan) :
- Melakukan inisiasi menyusu dini
- Berikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
b. Susu Formula : Bayi yang tidak menerima ASI
biasanya diberikan susu sapi atau susu kedelai.
c. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
- Pada usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai
zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat
dipenuhi hanya dari ASI saja.
- Pada usia 6 bulan bayi mulai diperkenalkan kepada
makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,
makanan lembik dan kemudian makanan keluarga.
- Pesan gizi seimbang untuk anak 6-24 bulan :
1). Lanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun
2). Berikan Makanan Pendamping ASI mulai usia 6
bulan
- MP-ASI memiliki macam dan bentuk, Macam MP-
ASI yaitu :
1). MP-ASI dari bahan makanan lokal yang dibuat
sendiri
2). MP-ASI pabrikan yang difortifikasi
Bentuk MP-ASI :
1). Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur,
tahu tempe dan buah yang dilumatkan/disaring,
seperti bubur susu, bubur ASI, pisang lumat halus,
pepaya lumat.
2). Makanan Lembik/dicincang yang mudah ditelan
anak seperti bubur nasi campur, nasi tim halus,
bubur kacang hijau.
3). Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk
pauk, sayur dan buah.
- Pola pemberian ASI dan MP-ASI
- Frekuensi dan jumlah MP-ASI diberikan tergantung
dari usia :
ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK DI
RUMAH SAKIT
1. Asessment (Penilaian)
- Meliputi penentuan status gizi, masalah yang
berhubungan dengan proses pemberian
makanan dan diagnosis klinis pasien.
- Penentuan status gizi menggunakan grafik
WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun
dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5
tahun.
- Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score
WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun dan persentase
berat badan ideal sesuai kriteria waterlow untuk
anak diatas 5 tahun.

Status Gizi BB/TB BB/TB WHO IMT CDC


(% median) 2006 2000
Obesitas >120 > +3 >P95
Overweight >110 > +2 hingga +3 P85-p95
SD
Normal >90 +2 hingga -2 SD
Gizi Kurang 70-90 <-2 hingga -3 SD
Gizi Buruk <70 < -3 SD
2. Penentuan Kebutuhan
- Kondisi sakit kritis (critical illness)
Kebutuhan energi = REE x faktor aktivitas x faktor
stress
- Kondisi tidak sakit kritis (non critical illness)
a. Gizi baik/Kurang
Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat
badan ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi
(height age).
Kebutuhan Kalori = BB-ideal x RDA (AKG) menurut
usia-tinggi
Kebutuhan Makronutrien pada Anak-anak (AKG/RDA)
b. Obesitas
Target pemberian kalori adalah BB-ideal x RDA(AKG)
menurut usia-tinggi. Pemberian kalori dikurangi
secara bertahap sampai mencapai target. Pada
obesitas penatalaksanaan tidak akan berhasil tanpa
disertai dengan peningkatan aktifitas fisik dan
perubahan perilaku.
3. Penentuan Cara Pemberian Makanan (Nutrisi)
- Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral
merupakan pilihan utama
- Jalur parenteral hanya digunakan apabila terdapat
kontra indikasi makan melalui saluran cerna seperti
obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran cerna
serta tidak berfungsinya saluran cerna
- Nutrisi enteral jangka pendek : pipa nasogastrik /
nasoduodenal / nasojejunal. Nutrisi enteral jangka
panjang diberikan melalui gastrotomi atau
jejunostomi.
- Nutrisi parenteral jangka pendek (<14 hari) :akses
perifer. Nutrisi parenteral jangka panjang : akses
sentral.
4. Penentuan Jenis Makanan
a. Pemberian makan melalui oral bentuk makanan
disesuaikan dengan usia dan kemampuan oromotor
pasien :
- Usia 0-6 bulan : ASI dan atau susu formula
- Usia 6 bulan-1 tahun : ASI dan atau susu formula
ditambah Makanan Pendamping
- Usia 1-2 tahun : makanan keluarga ditambah ASI
dan atau susu sapi segar
- Usia diatas 2 tahun : makanan keluarga
b. Jenis sediaan makanan untuk enteral disesuaikan dengan
fungsi gastrointestinal :
- Polimerik yang terbuat dari makronutrien intak yang
ditujukan untuk fungsi gastrointestinal yang normal.
- Oligomerik (elemental) biasanya terbuat dari glukosa
polimer, protein terhidrolisat, trigliserida rantai sedang (MCT,
medium chain triglycerida)
- Modular, terbuat dari makronutrien tunggal

c. Jenis sediaan untuk parenteral, sesuai dengan usia,


perhitungan kebutuhan dan jalur akses vena. Untuk neonatus
dan bayi beberapa asam amino seperti sistein, taurin, tirosin,
histidin merupakan asam amino khusus/kondisional, sehingga
dibutuhkan sediaan protein yang berbeda antara bayi dan
anak.
5. Pemantauan dan Evaluasi
- meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau
penerimaan makanan, dan toleransi (reaksi
simpang makanan)
- Reaksi simpang yang dapat terjadi pada
pemberian enteral antara lain adalah mual/muntah,
konstipasi dan diare
- Pada pemberian parenteral dapat terjadi reaksi
infeksi, metabolik dan mekanis.
- Pemantauan efektivitas berupa monitoring
pertumbuhan

Anda mungkin juga menyukai