Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

URTIKARIA

OLEH
KELOMPOK 2

ALDA NURMALA SARI ( 203210036 )


SENDY AMELIA ( 203210061 )
SHOFIA RETNANING P ( 203210062 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Tiada kata lain untuk menyampaikan terima kasih kepada Yang


Maha Pengasih  selain ucapan syukur atas segala karunia dan kasih
sayangNya sehingga penyusunan makalah ini bisa selesai dengan
baik.
Adapun pembuatan makalah ini disusun dari beberapa buku
serta beberapa tambahan materi dari internet dengan menggunakan
bahasa yang sederhana. Banyak sekali masalah dan hambatan yang
ditemui saat menyusun makalah ini, untunglah beberapa teman
sejawat melibatkan diri secara aktif dan bekerja keras untuk bisa
menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini, secara khusus temen-
temen yang setia mendampingi dengan setia dalam memberi
semangat, kiranya Tuhan berkenan mencurahkan berkatNya bagi
mereka.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, segala saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnana makalah ini akan penulis terima dengan senang hati.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 27 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................5
2.1 Defenisi Urtikaria.............................................................................................................5
2.2 Etiologi Urtikaria..............................................................................................................5
2.3 Klasifikasi Urtikaria..........................................................................................................6
2.4 Epidemologi......................................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................................8
2.6 Patofisiologi......................................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................10
2.8 Pengobatan......................................................................................................................10
2.9 Asuhan Keperawatan......................................................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sejarahnya urtikaria dikenal pertama kali oleh pengamat-
pengamat dibidang medis seperti Hipocrates,Plimy,dan Celcius.Terminologi
urtikaria pertama kali dipergunakan secara luas pada abad 18 Masehi.
Urtikaria dikenal juga sebagai  penyakit kulit dan bintul-bintul
kemerahan sebagai akibat proses alergi .Bentuk kelaianan klinisnya amat
bervariasi dengan ukuran beberpa milimeter hingga berdiameter, beberapa
sentimeter. Lesi ini bisa bersifat terlokalisir seperti pada urtikaria fisik,
meluas, atau menggabung menjadi satu membentuk giant urtikaria.
Serangan urtikaria bisa terus menerus atau munculnya kadang-kadang saja.
Biasanya berlangsung sekitar 30 menit ( misalnya pada urtikaria fisik ),
hingga beberapa hari pada urtikaria vaskulitis. Namun jarang sekali
progresif menjadi reaksi anafilarksis.
Secara umum keluhan pasien urtikaria hanya merasakan gatal, tetapi
pada episode serangan urtikaria yang berat dapat mengeluh badan terasa
lelah, gangguan pencernaan dan menggigil. Angiodema merupakan
spectrum urtikaria yang terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam, lebih
sering terasa nyeri dibandingkan gatal dengan waktu penyembuhan yang
relatif lebih lama.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mengerti tentang pengertian dari urtikaria.
2. Mengetahui jenis-jenis urtikaria.
3. Mengetahui etiologi, proses perjalanan penyakit urtikaria.
4. Mengetahui pengobatan dari urtikaria.
5. Menyusun rencana keperawatan dengan mengetahui masalah-masalah
atau diagnosa keperawatan yang diteruskan pada klien
dengan  penyakit urtikaria

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Urtikaria

Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adalah suatu gejala


penyakit berupa gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol
( edema ) yang biasanya disebabkan oleh alergi ( www.urtikaria.com )
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan
yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit
yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham,
brown. 2205 ).
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtikaria atau
edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit
yang di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000 )

2.2 Etiologi Urtikaria


Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh
alergi, baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
 Jenis makanan yang dapat menyebabakan alergi misalnya: telur, ikan,
kerang, coklat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi,
udang, dll.
 Jenis obat-obatan yang menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin,
bronide, serum, vaksin, dan opium.

5
 Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk
kembang, jamur, debu dari bulu burung, debu rumah dan ketombe
binatang.
 Pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas,sinar matahari,tekanan
atau air.
 Lingkungan. Terpapar dengan debu rumah, jamur, perubahan temperatur,
serbuk sari bunga, dll.
 Stress. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan.
Stress emosional dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan
seseorang meningkat kemungkinan terjadi urtikaria.
 Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara
lain limfoma, hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
 Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria
setempat. Nyamuk, lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria
bentuk papul di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri

2.3 Klasifikasi Urtikaria


1. Urtikaria Akut
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa
hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah:
a. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ),
bulu binatang/makanan.
b. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan,
kerangan-kerangan dan strouberi.
c. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. Urtikaria Kronis
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau
beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya
faktor penyebab tunggal.

6
3. Urtikaria Pigmentosa
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang
berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan
rasa gatal.
4. Urtikaria Sistemik
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi
kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang
berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.Berdasarkan
penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya
atau sulit dideteksi
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan
dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan
tekanan
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh
rangsangan air
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar
matahari
8. vaskulitik urtikaria
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas,
latihan berat dan stress
2.4 Epidemologi
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih
banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Tidak ada
perbedaan frekuensi jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.

2.5 Manifestasi Klinis


a.Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik
merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.

7
b.Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar
benjolan tersebut.
c.terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan,
terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
d.adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa
menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk
pernafasan
e.Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul
lesi baru.
f.Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar lesi
terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan
panas lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin atau panas.
Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3
milimeter dikelilingi daerah warna merah dan terdapat di daerah yang
berkeringat. Secara klinis urtikaria kadang-kadang disertai
angioedema yaitu pembengkakan difus yang tidak gatal dan tidak
pitting dengan predileksi di muka, daerah periorbita dan perioral,
kadang-kadang di genitalia. Kadang-kadang pembengkakan dapat
juga terjadi di faring atau laring sehingga dapat mengancam jiwa.

2.6 Patofisiologi
Pada gangguan urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh
darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit
infiltrasi sel perivaskular, di antaranya yang paling dominan adalah
eosinofil. Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama
histamin, akibat degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan juga
leukotrien dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit
sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel,
terutama eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan
pembengkakan kulit lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang

8
ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah
yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh darah jaringan
subkutan, biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang terjadi
tidak berbatas tegas dan tidak gatal karena jaringan subkutan mengandung
sedikit ujung saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang terkena
biasanya muka (periorbita dan perioral). Urtikaria disebabkan karena adanya
degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme imun atau
nonimun.
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme imun bila terdapat
antigen (alergen) dengan pembentukan antibodi atau sel yang tersensitisasi.
Degranulasi sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui reaksi
hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik.
Faktor infeksi pada tubuh diantaranya infeksi viru (demam, batuk dan
pilek) merupakan faktor pemicu pada urtikaria yang paling sering terjadi
namun sering diabaikan
Beberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat langsung
menginduksi degranulasi sel mast. Zat ini dinamakan liberator histamin,
contohnya kodein, morfin, polimiksin, zat kimia, tiamin, buah murbei,
tomat, dan lain-lain. Masih belum jelas mengapa zat tersebut hanya
merangsang degranulasi sel mast pada sebagian orang saja, tidak pada
semua orang.
Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikaria dingin),
gesekan atau tekanan (dermografisme), panas (urtikaria panas), dan getaran
(vibrasi) dapat langsung menginduksi degranulasi sel mast.
Latihan jasmani (exercise) pada seseorang dapat pula menimbulkan
urtikaria yang dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas, kecil-
kecil dengan diameter 1-3 mm dan sekitarnya berwarna merah, terdapat di
tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang peranan adalah
asetilkolin yang terbentuk, yang bersifat langsung dapat menginduksi
degranulasi sel mast.

9
Faktor psikis atau stres pada seseorang dapat juga menimbulkan
urtikaria. Bagaimana mekanismenya belum jelas.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab
urtikaria
 Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam
 Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan
komplemen.
 Test kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk
membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk
mencari alergen.
 Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan
yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per
satu.

2.8 Pengobatan
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak
perlu adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini
gejalanya tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri.
Tetapi pada urtikaria kronik bisa di lakukan pengobatan dengan
menggunakan anthihistamin. Obat ini merupakan pilihan utama adalah
penanganan urtikaria.
Ada beberapa tindakan yang harus di lakukan dalam penangnan
urtikaria adalah :
 mencari dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan
urtikaria
 Membuat catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan
apa yang kita makan. Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk
mencari penyebab urtikaria

10
 untuk menghilangkan rasa gatal dapat di oleskan sedikit tepung soda
bakar yang sudah di campur dengan air atau 1/10 larutan menthol
dalam alkohol.
Cara terbaik untuk mencegah kambuhnya biduran adalah dengan
menghindari paparan alergen. Untuk itu, langkah pertama adalah mengenali
bahan atau hal apa saja yang dapat memicu biduran, kemudian
menghindarinya selamanya. Masalahnya, pada beberapa orang sering kali
biang alergen sulit diketahui. Selain itu, ada beberapa jenis alergen yang
memang sulit dihindari, misalnya hawa dingin. Untuk kasus seperti ini,
sebaiknya selalu membawa obat antialergi sebagai antisipasi jika biduran
menyerang.

2.9 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Melalui pengkajian  pasien dengan alergi, diperlukan data dasar yang
lengkap. Termasuk riwayat pasien yang lengkap, pemeriksaan fisik,
diagnostik test dan skin test terhadap allergen.
a. RIWAYAT KESEHATAN :
Riwayat kesehatan yang menyeluruh yang mencakup keluarga
yang mengalami alergi, alergi pada masa lu dan saat ini,, faktor
sosial dan lingkungan. Informasi dapat diperoleh dari pasien atau
pada tempat pelayanan kesehatan.
Riwayat keluarga, termasuk informasi tentang reaksi atopik
yang berhubungan, terutama penting mengidentifikasi faktor risiko
pada pasien. Gangguan tertentu, manifestasi klinik, dan
penanganannya harus dikaji.
Riwayat alergi pada masa lalu dan saat ini harus dicatat.
Mengidentifikasi alergen yang mungkin dapat memicu reaksi adalah
penting untuk mengontrol reaksi alergi. Menentukan waktu untuk
beberapa tahun yang lalu tentang alergi yang diderita pada masa lalu
dapat membantu menentukan jenis alergen. Informasi juga dapat

11
diperoleh dengan menanyakan obat yang pernah digunakan untuk
pengobatan alergi.
Juga diperlukan manifestasi klinik akibat reaksi alergi,
misalnya jika pasien wanita kaji gejala selama hamil, menstruasi,
atau menopause. Faktor sosial dan lingkungan terutama lingkungan
fisik. Pertanyaan yang berhubungan dengan binatang kesayangan,
pepohonan, dan tanaman; polusi udara dalam rumah atau ditempat
pekerjaan dapat memberikan informasi yang bernilai tentang jenis
alergen. Juga makanan, dan obat-obatan. Dan akhirnya pertanyaan
yang berhubungan dengan pola hidup dan tingkat stres dapat
dipandang berhubungan dengan timbulnya gejala alergi
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan secara menyeluruh head-to-toe pada pasien
alergi, terutama berikan perhatian pada lokasi  manifestasi alergi.
Pengkajian menyeluruh meliputi data subjektif dan objektif,
misalnya masaslah gangguan pernafasan yang berulang-ulang :
batuk, sesak nafas, sputum kental, stridor, wheezing, reaksi
pengobatan, intoleransi makanan , muntah, diare, gatal, kemerahan
pada kulit, adanya papula/vesikel/bulla, iritasi. Konjuntivitis,
lakrimasi, pendengaran berkurang, infeksi telinga yang berulang,
suara hidung, rhinitis, pilek, dan lain-lain.
c. DIAGNOSTIK TEST
Deteksi ketidaknormalan dari limfosit, eosinofil, dan
imunoglobulin. Juga pemeriksaan darahlengkap dan test serologis.
Jumlah eosinofil meningkat pada Tipe I termasuk  IgE, test allergen,
Pada asthma misalnya  test kapasitas vital paru, volume  pernafasan.
Test kulit : biasanya dilakukan terutama sensitiftas pasien dengan
penyakit atopik.

2. Diagnosa Keperawatan
 Kerusakan Integritas Kulit b.d hiperemesis pada kulit

12
 Gangguan perfusi jaringan b.d penekana pada pembuluh darah
 Gangguan pola istirahat tidur b.d stimulus dari pruritas
 Gangguan citra tubuh b.d gangguan fungsi estetika dari kulit
 Kecemasan b.d koping individu tidak adekuat
3. Intervensi dan Rasional
Ø  NDX : Gangguan perfusi jaringan b.d penekana pada pembuluh
darah
Tujuan:Klien akan menunjukkan atau mempertahankan perfusi
jaringan secara adekuat.
 Intervensi:
Monitor dan catat pernafasan klien
Ò      :Kegagalan pompa jantung atau teknan pada pembuluh darah
dapat menyebabkan hipoksia sehingga pasien bisa mengalami sesak
napas.
Kaji fungsi gastrointestinal
Ò      :Penurunan alirandarah ke pencernaan dapat     mengakibatkan
disfungsi saluran cerna.
Observasi adanya perubahan tiba2 seperti cemas ,bingung, dan
kesadarn menurun
Ò      :Perfusi jaringan otot berhubungan lansung dengan cardiak
output
Observasi kemungkinan adanya sianosis,pucat dan kulit dingin
Ò      :Vasokontriksi sistemik timbul akibat penurunan suplai oksigen
kejaringan
Motivasi latihan aktif/pasif klien
Ò      :Akan mengurangi statis vena dan menurunkan tromboflebitis
Ø  NDX:Gangguan pola istirahat tidur b.d stimulus dari pruritas
Tujuan:kebutuhan istirahat klien dapat terpenuhi
Intervensi:
Kaji pola tidur klien
Ò      Mengetahui kecukupan istirahat tidur klien
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tentram

13
Ò      Lingkungan yang nyaman dan tentram dapat memberikan
kesempatan kepada klien untuk beristirahat
Jelaskan kepada klien  penyebab dari nyeri dan anjurkan untuk
mengambil posisi yang nyaman dan menyenangkan
Ò      Klien dapat mengetahui penyebab dari nyeri sehingga kooperatif
dalam  perawatan
Anjurkan klien untuk tidur dan istirahat
Ò      Memenuhi kebutuhan tidur klien  dan istirahast klien
Ø  NDX:Gangguan citra tubuh b.d gangguan fungsi estetika dari kulit
Tujuan:Klien tidak merasa rendah diri
Intervensi:
Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit
Ò      Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/
kesalahan konsep
Kaji persepsi pasien mengenai bagaimana orng terdekat menerima
keterbatsanya.
Ò      Syarat verbal & non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
Perhatikan perilaku menarik diri menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh atau perubahan
Ò      Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaktif ,membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan atau membuat
jadwal aktifitas
Ò      Meningkatkan perasaan kompetensi atau harga diri mendorong
kemandirian dan mendorong partisipasi dalam terapi.
Bantu dengan kebutuhanperawatan yang diperlukan.
Ò      Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri.

Ø  NGX:Kecemasan b.d koping individu tidak adekuat

14
Tujuan: klien dapat mengenal perasaannya dan mengidentifikasi
penyebab dab faktor menunjang
Intervensi:
Kaji tingkat kecemasan klien
Ò      Merupakan indicator yang mempengaruhi proses penyembuhan
klien
Observasi tanda verbal dan tanda non verbal
Ò      Perkataan dan perbuatan klien dapat menunjukkan perasaan
kecemasannya
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Ò      Klien akan merasa legah dan dapat mengungkapkan percaya diri
klien karena merasa diperhatikan
Jelaskan kepada  klien tenteng proses penyakitnya
Ò      Klien mengerti dan tahu akan penyakitnya sehingga mengurangi
kecemasan klien
Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan peralatan yang digunakan
selama perwatan
Ò      KLien dapat mengerti dan tahu sehingga dapat diajak bekerja
sama.
Pertahankan kontak mata dengan klien secara konsisten dan beri
dorongan spiritual
Ò      Dengan komunikasi yang baik klien akan merasa
betah,diterima,diperhatikan sehingga klien merasa tenang dan aman.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, yang biasa
disebabkan oleh alergi misalnya makanan, suhu, dll.  Cara terbaik untuk
mencegah kambuhnya biduran adalah dengan menghindari paparan alergen.
Untuk itu, langkah pertama adalah mengenali bahan atau hal apa saja yang
dapat memicu biduran, kemudian menghindarinya selamanya. Masalahnya,
pada beberapa orang sering kali bilang alergen sulit diketahui. Selain itu,
ada beberapa jenis alergen yang memang sulit dihindari, misalnya hawa
dingin. Untuk kasus seperti ini, sebaiknya selalu membawa obat antialergi
sebagai antisipasi jika biduran menyerang.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi untuk
penyempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Subhan. 2006. ASKEP: Pasien dengan urtikaria. Surabaya: UNAIR Press.


Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.
www.eMedicine .com- Nasal Polyps  Article by John E McClay GOOD.htm/,
(Online) (diakses 26 Maret 2012).

17

Anda mungkin juga menyukai