Anda di halaman 1dari 28

DEMAM TIFOID

Oleh :
I.A Uttari P (0902005153)
I G A Mirah Sucita Dewi (0902005098)

Dalam Rangka Menjalani Kepaniteraan Klinik Madya


Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Singaraja
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
November 2013
Pendahuluan
• 1829: Piere Luois  Thypoid
• 1880 : Ebberrt  Bacillus typhosus
• 1884 : Gaffky  Salmonella typhi
• 1896 : Widal  metode diagnosis
• 1948 : Woodward  Kloramfenikol efektif
• 1970 - 1980 : vaksin oral & vaksin suntik (vi kapsul
polisakarida)
Pendahuluan
Demam tifoid :
• penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi
• penyakit endemis
• 800 /100.000 penduduk per tahun
• semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur
5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
perbandingan 2-3 : 1
• Makin cepat demam tifoid dapat didiagnosis makin baik
• komplikasi perdarahan, kebocoran usus (perforasi), infeksi
selaput usus (peritonitis) , renjatan, bronkopnemoni dan
kelainan di otak (ensefalopati, meningitis).
• pengenalan dini  penanganan yang cepat dan tepat
Epidemiologi
• Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang
tercemar
• Terdapat orang-orang yang mengidap kuman tapi tidak
menunjukkan gejala. Orang-orang yang kita sebut sebagai
karier ini mempunyai potensi besar sebagai sumber
penularan
• Masa inkubasi (masa sejak terpapar oleh virus sampai
timbulnya gejala pertama) berkisar antara 1-3 minggu (rata-
rata 10-14 hari)

• Kotoran penderita baik pada masa aktif maupun konvalensi


dapat menjadi sumber penularan.
Etiologi
• Salmonella typhi (Bacillus typhosus = Eberthela
typhosa) :
• Berbentuk batang, Gram negatif, aerobic,
bergerak dengan peritrichous flagella.
• Memilki antigen O, H, dan Vi.
• Membentuk dinding sel (endotoksin) yang terdiri
dari lipid dan polisakarida.
• Membentuk plasmid (transferable R factor).
Faktor Resiko
• Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
• Lingkungan yang kotor.
• Daya tahan tubuh yang rendah.
Patogenesis
• Kuman masuk  usus halus (yeyenum&ilium) menembus ddg
usus  folikel limpe usus halus  kel limfe mesenterika  sirkulasi
sistemik ke jar RES (multiplikasi)
• Stl masa inkubasi (jmlh, virulensi & resp imun)  kuman keluar dr
RES  duktus torasikus  sirkulasi sistemik
• Organ yg disukai : hati, limpa, sumsum tulang, kand empedu, Patch
of peyer’s
Gejala dan Tanda Klinis
Diawali dengan rasa tidak enak badan, nyeri yang tidak jelas,
sakit kepala dan bisa juga mimisan. Penderita juga acap
mengeluh sulit buang air besar (konstipasi).
Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi kenaikan suhu
badan yang bisa mencapai lebih dari 40°C.
Pada akhir minggu pertama, dapat dijumpai pembesaran
limpa (splenomegali)
Pada minggu kedua, suhu badan akan mengalami remisi
harian. Panas terutama meningkat pada malam hari dengan
perbedaan temperatur lebih kurang ½ sampai 2°C dibanding
pagi hari.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
• Bradikardi relatif
• Lidah tifoid
• Perkusi abdomen: timpani
• Palpasi abdomen: Nyeri tekan khususnya di fosa iliaka
• Stupor
• Bergumam
• Delirium
• Twitching otot-otot
• Karpologia
• Koma vigil
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Leukosit
Pemeriksaan Leukosit
Uji Widal
Aglutinin O, yang dibuat karena rangangan
antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagella kuman).
Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman).
Diagnosis
Diagnosa diambil berdasarkan:
• Anamnesa penyakit yang menjurus pada kemungkinan
demam tifoid
• Pemeriksaan fisik:
• Rose spot
• Splenomegali
• Pemeriksaan laboratorium:
• Leukopenia dengan limfositosis relatif
• Ditemukan nilai bermakna dari tes serologi Widal
• Pemeriksaan kultur darah dalam biakan empedu
Diagnosis Banding
• Paratifoid
• Pnemonia
• Meningitis
• Apendisitis
• Disentri
Tata Laksana
Umum :
• Isolasi penderita (untuk mencegah penularan)
• Tirah baring
• Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Makanan
sebaiknya tidak banyak mengandung serat dan
tidak merangsang (seperti pedas dan asam)
• Masukan cairan harus cukup
• Kompres hangat bila terjadi panas tinggi
Farmakoterapi
• Antibiotika
Antibiotika diberikan berdasarkan tes
sensitivitas. Antibiotika yang umumnya
dipergunakan antara lain:

• Kloramfenikol
• Ampisilin
• Tiamfenikol
• Kotrimoksasil

• Antipiretik
Umumnya yang dipergunakan adalah
parasetamol.
Pembedahan
• Pembedahan kadang diperlukan bila penggunaan obat-
obatan dan dekompresi usus gagal mengatasi perdarahan
saluran cerna yang berat. Tindakan tersebut juga dibutuhkan
bila terjadi perforasi usus.
Pencegahan
• Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
• Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik
(memenuhi syarat kesehatan)
• Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai
standar pembuatan jamban yang baik)
• Imunisasi
Komplikasi
• Gangguan metabolik
• Perdarahan saluran cerna
• Perforasi saluran cerna
• Peritonitis
• Hepatitis tifosa
• Pnemonia
• Ensefalopati tifosa
• Abses otak
• Meningitis
• Osteomielitis
• Endokarditis
• Abses pada berbagai organ
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : Putu Aldi Afandi
• Umur : 5 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Br. Kayu Putih
• Kunjungan ke Poli : 12 November 2013
(Pukul 10.30)
HETEROANAMNESIS
• KU : panas
• Penderita dikeluhkan panas sejak 7 hari yang lalu sebelum
masuk RS, awalnya sumer-sumer, kemudian meningkat. Hilang
timbul dengan obat penurun panas. Kejang ( - ) , menggigil ( -
) , berkeringat ( - ) .
• Batuk (+), Pilek (+)
• Mual ( + ) , Muntah ( - )
• Sejak 3 hari yang lalu pasien dikeluhkan belum BAB sampai
masuk Rumah Sakit
• BAK (+) biasa
• Nafsu makan menurun sejak sakit, minum tetap.
• Tanda-tanda perdarahan tidak ada
Riwayat penyakit sebelumnya :
Belum pernah menderita sakit seperti sekarang.

Riwayat penyakit di keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.

Riwayat pengobatan :
Ke Poli Anak, RSUD Singaraja  setelah 2 hari panas, diberikan obat
penurun panas, tapi keluhan tidak hilang setelah pulang.
Ke Sp.A  dirujuk ke RSUD Singaraja untuk mengecek darah kemudian
didiagnosis demam tifoid dan dirawat di RSUD Singaraja.
Riwayat nutrisi
•ASI : 0 – 1 ½ tahun
•Susu Formula : (-)
•Bubur Susu : 6 bulan – 1 tahun
•Nasi Tim : (-)
•Makanan Dewasa : 2 tahun - sekarang

Riwayat persalinan :
Penderita lahir cukup bulan, spontan, di dokter, langsung
menangis. BBL : 3000 gram, PB : lupa. Tidak ada kelainan.
Riwayat Imunisasi :

Umur - Jenis Imunisasi


• 0 bulan - HB1, BCG, Polio 1
• 2 bulan - HB 2, DPT 1, Polio 2
• 3 bulan - HB 3, DPT 2, Polio 3
• 4 bulan - DPT 3, Polio 4
• 9 bulan - Campak
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
•Kesan Umum : Baik
•Kesadaran : Compos Mentis (CM)
•Nadi : 126 x/menit
•Respirasi : 40x/menit
•t˚ax : 38,2 ˚C
•T : 100/75 mmHg
•BBS : 15 kg
•BBI : 16 kg
•Nelson : 93,75 % ( Gizi baik/cukup )

Status General :
•Kepala : Normocephali, UUB datar
•Mata : anemia (-), ikterus (-), refleks pupil +/+ isokor, cowong
-/-
•THT : Lidah kotor ( + ) tepi hiperemis
•Telinga : Normal.
•Hidung : Nafas Cuping Hidung (-), sianosis (-).
•Tenggorokan : Faring hiperemis (-) Tonsil hiperemis (-).
•Leher : Pembesaran kelenjar (-), Kaku Kuduk (-).
•Thorak : Cor : S1 S2 N regular murmur (-).
Po : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-.
•Abdomen : Distensi (-), Bising Usus (+) N, Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba,
Turgor Normal.
•Extremitas : Akral hangat (+), sianosis (-).
Diagnosis Klinis : Demam Tifoid

Diagnosis Banding : Paratifus, Bruselosis,


Meningoensefalitis, TBC

Penatalaksanaan Saat Kunjungan Poli:


•Chlorophenicol 4 x 400 mg
•Parasetamol Syr. 3 x 1 ½ cth
•Loom 3 x ½ cth
•Planning diagnosis : DL, Widal
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai