Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas

berkah dan inayah-Nya penulisan makalah ini dapat dirampungkan. Sholawat dan

salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena perjuangan

beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT.

Dalam penulisan makalah “Pendelegasian dan Supervisi”” dalam mata kuliah

Manajemen Keperawatan, diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat

mendorong dan membantu para mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang

manajemen keperawatan. Adapun bagi para pembaca selain kalangan kampus,

makalah ini berguna terutama untuk menyelami dengan memperluas wawasan

tentang manajemen keperawatan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

bekerja sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Mudah

– mudahan Allah SWT membalas amal baik tersebut dan merupakan amal jariyah

hendaknya, Amin.

Bandar Lampung, 30 november 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain
untuk mencapai organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dengan kata
lain manajemen adalah proses mengumpulkan dan mengorganisir sumber-sumber
dalam mencapai tujuan yang mencerminkan kedinamisan organisasi.
Manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah
terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci keberhasilan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien adalah komunikasi, koordinasi,
konsultasi, pengawasan, dan pendelegasian.
Pendelegasian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan instruksi,
menetapkan prinsip-prinsip berdasarkan standar, membandingkan penampilan,
standar dan memperbaiki kekurangan
Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang diperlukan
staf untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (Swansburg, 2000). Supervisi adalah
suatu kegiatan pembinaan dengan menerapkan prinsip mengajar, mengarahkan,
mengobservasi dan mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat
dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan dari perawat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan delegasi?
2. Apa aspek penting dalam pendelegasian?
3. Jelaskan wewenang yang didelegasikan!
4. Apa yang dimaksud supervisi?
5. Apa fungsi dan tujuan supervisi?
6. Apa prinsip supervisi?
7. Bagaimana teknik supervisi?
8. Bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan delegasi.
2. Menjelasakan aspek penting dalam pendelegasian.
3. Menjelaskan wewenang yang didelegasikan.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud supervisi.
5. Menjelaskan fungsi dan tujuan supervisi.
6. Menjelaskan prinsip supervisi.
7. Menjelaskan bagaimana teknik supervisi.
8. Menjelaskan bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas sebaiknya
didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat menggunakan waktunya
itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/
bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang
bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda
staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu
sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan
kepadanya ( Manulang, 1988).
Delegasai wewenang adalah proses yang paling fundamental dalam
organisasi, sebab pimpinan tak kan sanggup melakukan segala sesuatu dan
membuat setiap keputusan.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen
penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima
prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer
mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
B. Aspek Penting Dalam Pendelegasian
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam
upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas
penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang
"berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di
mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi
bidang berikut.
a. Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau
diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan ("desired results").
1) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus
dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama
diarahkan kepada hasil produksi.
2) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab,
kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas,
dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
b. Pelaksanaannya dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas,
baik bagi tugas maupun pelaksana tugas. Artinya pendelegasian
menyatakan pedoman-pedoman, larangan-larangan, dan batas-batas
dimana seseorang harus bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini
menolong setiap orang untuk bekerja dengan baik/patut.
c. Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti. Pendelegasian
menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan adanya sumber-sumber
daya, antara lain sumber daya manusia, keuangan, teknis, atau organisasi
yang dapat dipakai seseorang untuk menyelesaikan tugas yang
didelegasikan kepadanya.
d. Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
("responsibility" dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan
patokan yang akan digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang
diwujudkan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
kerja yang dapat dilakukan dengan membuat/memberi pelaporan pada
awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi
oleh pemimpin.
e. Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki
("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang
akan terjadi, yang baik maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari suatu
pekerjaan atau tugas yang didelegasikan. Akibat-akibat ini dapat diukur
melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan dengan meneliti deskripsi
tugas dan hasil kerja atau produk yang telah dilakukan atau dihasilkan.
Dengan menanyakan apakah semuanya ini telah dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan rencana, ketentuan dan prosedur, ataukah malah
sebaliknya.
C. Wewenang yang Didelegasikan
Tidak semua tugas dan wewenang didelegasikan oleh pimpinan kepada
bawahan, maka untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang layak
dan pantas untuk didelegasikan (Bantu, Tampubolon, 2004).
Seorang manager dapat mendelegasikan sebagian dari tugas dan
wewenangnya seperti memimpin, menyusun, merencanakan dan mengawasi serta
meneliti yang dipeerlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen bila ia
mempunyai orang-orang yang wajar untuk ini dan jika ia mengembalikan
keputusan yang tetap mengenai apa yang harus dilakukannya sendiri (Bantu,
Tampubolon, 2004).
Wewenang yang didelegasikan juga berpatokan pada jenis fungsi yang
didelegasikan. Perbandingan dari masing-masing fungsi yang paling banyak
didelegasikan adalah fungsi pelaksanaan. Sebagian dari kegiatan atau wewenang
personalia yang tidak dapat didelegasikan misalnya pemberian bonus, perubahan
perjanjian atau pemecah keluh-kesah pegawai (Bantu, Tampubolon, 2004).
Fungsi keuangan merupakan fungsi yang cenderung untuk tidak
didelegasikan. Ini disebabkan karena pada umumnya tujuan perusahaan adalah
untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dengan tidak didelegasikannya fungsi
keuangan tersebut untuk menghindari kemungkinan penyelewengan dan
memudahkan pengawasan dibidang keuangan perusahaan atau organisasi. (Bantu,
Tampubolon, 2004).
D. Definisi Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses
kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas
ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan
dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari (Arwani, 2006).
E. Fungsi dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Menurut Suarli & Bachtiar (2009), manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat,
dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

F. Prinsip supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas.
Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Menurut
Suarli dan Bahtiar (2009), prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan,
bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan
untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif
dan suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya
dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan
tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan
supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

Prinsip Supervisi Keperawatan


Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi
secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-
prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan
professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara
matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana
dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang
harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif
dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif,
inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-
masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam
mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus
dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan urian tugas dan standard
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
G. Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian
masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan
masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh
pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar.
Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,
bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat . Dengan
perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang
baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya
dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat
terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan
yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran
pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan
strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan
yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan
suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan
untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan
berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang,
atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan
ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan
suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat
diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian
masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian
masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.

Tehnik Supervisi keperawatan


Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis
secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan
efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan
diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi
efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2)
menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat; 4)
berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu
waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa
arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut. Supervisi lansung
dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana,
2008):
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang
sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai
form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
2. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung
apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam
Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung:
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi
pada buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari
Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis
pada perawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau
sesuai standar.
H. Prosedur Delegasi dan Supervisi dalam Manajemen Keperawatan
1. Prosedur delegasi dalam manajemen keperawatan
Cara manajer dalam melakukan delegasi antara lain :
a. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan
umpan balik prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan - keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide ide
baru yang bermanfaat.
i. Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

2. Prosedur supervisi dalam manajemen keperawatan


Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu
supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (Keliat, 2006).
Agar supervisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka supervisi
hanya dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang mampu
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya
dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.
dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran seperti yang
diinginkan.
Kegiatan supervisi yang dilakukan secara optimal dapat menjamin
kegiatan pelayanan sesuai dengan standar mutu profesional yang telah
ditetapkan oleh organisasi profesi (PPNI, 2002). Supervisi dilakukan oleh
perawat manajer yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun
asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme.
Materi supervisi atau pengawasan harus disesuaikan dengan uraian tugas
masing-masing staf perawat yang disupervisi, hal tersebut dimaksudkan agar
perawat dapat mempersiapkan diri ketika disupervisi oleh atasan namun
bukan berarti mengada-ada.
Menurut Keliat dkk (2006) materi yang disupervisi oleh kepala ruangan
ketua tim dan perawat adalah:
a. Kepala Ruangan, materi yang disupervisi adalah kemampuan manajerial
dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Ketua Tim, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan pengelola
di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan.
c. Perawat pelaksana, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan
asuhan keperawatan.

Pengawasan berjenjang yang dilakukan oleh kepala seksi keperawatan,


kepala ruangan dan ketua tim adalah sebagai berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
b. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim, dan
Perawat Pelaksana.
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.

Menurut Sutanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh


personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain:
a. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak
langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
b. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
c. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan
supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas
keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman
dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang
supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan
terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan,
memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Tidak semua tugas dan
wewenang didelegasikan oleh pimpinan kepada bawahan, maka untuk itu
pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang layak dan pantas untuk
didelegasikan.
Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas.
Agar supervisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka supervisi hanya
dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang mampu dalam bidang
yang disupervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya dilakukan oleh
atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. dengan supervisi
diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak
menyimpang dan menghasilkan keluaran seperti yang diinginkan.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharapkan kepeda dosen dan pembaca untuk memberikan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani dan Heru Supriyatno. (2005), Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta:


EGC.
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:
Binarupa Aksara .
Bantu Tampubolon, 2004. Analisis Pendelegasian Tugas dan Wewenang. Universitas
HKBP Nommensen Medan.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Mediaka.
Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik.
Jakarta: Erlangga
Sutanto, (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah
Sakit. Jokjakarta:Mitra Cendikia Press
Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi dalam Keperawatan. Diakses pada tanggal 7
Oktober 2014. (http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.
php&id=3)

Anda mungkin juga menyukai