Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1. Data Demografi


Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Bayung Cerik, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Desa Bayung Cerik masuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Kintamani I. Desa Bayung Cerik terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Bayung Cerik dan
Dusun Sekunjeng. Desa Bayung Cerik terdiri dari 267 KK yang mendiami wilayah
seluas 401 km2. Mata pencaharian penduduk desa sebagian besar berprofesi sebagai
petani di perkebunan dengan jenis produk pertanian yang menjadi komoditas desa
ini adalah cabai, kopi, dan jeruk.

1. Keluarga Bapak I Made Sukarmawan


Keluarga I Made Sukarmawan terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Kedua
anaknya masih tinggal serumah dengan orang tuanya. Anak pertama merupakan
pelajar kelas 2 SMK Pariwisata dan anak kedua duduk di bangku kelas 5 SD.
Keluarga ini merupakan nuclear family. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam
kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan kepala keluarga.
I Made Sukarmawan merupakan seorang pembuat barang kerajinan berbahan
kayu, sementara istrinya merupakan seorang buruh tani di sebuah kebun jeruk.

Tabel 1. Susunan Keluarga I Made Sukarmawan


Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
I Made Tidak Tamat Kepala
1. L 40 th Pengrajin
Sukarmawan SD Keluarga
Made
2. P 35 th Tamat SD Istri KK Buruh tani
Wardani
Wayan
3. P 17 th SMK Anak I KK Pelajar
Purnati

1
Made
4. L 10 th SD Anak II KK Pelajar
Suarjana

a b

c d

Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Made Sukarmawan


Keterangan :

Laki-laki
Perempuan
a) I Made Sukarmawan – KK
b) Made Wardani – Istri KK
c) Wayan Purnati – Anak I KK
d) Made Suarjana – Anak II KK

2. Keluarga Bapak Ketut Linggih


Keluarga Bapak Ketut Linggih terdiri dari Ayah, Ibu, dan tiga orang anak.
Keluarga ini merupakan nuclear family. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam
kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan kepala keluarga.
Ketut Linggih bekerja sebagai tukang bangunan, sedangkan istrinya bekerja
sebagai petani jeruk. Anak pertama sudah bekerja membantu ibunya sebagai
petani jeruk, sedangkan anak kedua dan ketiga masih di bangku sekolah.

Tabel 2. Susunan Keluarga Ketut Linggih

2
Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
Kepala Tukang
1. Ketut Linggih L 36 th Tamat SD
Keluarga Bangunan
Wayan
2. P 33 th Tamat SD Istri KK Buruh Tani
Rumiasih
Ni Wayan
3. P 19 th Tamat SMP Anak I KK Buruh Tani
Ayu Sari
I Made Agus
4. L 15 th SMP Anak II KK Pelajar
Karang
5. I Ketut Ana L 11 th SD Anak III KK Pelajar

a b

c d e

Gambar 2. Sistem Kekerabatan Ketut Linggih

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

a) I Ketut Linggih – KK
b) Wayan Rumiasih – Istri KK
c) Ni Wayan Ayu Sari – Anak I KK
d) I Made Agus Karang – Anak II KK
e) I Ketut Ana – Anak III KK

3. Keluarga Bapak I Nyoman Sucipta

3
Bapak I Nyoman Sucipta memiliki seorang istri dan 3 anak. Keluarga I Nyoman
Sucipta terdiri dari ayah, ibu, dua anak perempuan. Keluarga ini merupakan nuclear
family. Pengambilan keputusan dalam keluarga berada di tangan kepala keluarga.
Sehari-hari KK dan istrinya bekerja sebagai petani jeruk.

Tabel 3. Susunan KK I Nyoman Sucipta


Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
I Nyoman Kepala
1. L 34 th Tamat SD Petani Jeruk
Sucipta Keluarga
Ketut
2. P 30 th Tamat SD Istri KK Petani Jeruk
Widiani
Ni Wayan Sri
3. P 16 th SMA Anak I KK Pelajar
Ningsih
Ni Kadek Sri
4. L 14 th SMP Anak II KK Pelajar
Indriani

a b

c d

Gambar 3. Sistem Kekerabatan Bapak I Nyoman Sucipta

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

4
a) I Nyoman Sucipta
b) Ketut Widiani
c) Ni Wayan Sri Ningsih
d) Ni Kadek Sri Indriani

1.2. Status Sosial Ekonomi


1. Keluarga Bapak I Made Sukarmawan
Penghasilan keluarga berasal dari hasil bekerja sebagai pengrajin yang membuat
tempat buah-buahan dari kayu. Beliau memiliki jam kerja yang fleksibel sesuai
dengan kemampuannya. Pekerjaan tersebut dimulai dari mengumpulkan kayu
hingga menjadi tempat buah yang siap dipakai. Made Wardani, istri bapak I Made
Sukarmawan bekerja sebagai buruh tani jeruk. Beliau bekerja pada saat musim
panen jeruk tiba, dengan membantu tetangganya yang memiliki kebun jeruk. Ketika
musim panen berakhir, ibu Made Wardani bekerja membantu merawat hewan ternak
milik tetangganya. Dengan demikian dapat dikatakan penghasilan ibu Made
Wardani tidak menentu. Rata-rata sebulan penghasilan Bapak Made Sukarmawan
sekitar Rp 1.000.000,00 dan penghasilan istrinya sebulan rata-rata Rp. 500.000,00.
Anak-anak belum bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, sehingga total
penghasilan keluarga ini sebulan adalah Rp 1.500.000,00. Keluarga ini mendapat
bantuan beras dari pemerintah. Keluarga ini memiliki sebuah televisi berwarna 21
inch dan sebuah sepeda motor.

Tabel Data Pengeluaran KK Dampingan


A. Kebutuhan Sehari-Hari
Kebutuhan sehari - hari keluarga Bapak I Made Sukarmawan biasanya meliputi
kebutuhan akan sembako, seperti: bumbu - bumbu dapur, beras, lauk - pauk, dan
kebutuhan untuk mandi, mencuci, serta rokok. Sehingga untuk kebutuhan sembako
sehari - hari pengeluaran keluarga Bapak I Made Sukarmawan kurang lebih sebesar
Rp 25.000,00 dan dalam sehari Bapak I Made Sukarmawan menghabiskan Rp.
6.000,- untuk membeli rokok. Sehari-harinya keluarga Bapak Made Sukarmawan

5
makan seadanya seperti nasi, sayur, tahu dan tempe. Keluarga bapak I Made
Sukarmawan makan daging pada saat hari raya. Pakaian baru biasanya dibeli jika
masih ada uang lebih. Namun dalam sehari-harinya penghasilan yang didapatkan
hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan biaya sekolah.

B. Kebutuhan Pendidikan
Anak-anak bapak I Made Sukarmawan saat ini sedang bersekolah di SMK dan SD.
Anak pertama bersekolah di SMK Pariwisata di daerah Ubud, sedangkan anak
kedua bersekolah di SD Bayung Cerik. Bapak I Made Sukarmawan tidak perlu
membayar uang sekolah karena sudah ditanggung dana BOS. Namun karena anak
pertama bersekolah di daerah Ubud dan jarak ke desa Bayung Cerik cukup jauh,
maka anak pertama tinggal di kos. Baik anak pertama dan kedua memiliki keperluan
untuk membeli alat tulis dan buku dan uang jajan. Pengeluaran untuk pendidikan
kedua anak tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.

No Kebutuhan Pendidikan Biaya/bulan

1. Iuran spp Dana Bos

2. Buku, alat tulis dan uang jajan Rp 600.000,00

C. Sosial
No Kebutuhan sosial Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000,00/bulan
2 Upacara/karya Menyesuaikan

D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan

1 Listrik Rp 50.000,00

2 Air Rp 30.000,00

6
2. Keluarga Bapak I Ketut Linggih
Penghasilan keluarga berasal dari bapak I Ketut Linggih (kepala keluarga), ibu
Wayan Rumiasih (buruh tani), dan Ni Wayan Ayu Sari (buruh tani). Bapak I
Ketut Linggih bekerja sebagai tukang bangunan. Saat ini sedang mengerjakan
proyek pembangunan pura yang ada di luar desa. Bapak I Ketut Linggih bekerja
mulai dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Bapak I Ketut Linggih dibayar per hari
sebesar Rp 40.000,00. Sehingga apabila sedang mengerjakan proyek, bapak I
Ketut Linggih mendapat penghasilan per bulan sebesar Rp 1.200.000,00. Ibu
Wayan Rumiasih dan Ni Wayan Ayu Sari bekerja sebagai buruh tani. Ketika
musim panen jeruk, mereka bekerja di kebun jeruk untuk memetik buah jeruk
dan membersihkan kebun dari gulma. Mereka bekerja mulai pukul 07.00
sampai pukul 17.00. Mereka dibayar per hari sebanyak Rp 50.000,00. Namun
saat musim panen mereka tidak bekerja sebagai buruh tani setiap hari, hanya
tergantung dari permintaan pemilik kebun. Dalam seminggu, mereka dapat
bekerja 2 – 3 kali. Sehingga pada saat musim panen, penghasilan per bulan
sebesar Rp 400.000,00 – Rp 650.000,00. Ketika sudah selesai musim panen,
mereka membantu merawat hewan ternak milik tetangga dan milik sendiri.
Anak kedua dan ketiga belum bekerja, sehingga total penghasilan keluarga
bapak I Ketut Linggih per bulannya adalah Rp 1.800.000,00. Keluarga bapak I
Ketut Linggih mendapat bantuan dari pemerintah berupa beras.

Pengeluaran Keluarga
A. Kebutuhan sehari-hari
Kebutuhan sehari - hari keluarga Bapak I Ketut Linggih biasanya meliputi
kebutuhan akan sembako, seperti: bumbu - bumbu dapur, beras, lauk - pauk,
dan kebutuhan untuk mandi, mencuci, serta rokok. Sehingga untuk kebutuhan
sembako sehari - hari pengeluaran keluarga Bapak I Ketut Linggih kurang
lebih sebesar Rp 30.000,00. Bapak I Ketut Linggih termasuk perokok berat
yang dapat menghabiskan 1 bungkus rokok per harinya, dengan biaya Rp.
12.000,00. Sehari-harinya keluarga Bapak I Ketut Linggih makan seadanya

7
seperti nasi, sayur, tahu dan tempe. Keluarga bapak I Ketut Linggih bisa makan
daging seminggu sekali. Pakaian baru biasanya dibeli jika masih ada uang
lebih.

B. Kebutuhan Pendidikan
Anak ke empat dan ke lima saat ini masih bersekolah. Namun keduanya masih
tinggal bersama orang tuanya karena jarak sekolah tidak begitu jauh. Bapak I
Ketut Linggih tidak membayar SPP karena sudah ditanggung dana BOS.
Keperluan lainnya sebatas membeli buku dan alat tulis serta uang jajan.

No Kebutuhan Pendidikan Biaya/bulan

1. Iuran spp Dana Bos

2. Buku, alat tulis dan uang jajan Rp 400.000

C. Sosial
No Kebutuhan sosial Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000/bulan
2 Upacara/karya Menyesuaikan

D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan

1 Listrik Rp 50.000,00

2 Air Rp 30.000,00

3. Keluarga Bapak I Nyoman Sucipta


Bapak I Nyoman Sucipta dan istrinya sehari-hari bekerja kebun jeruk milik
pribadi. Saat panen tiba, bapak I Nyoman Sucipta dapat menghasilkan Rp
80.000.000,00 atau Rp 6.500.000,00 per bulan. Keluarga ini memiliki sebuah
televisi berwarna, 2 buah sepeda motor, dan 1 mobil pribadi.

8
Data Pengeluaran KK Dampingan
A. Kebutuhan Sehari-Hari
Kebutuhan sehari - hari biasanya meliputi kebutuhan akan sembako, seperti :
bumbu - bumbu dapur, beras, lauk - pauk, dan kebutuhan untuk mandi, serta
mencuci. Sehingga untuk kebutuhan sembako sehari - hari pengeluaran
keluarga Bapak I Nyoman Sucipta kurang lebih sebesar Rp 60.000,00. Keluarga
bapak I Nyoman Sucipta makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk
seperti tahu, tempe, dan daging ayam atau babi. Keluarga Bapak I Nyoman
Sucipta dapat membeli pakaian baru setiap hari raya, biasanya saat galungan.

B. Kebutuhan Pendidikan
Anak pertama bersekolah di SMA di Kintamani dan tinggal di kamar kos di dekat
sekolah. Anak kedua bersekolah di SMP di desa tetangga dengan jarak tidak terlalu
jauh. Bapak I Nyoman Sucipta tidak membayar uang sekolah karena sudah ditanggung
dana BOS.
No Kebutuhan Pendidikan Biaya/bulan

1 Iuran spp Dana Bos

2 Buku, alat tulis, uang jajan, kamar kos Rp 750.000,00

C. Sosial
No Kebutuhan social Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000,00
2 Upacara/karya Menyesuaikan

D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan

9
1 Listrik Rp 150.000,00

2 Air Rp 60.000,00

1.3. Rumusan Masalah Masing – Masing Keluarga Binaan


1. Keluarga I Made Sukarmawan
Berdasarkan penelusuran didapatkan bahwa dalam keluarga bapak I Made
Sukarmawan terdapat perilaku hidup yang tidak sehat seperti jarang mencuci
tangan, jarang menyikat gigi, minum air dari keran secara langsung dan merokok.

Sampai saat ini belum ada keluhan akibat dari perilaku yang tidak sehat tersebut.
Namun perilaku tersebut sangat berpotensi menimbulkan penyakit di kemudian
hari. Kebiasaan merokok bapak I Made Sukarmawan sudah termasuk berat. Bapak
I Made Sukarmawan pernah mencoba untuk berhenti merokok secara mendadak.
Hal tersebut mengakibatkan nyeri kepala hebat dan tubuh tidak bertenaga sampai
tidak dapat bekerja. Karena hal demikian, bapak I Made Sukarmawan tidak berani
berhenti merokok dan tetap berpikir bahwa rokok yang akan menjaga
kesehatannya. Selain terhadap perokok, asap rokok juga berbahaya untuk orang
disekitarnya yang menghirup asap rokok.

Bapak I Made Sukarmawan memiliki alergi terhadap ikan laut. Apabila memakan
ikan laut, akan timbul reaksi bentol kemerahan pada seluruh tubuh dan gatal.
Bapak I Made Sukarmawan biasanya menggunakan daun jeruk yang sudah di
tumbuk untuk dioleskan pada kulitnya. Menurut penuturan, bentol dan gatalnya
membaik setelah dioleskan tumbukan daun jeruk. Anak pertama I Made
Sukarmawan memiliki kebiasaan bersin-bersin ketika masuk ke tempat yang
berdebu dan ketika dekat dengan bulu hewan. Keadaan tersebut dibiarkan dengan
istirahat yang cukup, karena biasanya hilang dengan sendirinya. Gangguan

10
kesehatan yang dialami oleh anak pertama bapak I Made Sukarmawan akan
dibahas lebih lanjut.

2. Keluarga I Ketut Linggih


Permasalahan yang didapatkan di keluarga bapak I Ketut Linggih adalah perilaku
hidup yang tidak sehat yaitu jarang menyikat gigi, minum langsung dari air keran
dan merokok. Sampai saat ini belum ada gangguan kesehatan akibat dari perilaku
hidup tidak sehat tersebut. Bapak Ketut Linggih dapat menghabiskan 12 batang
rokok tiap harinya. Rokok membuatnya lebih bertenaga dan semangat bekerja. Ibu
Wayan Rumiasih memiliki gangguan sesak pada saat mengeluarkan nafas.
Gangguan tersebut biasanya muncul pada saat udara dingin. Ibu Wayan Rumiasih
pernah dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan terkait sesaknya dan
mendapatkan diagnosa asma. Saat ini, keluhan sesak tidak pernah muncul lagi.

3. Keluarga I Nyoman Sucipta


Berdasarkan hasil penelusuran didapatkan bahwa dalam keluarga ini tidak sedang
ditemukan masalah kesehatan yang sangat berarti seperti penyakit yang sangat
berat maupun penyakit menahun lainnya. Dalam beberapa bulan terakhir ini
anggota keluarga seringkali hanya mengalami penyakit flu, batuk maupun demam
karena perubahan cuaca. Keluarga bapak I Nyoman Sucipta belum menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat secara tepat.

11
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga


1. Keluarga Bapak Made Sukarmawan
No. Tanggal Kegiatan
1. 3 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 6 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok
Program pengurangan konsumsi rokok 1 batang
per minggu
3. 10 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih
2015 dan sehat meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, minum air yang dimasak,
cara menggosok gigi dengan benar dan
pemberian informasi mengenai kebersihan diri
dan lingkungan.
4. 13 Agustus Penyuluhan dan diskusi mengenai alergi
2015
5. 17 Agustus Evaluasi dan motivasi dalam mengurangi
2015 konsumsi rokok
6. 20 Agustus Evaluasi perilaku mencuci tangan, menggosok
2015 gigi, dan kebersihan diri serta lingkungan
7. 24 Agustus Evaluasi dan motivasi dalam mengurangi
2015 konsumsi rokok
Evaluasi perilaku mencuci tangan, menggosok
gigi, dan kebersihan diri serta lingkungan

12
8. 27 Agustus Perpisahan dan pemberian kenang-kenangan
2015

Partisipasi keluarga Bapak Made Sukarmawan sangat baik. Partisipasi berupa diskusi
secara aktif dan praktek perilaku hidup sehat yang dilakukan secara antusias. Perilaku
merokok mulai dicoba oleh bapak Made Sukarmawan mengingat pentingnya kesehatan
dan manfaat ekonomi yang diperoleh.

2. Keluarga Bapak I Ketut Linggih


No. Tanggal Kegiatan
1. 4 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 7 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok
Program pengurangan konsumsi rokok 1 batang
per minggu
3. 11 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih
2015 dan sehat meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, minum air yang dimasak,
cara menggosok gigi dengan benar dan
pemberian informasi mengenai kebersihan diri
dan lingkungan.
4. 14 Agustus Penyuluhan dan diskusi mengenai asma
2015
5. 18 Agustus Evaluasi dan motivasi dalam mengurangi
2015 konsumsi rokok
6. 21 Agustus Evaluasi perilaku mencuci tangan, menggosok
2015 gigi, dan kebersihan diri serta lingkungan

13
7. 25 Agustus Evaluasi dan motivasi dalam mengurangi
2015 konsumsi rokok
Evaluasi perilaku mencuci tangan, menggosok
gigi, dan kebersihan diri serta lingkungan
8. 26 Agustus Perpisahan dan pemberian kenang-kenangan
2015

Partisipasi bapak I Ketut Linggih sangat baik. Hal ini terlihat dari diskusi aktif yang
dilakukan serta turut serta keluarga untuk mencoba menjalankan praktik yang
diberikan. Bapak I Ketut Linggih juga mencoba untuk mengurangi rokok 1 batang tiap
minggunya.

3. Keluarga Bapak I Nyoman Sucipta


No. Tanggal Kegiatan
1. 5 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 8 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dalam menghindari penyakit saat
cuaca pancaroba
3. 12 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih
2015 dan sehat dalam menghindari penyakit saat
cuaca pancaroba
4. 15 Agustus Penanganan awal penyakit yang umum dijumpai
2015 (demam, pilek, diare)
5. 19 Agustus Evaluasi perilaku hidup bersih dan sehat
2015
8. 29 Agustus Perpisahan dan pemberian kenang-kenangan
2015

14
Partisipasi keluarga Bapak I Nyoman Sucipta cukup baik. Praktik yang
diberikan sudah mulai dilaksanakan.

15
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Keluarga I Made Sukarmawan


Promosi kesehatan mengenai bahaya merokok mendapat tanggapan yang baik dari
bapak Made Sukarmawan. Beliau merokok 6 batang per harinya. Beliau menyadari
dirinya sudah seperti kecanduan dan pernah mencoba berhenti merokok secara
mendadak. Namun bapak Made Sukarmawan mengalami nyeri kepala hebat dan
sakit pada badannya yang mengakibatkan dirinya tidak bisa bekerja. Ketika
mencoba merokok kembali, bapak Made Sukarmawan mendapatkan tenaganya
kembali dan merasa lebih bugar, sehingga kembali merokok sampai sekarang.
Pemahaman mengenai bahaya merokok jangka panjang sudah diberikan.
Pemahaman bapak Made Sukarmawan yang keliru mengenai rokok sudah
diperbaiki. Selain terdapat peningkatan pemahaman, bapak Made Sukarmawan
mencoba untuk berhenti merokok dengan cara yang benar, yakni pengurangan
secara perlahan. Setiap evaluasi diberikan motivasi agar bapak Made Sukarmawan
tetap semangat dalam berhenti merokok. Motivasi tersebut berupa alasan kesehatan
pribadi dan keluarga, serta manfaat ekonomi berupa berkurangnya pengeluaran
harian akibat rokok. Sampai saat perpisahan, bapak I Made Sukarmawan
mengkonsumsi rokok 3 batang per hari.

Mengenai penyakit alergi yang dimilikinya, keluarga bapak Made Sukarmawan


kini mengerti bahwa penting untuk menghindari penyebab alergi tersebut.
Pemahaman dan penatalaksanaan yang keliru mengenai alergi sudah diperbaiki.
Wayan Purnati juga sudah diberikan edukasi mengenai alergi yang dimilikinya, dan
sebisa mungkin menghindari penyebab dengan tidak dekat-dekat dengan sumber
ataupun menggunakan masker. Kegiatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat
mulai dijalankan secara perlahan. Keluarga mengakui kadang-kadang masih lupa
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menyikat gigi 2 kali sehari dan
memasak air sebelum diminum. Evaluasi serta pemberian informasi mengenai

16
dampak kesehatan yang diperoleh terus diberikan agar keluarga memiliki motivasi
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

3.2 Keluarga I Ketut Linggih


Promosi kesehatan mengenai bahaya merokok mendapat apresiasi dari bapak I
Ketut Linggih. Keluarga juga sangat mendukung bapak Ketut Linggih setelah
mengetahui bahwa asap yang mereka hirup juga berbahaya bagi kesehatan mereka.
Selain mendapatkan pehaman yang benar, bapak Ketut Linggih juga mencoba
berhenti merokok dengan menjalani program pengurangan rokok 1 batang per
minggu. Sampai saat perpisahan, bapak Ketut Linggih yang awalnya biasa
mengkonsumsi 12 batang rokok kini dapat mengkonsumsi 10 batang saja. Bapak
Ketut Linggih juga berusaha tidak merokok di dekat istri dan anaknya setelah
mengetahui bahaya asap rokok bagi kesehatan.

Pemberian informasi tambahan mengenai asma diberikan agar keluarga menjadi


lebih paham mengenai gangguan tersebut. Keluarga mengerti setelah dilakukan
diskusi dan pemberian pertanyaan untuk mengukur pemahaman keluarga. Perilaku
hidup bersih dan sehat sudah mulai dijalankan oleh keluarga bapak Ketut Linggih.
Walaupun belum sempurna, namun motivasi untuk berperilaku hidup sehat sudah
muncul.

3.3 Keluarga Bapak I Nyoman Sucipta


Keluarga bapak I Nyoman Sucipta belum menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat secara benar. Dengan demikian pemberian informasi mengenai langkah
perilaku hidup bersih dan sehat merupakan langkah yang tepat. Keluarga bapak I
Nyoman Sucipta sudah mulai menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tidak seperti kebanyakan laki-laki di desa Bayung Cerik, bapak I Nyoman Sucipta
tidak merokok. Beliau sadar bahwa merokok hanya membakar uang jerih
payahnya bekerja, ditambah lagi berdampak buruk bagi paru-parunya. Hanya saja

17
beliau memang mengakui kalau cuaca di daerah kintamani cukup ekstrim, saat
siang hari teramat panas dan pada malam hari teramat dingin. Daya tahan tubuh
perlu ditingkatkan agar tidak mudah sakit. Pemilihan makanan yang bergizi
dengan memperbanyak buah dan sayur dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu pemberian informasi mengenai penanganan awal penyakit umum yang
sering dijumpai seperti flu, diare, demam dan sakit kepala sudah diberikan.
Keluarga bapak Nyoman Sucipta berdiskusi secara aktif.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Secara keseluruhan, 2 keluarga binaan masih memiliki lingkungan fisik
yang kurang sehat dan masih rendahnya pengetahuan perilaku hidup bersih
dan sehat.
2. Masih terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai perilaku merokok dan
konsep penyakit tertentu.
3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah saya lakukan adalah mempraktekan
salah satu teori kedokteran keluarga yaitu promosi kesehatan kepada ketiga
keluarga binaan saya dengan cara memberikan informasi tentang suatu
penyakit serta praktek bersama dalam melakukan pola hidup bersih dan
sehat.

4.2 Saran
1. Menganjurkan kepada keluarga binaan akan kebiasaan hidup sehat,
dimulai dari kebersihan diri sendiri, seperti mandi, cuci tangan, sikat gigi
dan menghindari kebiasaan merokok.
2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah
secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan
peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat
yang baik.

19
BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta penderita
dari seluruh etnis dan usia. Gejala klinis pada rinitis alergi adalah bersin berulang pada
pagi hari, rinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang
kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi). Awitan gejala
timbul cepat setelah paparan allergen dapat berupa bersin, mata atau palatum yang
gatal berair, rinore, hidung gatal, hidung tersumbat. Pada mata dapat menunjukkan
gejala berupa mata merah, gatal, conjungtivitis, mata terasa terbakar, dan lakrimasi.
Pada telinga bisa dijumpai gangguan fungsi tuba, efusi telinga bagian tengah.

Berdasarkan etiologinya, alergen dapat masuk dengan berbagai cara yaitu:


1. Alergen inhalan yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau
debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur.
2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, dan kacang-kacangan.
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin dan
sengatan lebah.
4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

WHO Initiative ARIA membagi rinitis alergi menjadi 2 yaitu intermiten dan perennial.
Rinitis alergi disebut intermiten bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari
4 minggu, sedangkan persisten bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4

20
minggu. Berdasarkan beratnya gejala penyakit maka dapat dibedakan menjadi ringan
dan sedang-berat. Faktor penentu beratnya penyakit adalah adanya gangguan tidur dan
gangguan aktivitas sehari-hari.

Anamnesis perlu ditanyakan adanya keluhan berupa bersin berulang, rinorea, lakrimasi
pada mata dan terasa gatal. Selain itu riwayat sakit terdahulu, riwayat dalam keluarga
dan keadaan lingkungan rumah maupun tempat kerja perlu ditanyakan untuk
mengetahui adanya riwayat atopik dan kemungkinan etiologi rinitis alergi. Dari
pemeriksaan fisik akan ditemukan mukosa edema basah, berwarna pucat atau livid
disertai adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak
hipertofi. Gejala spesifik pada anak adalah adanya bayangan gelap di daerah bawah
mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner).
Selain itu juga tampak pasien menggosok-gosok hidung, karena gatal dengan
punggung tangan (allergic salute). Menggosok-gosok hidung mengakibatkan
timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease).

1.1 LATAR BELAKANG KASUS


Nama : Wayan Purnati
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum kawin
Riwayat Keluarga : Ayah penderita

Data Keluarga:
Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
I Made Tidak Tamat Kepala
1. L 40 th Pengrajin
Sukarmawan SD Keluarga

21
Made
2. P 35 th Tamat SD Istri KK Buruh tani
Wardani
Wayan
3. P 17 th SMK Anak I KK Pelajar
Purnati
Made
4. L 10 th SD Anak II KK Pelajar
Suarjana

1.2 RIWAYAT PENYAKIT


Wayan Purnati memiliki keluhan bersin terus menerus sejak 7 tahun yang lalu.
Setiap bersin dapat mencapai 3-5 kali. Bersin didapatkan pada waktu yang
tidak menentu, baik pagi siang ataupun malam. Bersin meningkat apabila
terpapar debu dan dingin. Apabila sakit, Wayan Purnati dapat bersin selama 
3 hari dalam 1 minggu. Selain bersin-bersin, keluhan lain yang dirasakan
adalah pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Pilek dengan
cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau. Terkadang
disertai dengan hidung tersumbat. Wayan Purnati juga sering merasakan gatal
pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan
punggung tangan. Keluhan pada pasien tidak terlalu mengganggu aktivitas,
karena Wayan Purnati masih dapat bersekolah.

Ketika bersin-bersin, Wayan Purnati sering meminum obat procold yang


dibeli di warung yang diminum 3 kali sehari. Biasanya dengan obat yang dia
beli ditambah istirahat yang cukup, kondisinya akan membaik. Wayan Purnati
tidak pernah memeriksakan dirinya ke Dokter karena alasan biaya.

Bersin-bersin tersebut lebih sering terjadi di rumahnya di Desa Bayung Cerik


daripada di kamar kosnya di Ubud. Wayan Purnati tidak mengerti penyebab
bersin-bersinya tersebut, namun ia sadar ketika masuk ke tempat berdebu,
setelah kontak dengan bulu binatang, maupun setelah terpapar hawa dingin,
hidungnya akan segera bersin-bersin dan pilek.

22
Pasien sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat maupun
trauma. Pada saat kecil pasien tidak memiliki penyakit berat sampai harus di
opname. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama
seperti pasien. Namun ayah pasien memiliki reaksi alergi terhadap ikan laut.
Ketika memakan ikan laut, sekujur tubuh ayahnya akan dipenuhi bentol
kemerahan dan terasa gatal. Ayah Wayan Purnati sudah memiliki gangguan
tersebut sejak berusia 8 tahun.

23
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS

2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan


Wayan Purnati tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Bayung Cerik Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli. Di rumah tersebut dihuni oleh 4 orang yaitu Bapak I
Made Sukarmawan, ibu, dan adiknya. Luas tanah yang dimiliki bapak I Made
Sukarmawan seluas 5 are, dengan luas bangunan sebanyak setengah are. Jumlah
ruangan dalam rumah terdiri dari 1 buah kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus ruang
keluarga, dapur dan kamar mandi. Rumah tersebut menggunakan atap dari genteng
tanah liat. Dinding bangunan menggunakan batako, sudah di plester namun tidak di
cat. Lantai ruangan menggunakan semen tanpa keramik maupun alas. Penerangan
ruangan malam hari cukup kurang karena menggunakan lampu remang-remang. Pada
siang hari, cahaya matahari hanya masuk melalui pintu utama dan beberapa jendela.

Pada ruang keluarga, penataan barang-barang kurang begitu rapi. Barang-barang


tampak kotor dan berdebu tebal. Di sudut-sudut ruangan terdapat beberapa sarang laba-
laba. Keadaan kamar tidur di rumah keluarga ini tidak terlalu baik karena tidak tersedia
ventilasi yang cukup memadai sehingga ruangan tidur terasa pengap akibat kurangnya
pertukaran udara. Disebelahnya, terdapat dapur sederhana yang masih menggunakan
tungku api. Kamar mandinya berukuran kecil, cukup bersih dan terdapat jamban
jongkok. Halaman rumah keluarga Bapak I Made Sukarmawan cukup luas, terdapat
sanggah yang sederhana dengan sedikit tanaman disekitarnya. Halaman tersebut sedikit
ditumbuhi tanaman sehingga tampak gersang dan kering. Debu di halaman rumah
dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah bila tertiup angin. Keluarga bapak I Made
Sukarmawan memiliki hewan peliharaan berupa 2 ekor anjing dan 1 ekor kucing yang
dibiarkan berkeliaran di halaman rumah.

24
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Penghasilan keluarga kedua orang tua yaitu sebagai pengrajin kayu dan buruh tani.
Bapak I Made Sukarmawan sebagai pengrajin kayu memiliki jam kerja yang fleksibel
sesuai dengan kemampuannya. Pekerjaan tersebut dimulai dari mengumpulkan kayu
hingga menjadi tempat buah yang siap dipakai. Made Wardani, istri bapak I Made
Sukarmawan bekerja sebagai buruh tani jeruk. Beliau bekerja pada saat musim panen
jeruk tiba, dengan membantu tetangganya yang memiliki kebun jeruk. Ketika musim
panen berakhir, ibu Made Wardani bekerja membantu merawat hewan ternak milik
tetangganya. Dengan demikian dapat dikatakan penghasilan ibu Made Wardani tidak
menentu. Rata-rata sebulan penghasilan Bapak Made Sukarmawan sekitar Rp
1.000.000,00 dan penghasilan istrinya sebulan rata-rata Rp. 500.000,00. Anak-anak
belum bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, sehingga total penghasilan keluarga
ini sebulan adalah Rp 1.500.000,00. Keluarga ini mendapat bantuan beras dari
pemerintah. Keluarga ini memiliki sebuah televisi berwarna 21 inch dan sebuah sepeda
motor. Pengeluaran keluarga bapak I Made Sukarmawan adalah kebutuhan sehari-hari,
biaya air dan listrik, serta biaya pendidikan anak-anaknya. Pendapatannya setiap bulan
dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pengeluaran yang dilakukan
oleh keluarganya sangat pas sehingga tidak memiliki kemungkinan untuk menabung.

2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan


Aspek sosial budaya pada keluarga ini sangat baik. Apabila terdapat masalah dalam
keluarga, Bapak I Made Sukarmawan mengatakan biasanya masalah tersebut
dibicarakan bersama dengan mengambil asas musyawarah mufakat. Semua keputusan
masih diputuskan oleh kepala keluarga, sedangkan apabila ada kegiatan budaya seperti
kegiatan upacara agama dan ngayah di lingkungan desa, kepala keluarga biasanya ikut
melaksanakan kegiatan budaya tersebut.

2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan


Aspek sosial psikologis pada keluarga ini sangat baik. Hal tersebut dapat terlihat dari
hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan setiap

25
dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh mereka. Mereka juga saling
bahu membahu dalam mengatur semua urusan rumah tangga. Tidak terdapat
perselisihan yang berarti antara penderita dengan keluarganya. Selain itu, hubungan
dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Terlihat dari pada setiap kunjungan,
tetangga sekitarnya biasanya berkunjung sore hari ke rumahnya untuk mengobrol
bersama ataupun mejejahitan bersama.

26
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI

3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga


a. Status Gizi
Wayan Purnati memiliki gizi yang cukup yaitu dengan tinggi badan 160 cm dan
berat badan 48 kg, didapatkan BMI sebesar 18,75. Sedangkan anggota keluarga
yang lain status gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
Wayan Purnati dikatakan lahir dengan normal, lahir di bidan desa di Desa
Bayung Cerik
c. Kematian
Di keluarga Wayan Purnati tidak ada yang pernah mengalami penyakit serius
yang dapat merenggut nyawa.
d. Kesakitan
Semenjak 7 tahun yang lalu, Wayan Purnati sering mengalami bersin-bersin,
pilek encer dan mata berair. Dalam seminggu dapat terjadi 2 – 3 kali. Wayan
Purnati masih bisa beraktivitas seperti bersekolah dan bekerja membantu
orangtua.
e. Latar Belakang Penyakit
Wayan Purnati sudah sering mengalami keluhan bersin-bersin, pilek dan gatal,
hidung tersumbat, mata merah dan berair sejak 7 tahun yang lalu. Bersin
didapatkan pada waktu yang tidak menentu, baik pagi siang ataupun malam.
Bersin meningkat apabila terpapar debu dan dingin. Apabila sakit, Wayan
Purnati dapat bersin selama  3 hari dalam 1 minggu. Selain bersin-bersin,
keluhan lain yang dirasakan adalah pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada
hidung. Pilek dengan cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak
berbau. Terkadang disertai dengan hidung tersumbat. Wayan Purnati juga
sering merasakan gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan
menggunakan punggung tangan. Keluhan pada dirinya tidak terlalu

27
mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat bersekolah. Wayan Purnati
tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter bila mengalami sakit. Jika
mengalami sakit, Wayan Purnati hanya membeli obat di warung dan beristirahat
cukup.

Dalam keluarga belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, menyikat
gigi secara teratur, minum dari air keran, dan kebersihan diri dan lingkungan
yang kurang terawat. Hal ini turut berperan terhadap penyakit rinitis alergi yang
dialami oleh Wayan Purniati.

3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit


Persepsi keluarga terhadap konsep sehat sakit masih perlu ditingkatkan. Keluarga
masih berpikir sehat hanya secara jasmani dan sakit secara jasmani seperti muncul
demam, batuk, pilek, dan sebagainya. Keluarga belum memahami bahwa konsep sehat
dan sakit mencakup keseluruhan aspek pada manusia mulai dari biologi (jasmani),
psikologis (mental), sosial, dan spiritual. Keluarga masih berpikir kearah kuratif
daripada preventif.

3.3 Solusi Masalah Kesehatan


Bertolak pada tujuan dari PPD ini, langkah-langkah yang dapat diambil sebagai dokter
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif,
berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta
memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan
sebelumnya, penyelesaian masalah yang dapat dilakukan yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)
Untuk menjalankan prinsip paripurna, tindakan yang diambil tidak hanya pada
kuratif saja namun juga secara preventif dan rehabilitatif. Dari aspek kuratif
diberikan terapi medikamentosa berupa antihistamin dan dekongestan. Dari aspek

28
preventif dilakukan pemberian pemahaman dan intervensi perilaku pada penderita
dan keluarga, dengan poin pokok adalah menghindari kontak dengan alergen.
Menghindari kontak dengan alergen dapat dilakukan dengan tidak mendekati
sumber alergen, menggunakan alat pelindung diri, dan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Pemahaman terhadap penyakit yang diderita Wayan Purniati
harus juga disampaikan pada keluarga agar keluarga turut berperan dalam
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat bagi Wayan Purniati.

B. Berkesinambungan
Berkesinambungan adalah prinsip yang berusaha agar upaya kesehatan tidak
berhenti saat penderita sudah merasa sehat, namun terus berlanjut dalam upaya
mempertahankan kesehatan penderita tersebut. Dalam hal ini, perlu adanya
pemantauan terhadap upaya preventif yang dilakukan keluarga dan perilaku
penderita dalam menghindari alergen. Evaluasi perlu dilakukan apakah setelah
upaya preventif dan penghindaran alergen masih timbul gejala rinitis alergi.

C. Koordinatif dan kolaboratif


Prinsip koordinatif dan kolaboratif yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan
keluarga penderita untuk membantu upaya preventif yang telah disarankan
sebelumnya, melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan khususnya di
puskesmas pembantu dan puskesmas Kintamani I dalam rangka pemantauan
kesehatan lingkungan, meningkatkan kerjasama dengan pihak lain seperti dokter
ahli telinga hidung dan tenggorokan sehingga penanganan penyakit penderita lebih
optimal, dan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Bayung Cerik dalam
memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JKN.

D. Mengutamakan Pencegahan
1. Pencegahan primer
- Memberikan penjelasan mengenai faktor resiko rinitis alergi yaitu adanya
bakat atopik dan faktor lingkungan

29
- Menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai gejala-gejala rinitis alergi.
- Menganjurkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga daya tahan
tubuh dan lingkungan yang bersih dan sehat

2. Pencegahan sekunder
- Pencegahan sekunder melalui upaya menghindari paparan alergen dan terapi
medikamentosa
- Menganjurkan kepada penderita untuk menghindari paparan kemungkinan
penyebab rinitis alergi dengan menjauhi sumbernya atau menggunakan
pelindung diri seperti masker
- Rumah dibersihkan agar debu dalam rumah berkurang dan penempatan
barang-barang dilakukan lebih rapi
- Ventilasi di tambah agar terjadi pertukaran udara yang baik dan cahaya
matahari dapat masuk
- Hewan peliharaan agar tidak masuk ke dalam rumah
- Menghindari bahan-bahan karpet dan menggantinya dengan plastik
- Memanfaatkan lahan kosong dengan menanam tanaman dan menyiram
pekarangan agar debu tidak mudah masuk ke dalam rumah.
- Pengunaan antihistamin dan dekongestan untuk meringankan gejala

3. Pencegahan tersier:
Menjelaskan kepada penderita komplikasi yang terjadi apabila dibiarkan yaitu
sinusitis, otitis media, dan polip.

E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya


Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang
penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang
lain. Jelaskan mengenai pentingnya hidup sehat; antara lain dengan mengatur pola
makan yang seimbang, olah raga secara teratur, tidak merokok, serta minum-
minuman beralkohol. Pada penyakit rinitis alergi salah satu faktor risikonya adalah

30
bakat atopik dan faktor lingkungan; jadi perlu diberikan KIE agar penderita dan
keluarga selalu berperilaku hidup sehat serta memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar.

F. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh
bukan sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian penderita ditangani secara
holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis, sosial
ekonomi, budaya, serta agamanya.
- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai
penyakit rinitis alergi dan komplikasinya, penerapan pola hidup sehat, dan
penjelasan tentang obat-obatan yang diminum, baik cara kerja, sampai efek
sampingnya.
- Secara psikologis, dengan memberi dukungan kepada penderita, yaitu dengan
cara meningkatkan kasih sayang, keharmonisan dalam keluarga dijaga dengan
baik dan perhatian kepada penderita.
- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita, dimana
untuk pengobatan rinitis alergi sudah ditanggung asuransi JKN sehingga
penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan untuk mencari
pengobatan dengan memanfaatkan JKN.
- Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama pengobatan disarankan
agar keluarga tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Keluarga binaan memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu
baik, keadaan ekonomi menengah ke bawah, serta prilaku hidup sehat yang
masih rendah.
2. Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini belum baik, masih
terdapat persepsi yang salah sehingga perlu dibenahi
3. Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Made Sukarmawan
telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut
promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
serta motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
penyakit yang sedang atau pernah diderita.

4.2 Saran
1. Menyarankan pasien agar tidak menganggap sepele penyakit rinitis alergi dan
mengupayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Keluarga sebaiknya mendukung upaya preventif yang telah disarankan untuk
mengurangi derajat kesakitan penderita dan membantu menjaga kesehatan
penderita

32

Anda mungkin juga menyukai