BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
1
Made
4. L 10 th SD Anak II KK Pelajar
Suarjana
a b
c d
Laki-laki
Perempuan
a) I Made Sukarmawan – KK
b) Made Wardani – Istri KK
c) Wayan Purnati – Anak I KK
d) Made Suarjana – Anak II KK
2
Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
Kepala Tukang
1. Ketut Linggih L 36 th Tamat SD
Keluarga Bangunan
Wayan
2. P 33 th Tamat SD Istri KK Buruh Tani
Rumiasih
Ni Wayan
3. P 19 th Tamat SMP Anak I KK Buruh Tani
Ayu Sari
I Made Agus
4. L 15 th SMP Anak II KK Pelajar
Karang
5. I Ketut Ana L 11 th SD Anak III KK Pelajar
a b
c d e
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
a) I Ketut Linggih – KK
b) Wayan Rumiasih – Istri KK
c) Ni Wayan Ayu Sari – Anak I KK
d) I Made Agus Karang – Anak II KK
e) I Ketut Ana – Anak III KK
3
Bapak I Nyoman Sucipta memiliki seorang istri dan 3 anak. Keluarga I Nyoman
Sucipta terdiri dari ayah, ibu, dua anak perempuan. Keluarga ini merupakan nuclear
family. Pengambilan keputusan dalam keluarga berada di tangan kepala keluarga.
Sehari-hari KK dan istrinya bekerja sebagai petani jeruk.
a b
c d
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
4
a) I Nyoman Sucipta
b) Ketut Widiani
c) Ni Wayan Sri Ningsih
d) Ni Kadek Sri Indriani
5
makan seadanya seperti nasi, sayur, tahu dan tempe. Keluarga bapak I Made
Sukarmawan makan daging pada saat hari raya. Pakaian baru biasanya dibeli jika
masih ada uang lebih. Namun dalam sehari-harinya penghasilan yang didapatkan
hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan biaya sekolah.
B. Kebutuhan Pendidikan
Anak-anak bapak I Made Sukarmawan saat ini sedang bersekolah di SMK dan SD.
Anak pertama bersekolah di SMK Pariwisata di daerah Ubud, sedangkan anak
kedua bersekolah di SD Bayung Cerik. Bapak I Made Sukarmawan tidak perlu
membayar uang sekolah karena sudah ditanggung dana BOS. Namun karena anak
pertama bersekolah di daerah Ubud dan jarak ke desa Bayung Cerik cukup jauh,
maka anak pertama tinggal di kos. Baik anak pertama dan kedua memiliki keperluan
untuk membeli alat tulis dan buku dan uang jajan. Pengeluaran untuk pendidikan
kedua anak tersebut terdapat pada tabel dibawah ini.
C. Sosial
No Kebutuhan sosial Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000,00/bulan
2 Upacara/karya Menyesuaikan
D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan
1 Listrik Rp 50.000,00
2 Air Rp 30.000,00
6
2. Keluarga Bapak I Ketut Linggih
Penghasilan keluarga berasal dari bapak I Ketut Linggih (kepala keluarga), ibu
Wayan Rumiasih (buruh tani), dan Ni Wayan Ayu Sari (buruh tani). Bapak I
Ketut Linggih bekerja sebagai tukang bangunan. Saat ini sedang mengerjakan
proyek pembangunan pura yang ada di luar desa. Bapak I Ketut Linggih bekerja
mulai dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Bapak I Ketut Linggih dibayar per hari
sebesar Rp 40.000,00. Sehingga apabila sedang mengerjakan proyek, bapak I
Ketut Linggih mendapat penghasilan per bulan sebesar Rp 1.200.000,00. Ibu
Wayan Rumiasih dan Ni Wayan Ayu Sari bekerja sebagai buruh tani. Ketika
musim panen jeruk, mereka bekerja di kebun jeruk untuk memetik buah jeruk
dan membersihkan kebun dari gulma. Mereka bekerja mulai pukul 07.00
sampai pukul 17.00. Mereka dibayar per hari sebanyak Rp 50.000,00. Namun
saat musim panen mereka tidak bekerja sebagai buruh tani setiap hari, hanya
tergantung dari permintaan pemilik kebun. Dalam seminggu, mereka dapat
bekerja 2 – 3 kali. Sehingga pada saat musim panen, penghasilan per bulan
sebesar Rp 400.000,00 – Rp 650.000,00. Ketika sudah selesai musim panen,
mereka membantu merawat hewan ternak milik tetangga dan milik sendiri.
Anak kedua dan ketiga belum bekerja, sehingga total penghasilan keluarga
bapak I Ketut Linggih per bulannya adalah Rp 1.800.000,00. Keluarga bapak I
Ketut Linggih mendapat bantuan dari pemerintah berupa beras.
Pengeluaran Keluarga
A. Kebutuhan sehari-hari
Kebutuhan sehari - hari keluarga Bapak I Ketut Linggih biasanya meliputi
kebutuhan akan sembako, seperti: bumbu - bumbu dapur, beras, lauk - pauk,
dan kebutuhan untuk mandi, mencuci, serta rokok. Sehingga untuk kebutuhan
sembako sehari - hari pengeluaran keluarga Bapak I Ketut Linggih kurang
lebih sebesar Rp 30.000,00. Bapak I Ketut Linggih termasuk perokok berat
yang dapat menghabiskan 1 bungkus rokok per harinya, dengan biaya Rp.
12.000,00. Sehari-harinya keluarga Bapak I Ketut Linggih makan seadanya
7
seperti nasi, sayur, tahu dan tempe. Keluarga bapak I Ketut Linggih bisa makan
daging seminggu sekali. Pakaian baru biasanya dibeli jika masih ada uang
lebih.
B. Kebutuhan Pendidikan
Anak ke empat dan ke lima saat ini masih bersekolah. Namun keduanya masih
tinggal bersama orang tuanya karena jarak sekolah tidak begitu jauh. Bapak I
Ketut Linggih tidak membayar SPP karena sudah ditanggung dana BOS.
Keperluan lainnya sebatas membeli buku dan alat tulis serta uang jajan.
C. Sosial
No Kebutuhan sosial Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000/bulan
2 Upacara/karya Menyesuaikan
D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan
1 Listrik Rp 50.000,00
2 Air Rp 30.000,00
8
Data Pengeluaran KK Dampingan
A. Kebutuhan Sehari-Hari
Kebutuhan sehari - hari biasanya meliputi kebutuhan akan sembako, seperti :
bumbu - bumbu dapur, beras, lauk - pauk, dan kebutuhan untuk mandi, serta
mencuci. Sehingga untuk kebutuhan sembako sehari - hari pengeluaran
keluarga Bapak I Nyoman Sucipta kurang lebih sebesar Rp 60.000,00. Keluarga
bapak I Nyoman Sucipta makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk
seperti tahu, tempe, dan daging ayam atau babi. Keluarga Bapak I Nyoman
Sucipta dapat membeli pakaian baru setiap hari raya, biasanya saat galungan.
B. Kebutuhan Pendidikan
Anak pertama bersekolah di SMA di Kintamani dan tinggal di kamar kos di dekat
sekolah. Anak kedua bersekolah di SMP di desa tetangga dengan jarak tidak terlalu
jauh. Bapak I Nyoman Sucipta tidak membayar uang sekolah karena sudah ditanggung
dana BOS.
No Kebutuhan Pendidikan Biaya/bulan
C. Sosial
No Kebutuhan social Biaya kebutuhan
1 Iuran banjar Rp. 50.000,00
2 Upacara/karya Menyesuaikan
D. Kebutuhan Lain-Lain
No Kebutuhan lain-lain Biaya kebutuhan
9
1 Listrik Rp 150.000,00
2 Air Rp 60.000,00
Sampai saat ini belum ada keluhan akibat dari perilaku yang tidak sehat tersebut.
Namun perilaku tersebut sangat berpotensi menimbulkan penyakit di kemudian
hari. Kebiasaan merokok bapak I Made Sukarmawan sudah termasuk berat. Bapak
I Made Sukarmawan pernah mencoba untuk berhenti merokok secara mendadak.
Hal tersebut mengakibatkan nyeri kepala hebat dan tubuh tidak bertenaga sampai
tidak dapat bekerja. Karena hal demikian, bapak I Made Sukarmawan tidak berani
berhenti merokok dan tetap berpikir bahwa rokok yang akan menjaga
kesehatannya. Selain terhadap perokok, asap rokok juga berbahaya untuk orang
disekitarnya yang menghirup asap rokok.
Bapak I Made Sukarmawan memiliki alergi terhadap ikan laut. Apabila memakan
ikan laut, akan timbul reaksi bentol kemerahan pada seluruh tubuh dan gatal.
Bapak I Made Sukarmawan biasanya menggunakan daun jeruk yang sudah di
tumbuk untuk dioleskan pada kulitnya. Menurut penuturan, bentol dan gatalnya
membaik setelah dioleskan tumbukan daun jeruk. Anak pertama I Made
Sukarmawan memiliki kebiasaan bersin-bersin ketika masuk ke tempat yang
berdebu dan ketika dekat dengan bulu hewan. Keadaan tersebut dibiarkan dengan
istirahat yang cukup, karena biasanya hilang dengan sendirinya. Gangguan
10
kesehatan yang dialami oleh anak pertama bapak I Made Sukarmawan akan
dibahas lebih lanjut.
11
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
12
8. 27 Agustus Perpisahan dan pemberian kenang-kenangan
2015
Partisipasi keluarga Bapak Made Sukarmawan sangat baik. Partisipasi berupa diskusi
secara aktif dan praktek perilaku hidup sehat yang dilakukan secara antusias. Perilaku
merokok mulai dicoba oleh bapak Made Sukarmawan mengingat pentingnya kesehatan
dan manfaat ekonomi yang diperoleh.
13
7. 25 Agustus Evaluasi dan motivasi dalam mengurangi
2015 konsumsi rokok
Evaluasi perilaku mencuci tangan, menggosok
gigi, dan kebersihan diri serta lingkungan
8. 26 Agustus Perpisahan dan pemberian kenang-kenangan
2015
Partisipasi bapak I Ketut Linggih sangat baik. Hal ini terlihat dari diskusi aktif yang
dilakukan serta turut serta keluarga untuk mencoba menjalankan praktik yang
diberikan. Bapak I Ketut Linggih juga mencoba untuk mengurangi rokok 1 batang tiap
minggunya.
14
Partisipasi keluarga Bapak I Nyoman Sucipta cukup baik. Praktik yang
diberikan sudah mulai dilaksanakan.
15
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
16
dampak kesehatan yang diperoleh terus diberikan agar keluarga memiliki motivasi
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Tidak seperti kebanyakan laki-laki di desa Bayung Cerik, bapak I Nyoman Sucipta
tidak merokok. Beliau sadar bahwa merokok hanya membakar uang jerih
payahnya bekerja, ditambah lagi berdampak buruk bagi paru-parunya. Hanya saja
17
beliau memang mengakui kalau cuaca di daerah kintamani cukup ekstrim, saat
siang hari teramat panas dan pada malam hari teramat dingin. Daya tahan tubuh
perlu ditingkatkan agar tidak mudah sakit. Pemilihan makanan yang bergizi
dengan memperbanyak buah dan sayur dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu pemberian informasi mengenai penanganan awal penyakit umum yang
sering dijumpai seperti flu, diare, demam dan sakit kepala sudah diberikan.
Keluarga bapak Nyoman Sucipta berdiskusi secara aktif.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Secara keseluruhan, 2 keluarga binaan masih memiliki lingkungan fisik
yang kurang sehat dan masih rendahnya pengetahuan perilaku hidup bersih
dan sehat.
2. Masih terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai perilaku merokok dan
konsep penyakit tertentu.
3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah saya lakukan adalah mempraktekan
salah satu teori kedokteran keluarga yaitu promosi kesehatan kepada ketiga
keluarga binaan saya dengan cara memberikan informasi tentang suatu
penyakit serta praktek bersama dalam melakukan pola hidup bersih dan
sehat.
4.2 Saran
1. Menganjurkan kepada keluarga binaan akan kebiasaan hidup sehat,
dimulai dari kebersihan diri sendiri, seperti mandi, cuci tangan, sikat gigi
dan menghindari kebiasaan merokok.
2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah
secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan
peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat
yang baik.
19
BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta penderita
dari seluruh etnis dan usia. Gejala klinis pada rinitis alergi adalah bersin berulang pada
pagi hari, rinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang
kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi). Awitan gejala
timbul cepat setelah paparan allergen dapat berupa bersin, mata atau palatum yang
gatal berair, rinore, hidung gatal, hidung tersumbat. Pada mata dapat menunjukkan
gejala berupa mata merah, gatal, conjungtivitis, mata terasa terbakar, dan lakrimasi.
Pada telinga bisa dijumpai gangguan fungsi tuba, efusi telinga bagian tengah.
WHO Initiative ARIA membagi rinitis alergi menjadi 2 yaitu intermiten dan perennial.
Rinitis alergi disebut intermiten bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari
4 minggu, sedangkan persisten bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4
20
minggu. Berdasarkan beratnya gejala penyakit maka dapat dibedakan menjadi ringan
dan sedang-berat. Faktor penentu beratnya penyakit adalah adanya gangguan tidur dan
gangguan aktivitas sehari-hari.
Anamnesis perlu ditanyakan adanya keluhan berupa bersin berulang, rinorea, lakrimasi
pada mata dan terasa gatal. Selain itu riwayat sakit terdahulu, riwayat dalam keluarga
dan keadaan lingkungan rumah maupun tempat kerja perlu ditanyakan untuk
mengetahui adanya riwayat atopik dan kemungkinan etiologi rinitis alergi. Dari
pemeriksaan fisik akan ditemukan mukosa edema basah, berwarna pucat atau livid
disertai adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak
hipertofi. Gejala spesifik pada anak adalah adanya bayangan gelap di daerah bawah
mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner).
Selain itu juga tampak pasien menggosok-gosok hidung, karena gatal dengan
punggung tangan (allergic salute). Menggosok-gosok hidung mengakibatkan
timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease).
Data Keluarga:
Jenis Hubungan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin dgn KK
I Made Tidak Tamat Kepala
1. L 40 th Pengrajin
Sukarmawan SD Keluarga
21
Made
2. P 35 th Tamat SD Istri KK Buruh tani
Wardani
Wayan
3. P 17 th SMK Anak I KK Pelajar
Purnati
Made
4. L 10 th SD Anak II KK Pelajar
Suarjana
22
Pasien sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat maupun
trauma. Pada saat kecil pasien tidak memiliki penyakit berat sampai harus di
opname. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama
seperti pasien. Namun ayah pasien memiliki reaksi alergi terhadap ikan laut.
Ketika memakan ikan laut, sekujur tubuh ayahnya akan dipenuhi bentol
kemerahan dan terasa gatal. Ayah Wayan Purnati sudah memiliki gangguan
tersebut sejak berusia 8 tahun.
23
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS
24
2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
Penghasilan keluarga kedua orang tua yaitu sebagai pengrajin kayu dan buruh tani.
Bapak I Made Sukarmawan sebagai pengrajin kayu memiliki jam kerja yang fleksibel
sesuai dengan kemampuannya. Pekerjaan tersebut dimulai dari mengumpulkan kayu
hingga menjadi tempat buah yang siap dipakai. Made Wardani, istri bapak I Made
Sukarmawan bekerja sebagai buruh tani jeruk. Beliau bekerja pada saat musim panen
jeruk tiba, dengan membantu tetangganya yang memiliki kebun jeruk. Ketika musim
panen berakhir, ibu Made Wardani bekerja membantu merawat hewan ternak milik
tetangganya. Dengan demikian dapat dikatakan penghasilan ibu Made Wardani tidak
menentu. Rata-rata sebulan penghasilan Bapak Made Sukarmawan sekitar Rp
1.000.000,00 dan penghasilan istrinya sebulan rata-rata Rp. 500.000,00. Anak-anak
belum bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, sehingga total penghasilan keluarga
ini sebulan adalah Rp 1.500.000,00. Keluarga ini mendapat bantuan beras dari
pemerintah. Keluarga ini memiliki sebuah televisi berwarna 21 inch dan sebuah sepeda
motor. Pengeluaran keluarga bapak I Made Sukarmawan adalah kebutuhan sehari-hari,
biaya air dan listrik, serta biaya pendidikan anak-anaknya. Pendapatannya setiap bulan
dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pengeluaran yang dilakukan
oleh keluarganya sangat pas sehingga tidak memiliki kemungkinan untuk menabung.
25
dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh mereka. Mereka juga saling
bahu membahu dalam mengatur semua urusan rumah tangga. Tidak terdapat
perselisihan yang berarti antara penderita dengan keluarganya. Selain itu, hubungan
dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Terlihat dari pada setiap kunjungan,
tetangga sekitarnya biasanya berkunjung sore hari ke rumahnya untuk mengobrol
bersama ataupun mejejahitan bersama.
26
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI
27
mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat bersekolah. Wayan Purnati
tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter bila mengalami sakit. Jika
mengalami sakit, Wayan Purnati hanya membeli obat di warung dan beristirahat
cukup.
Dalam keluarga belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, menyikat
gigi secara teratur, minum dari air keran, dan kebersihan diri dan lingkungan
yang kurang terawat. Hal ini turut berperan terhadap penyakit rinitis alergi yang
dialami oleh Wayan Purniati.
28
preventif dilakukan pemberian pemahaman dan intervensi perilaku pada penderita
dan keluarga, dengan poin pokok adalah menghindari kontak dengan alergen.
Menghindari kontak dengan alergen dapat dilakukan dengan tidak mendekati
sumber alergen, menggunakan alat pelindung diri, dan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Pemahaman terhadap penyakit yang diderita Wayan Purniati
harus juga disampaikan pada keluarga agar keluarga turut berperan dalam
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat bagi Wayan Purniati.
B. Berkesinambungan
Berkesinambungan adalah prinsip yang berusaha agar upaya kesehatan tidak
berhenti saat penderita sudah merasa sehat, namun terus berlanjut dalam upaya
mempertahankan kesehatan penderita tersebut. Dalam hal ini, perlu adanya
pemantauan terhadap upaya preventif yang dilakukan keluarga dan perilaku
penderita dalam menghindari alergen. Evaluasi perlu dilakukan apakah setelah
upaya preventif dan penghindaran alergen masih timbul gejala rinitis alergi.
D. Mengutamakan Pencegahan
1. Pencegahan primer
- Memberikan penjelasan mengenai faktor resiko rinitis alergi yaitu adanya
bakat atopik dan faktor lingkungan
29
- Menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai gejala-gejala rinitis alergi.
- Menganjurkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga daya tahan
tubuh dan lingkungan yang bersih dan sehat
2. Pencegahan sekunder
- Pencegahan sekunder melalui upaya menghindari paparan alergen dan terapi
medikamentosa
- Menganjurkan kepada penderita untuk menghindari paparan kemungkinan
penyebab rinitis alergi dengan menjauhi sumbernya atau menggunakan
pelindung diri seperti masker
- Rumah dibersihkan agar debu dalam rumah berkurang dan penempatan
barang-barang dilakukan lebih rapi
- Ventilasi di tambah agar terjadi pertukaran udara yang baik dan cahaya
matahari dapat masuk
- Hewan peliharaan agar tidak masuk ke dalam rumah
- Menghindari bahan-bahan karpet dan menggantinya dengan plastik
- Memanfaatkan lahan kosong dengan menanam tanaman dan menyiram
pekarangan agar debu tidak mudah masuk ke dalam rumah.
- Pengunaan antihistamin dan dekongestan untuk meringankan gejala
3. Pencegahan tersier:
Menjelaskan kepada penderita komplikasi yang terjadi apabila dibiarkan yaitu
sinusitis, otitis media, dan polip.
30
bakat atopik dan faktor lingkungan; jadi perlu diberikan KIE agar penderita dan
keluarga selalu berperilaku hidup sehat serta memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar.
F. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh
bukan sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian penderita ditangani secara
holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis, sosial
ekonomi, budaya, serta agamanya.
- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai
penyakit rinitis alergi dan komplikasinya, penerapan pola hidup sehat, dan
penjelasan tentang obat-obatan yang diminum, baik cara kerja, sampai efek
sampingnya.
- Secara psikologis, dengan memberi dukungan kepada penderita, yaitu dengan
cara meningkatkan kasih sayang, keharmonisan dalam keluarga dijaga dengan
baik dan perhatian kepada penderita.
- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita, dimana
untuk pengobatan rinitis alergi sudah ditanggung asuransi JKN sehingga
penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan untuk mencari
pengobatan dengan memanfaatkan JKN.
- Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama pengobatan disarankan
agar keluarga tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Keluarga binaan memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu
baik, keadaan ekonomi menengah ke bawah, serta prilaku hidup sehat yang
masih rendah.
2. Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini belum baik, masih
terdapat persepsi yang salah sehingga perlu dibenahi
3. Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Made Sukarmawan
telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut
promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
serta motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
penyakit yang sedang atau pernah diderita.
4.2 Saran
1. Menyarankan pasien agar tidak menganggap sepele penyakit rinitis alergi dan
mengupayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Keluarga sebaiknya mendukung upaya preventif yang telah disarankan untuk
mengurangi derajat kesakitan penderita dan membantu menjaga kesehatan
penderita
32