Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Pada kenyataanya, sering ditemukan terlalu
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dengan waktu yang hanya
sedikit. Pada situasi tersebut, pendelegasian dan pembagian pekerjaan diperlukan.
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain
atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 1998).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak
mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain untuk
menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka dapat
memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi
sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya
kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).
Banyak orang keliru mempersepsikan supervise sebagai pertanda
‘ketidakberesan’ dalam hirarki. Atasan menganggap supervise sebagai kegiatan ‘mencari
kesalahan’ bawahan. Sementara itu, bawahan melihat supervise sebagai kegiatan yang
seharusnya tidak perlu dilakukan atasan. Akhirnya, pemahaman yang sama tentang
supervise tidak pernah tercapai.

Padahal, sebenarnya supervise bertindak sebagai bagian fungsi pengerahan dalam


manajemen. Supervise merupakan salah satu cara efektif guna mencapai tujuan,
termaksud dalam tatanan pelayanan keperawatan. Supervise dapat dipandang sebagai
media untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah direncanakan, agar berjalan
sesuai keinginan dan harapan.

Suspervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang


dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas, dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Kuntoro,2010)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja konsep delegasi?
1.2.2 Apa saja konsep dasar mengenali pendelegasian yang efektif?
1.2.3 Apa saja prinsip utama pendelegasian?
1.2.4 Apa saja konsep supervisi keperawatan?
1.2.5 Apa saja Prinsip Supervisi keperawatan?

1
1.2.6 Apa saja manfaat supervisi?
1.2.7 Apa saja langkah supervisi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Dari rumusan diatas dapat menyimpulkan beberapa tujuan penulisan
sebagai berikut :
1.3.1 untuk mengetahui konsep delegasi
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar mengenali pendelegasian yang efektif
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip utama pendelegasian
1.3.4 Untuk mengetahui konsep supervisi keperawatan
1.3.5 Untuk mengetahui Prinsip Supervisi keperawatan
1.3.6 Untuk mengetahui manfaat supervisi
1.3.7 Untuk mengetaui langkah supervisi

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan makalah
mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami teori, prinsip pendelegasian dan
supervisi dalam keperawatan.

2
BAB II
TINAJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Delegasi
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga kompenen
utama, yaitu langsung jawab, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas.
Kemmapuan (acco untability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas
didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan keputusan kepada
delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang di limpahkan
(Nursalam,2018).
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang
lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam,2018).

2.2 Konsep Dasar Mengenali Pendelegasian Yang Efektif


Lima konsep yang mendasari efektifitas dalam pendelegasian liama konsep tersebut
akan dikaji sebagai berikut:
1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetepi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjedi bermakna. Menejer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melaksanakan asuhan terhadap pasien misalnya, dalam penerapan asuhan
keperawatan professional primer, seorang perawat primer (PP) melimpahkan
tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat
pendamping/associate (PA). perawat primer meberikan tanggung jawab yang
penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.
2. Tanggung jawab dan otoritas didelegasikan secara seimbang. Perawat primer
menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk melaksanakan
tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau menguasai kasus yang
dilimpahkan. Kemudian PP memberikan wewenang kepada PA untuk mengambil
suatu keputusan menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi
a. Mengkaji kebutuhan pasien
b. Identifikasi tugas yang dapat dilakukan dengan bantuan oarng lain
c. Mendidik dam memberikan pelatihan supaya tugas dilaksanakan dengan aman
dan kompten.
d. Proses menentukan potensi dalam membantu seseorang.
e. Ketersediaan supervise yang cukup oleh PP
f. Proses evaluasi yang terus menerus dalam membantu seseorang

3
g. Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA
3. Proses pelimpahan tersebut seorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan kemampuan
dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan kelimpahan ditentukan oleh.
a. Intervensi keperawatan yang diperlukan.
b. Siapa yang siapa dan sesuai dalam melakukan tugas tersebut
c. Bantuan apa yang diperlukan.
d. Hasil apa yang diharapkan.
4. Konsep tentang dukungan perlu doberikan kepada semua oanggota. Dukungan
yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA melaksanakan
tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukkan rasa percaya kepada PA
untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri. Jika masalah timbul,
maka PP harus menanyakan “apa yang bisa kita lakukan?” empowering meliputi
pemberian seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis otonomi,
menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta membangun rasa
kebersamaan dan hubungan yang serasi.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang
dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterburukan akan mempermudah
komunikasi antar PP dan PA.

2.3 Prinsip Utama Pendelegasian


Cara pendelegasian
1. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus
dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang
harus dikerjakan secara optimal adalah menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab
setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas
teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan 2 kreteria, yakni
waktu yang diperlukan dan pentingnyan bagi institus. Hal yang terpenting dalam
mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian wewenang
secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu penyalah gunaan
wewenang.
2. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yangs sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan
dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya anda memilih staf bergantung dari
kemampuan manajer mengenal kinerja staf.kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.

4
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu sedikit, jika anda
memberikan pendelegasian terlalu berlebih, maka staf tidaka akan siap untuk
menerima keadaan tersebut dan akan berdampak terhadap kegagalan staf dalam
melaksanakan tanggung jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya.
Sebaliknya pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk
efeknya terhadap staf amaupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan menghabiskan
waktu dan sering berakibat terhadap beban bagi staf.
3. Berikan arahan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih
baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajakan pula bagaimana
melaksanakan tugas tersebut.
4. Lakukan supervise yang tepat
Anda harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan
bantuan apa yang dapat diberikan. Supervisi merupakan hal yang penting dan
pelaksanaannya bergantung pada bagaimana staf melihatnya.
a. Overcontrol. Control yang berlebihan akan mengusak pendelegasian yang anda
hanya akan terfokus terhadap hal-hal yang tidak didelegasikan.
b. Undercontrol. Control yang berkurang juga akan berdampak buruk terhadap
pendelegasian, dimana staf menjadi tidak produktif dalam melaksanakan tugas
dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hasil ini juga
menyebabkan pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindari.
Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut. Namun, berikan pula penekanan terhadap deadline,
agar staf amda akan mematui pola tersebut.

2.4 Konsep Supervisi Keperawatan


Supervise dalam arti luas dikemukakan oleh Admosudiro (2000) yakni suatu
pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
bersifat rutin. Supervise merupakan suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas (Swansburg.1990)
Knon,Gray (1987) mengartikan spervisi sebagian kegiatan merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, dan mengavluasi secara berkesinambungan, terhadap anggota secara
menyeluruh, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.
Supervise dalam arti khsuus, yakni terkait konteks ilmu keperawatan, didefinisikan
sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan
perawat, dalam rangka menyelesaikan tugas, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Kuntoro,2010)

5
2.5 Prinsip Supervisi keperawatan
Seseorang menejer harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervise, agar
mampu melakukan kegiatan supervise secara benar. Prinsip-prinsip dalam supervise
keperawatan antara lain:
a. Didasarkan pada hubungan profesional dan bukan hubungan pribadi.
b. Kegiatan harus direncanakan secara matang.
c. Bersifat edukatif.
d. Memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana.
e. Mampu membentuk suasana kerja yang demokratis.
f. Dilakukan secara objektif dan mampu memacu penilayan diri (self evaluasi)
g. Bersifat progresif, inovatif, dan fleksibel.
h. Dapat mengembangkan potensi atau kelebihan dari para anggota yang terlibat
i. Bersifat konstriktif dan kreatif dalam mengembangkan diri dalam kebutuhan.
j. Dapat meningkatka kinerja bawahan, dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan

2.6 Manfaat Supervisi


Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan
atas dua macam.
1. Meningkatkan efektivitas kerja Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya
dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan “bawahan”, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara “atasan” dengan
“bawahan”.
2. Meningkatkan efisiensi kerja Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan
makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh “bawahan”, sehingga pemakaian
sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Supervisi mempunyai tiga kegunaan. Pertama, supervisi berguna untuk
meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan kepada para
pelaksana kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan dialami apabila
supervisor sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan. Ketiga, hasil supervisi berguna
untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan profesional kepada
pelaksana kegiatan. Proses memberikan layanan, format-format yang digunakan,
catatan dan laporan supervisi, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara
supervisor dan yang disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk
menyusun patokan-patokan supervisi berdasarkan pengalaman lapangan. Dengan
demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

6
sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan yang telah direncanakan.
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya
dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu pengakuan dan
penghargaan, objektivitas, serta kesejawatan. Hubungan kemanusiaan
mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar, terbuka, dan partisipatif.
Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan sikap supervisor untuk mengakui
potensi dan penampilan pihak yang disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang
disupervisi dapat dan harus mengembangkan diri. Objektivitas berkaitan dengan
informasi dan permasalahan yang telah ditemukan yang dlperlakukan oleh supervisor
sebagaimana adanya, sedangkan upaya pemecahan permasalahan dilakukan secara
rasional. Kesejawatan memberi corak bahwa kegiatan pelayanan dilangsungkan
dalam suasana akrab dan kekerabatan. Hubungan kemanusian mendasari pelayanan
profesional. Titik berat hubungan kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang
menunjukkan pengakuan, pujian, dan penghargaan, bukan sebaliknya yaitu
mencerminkan pengabaian, penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang
dilakukan oleh pihak yang disupervisi.

2.7 Langkah Supervisi


Menurut Ali Zaidin, tekmk atau metode dalam melaksanakan pengawasan adalah
bertahap dengan hngkah-langkah sebagai berikut.

Langkah I : Mengadakan Persiapan Pengawasan


1. Menentukan tujuan.
2. Menentukan metode pengawasan yang tepat.
3. Menentukan standar/kriteria pengukuran

Langkah II : Menjalankan Pengawasan


Terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana pengawasan harus
memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai, dan cara pelaksanaan.
2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu:
a. Sistem preventif yang dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan.
b. Sistem represif, yang dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya
memberikan laporanlaporan kegiatan.
c. Sistem verijikatzf, yaitu pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi dalam
pelaksanaan rencana.

7
d. Sistem inspektzf yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan
setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang
sebenarnya.
e. Sistem investigatif yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan penelitian,
penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan membongkar adanya
penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inspektrf dan verifikatif.
f. Kombinasi sistem preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu
usaha yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan.
3. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan.
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan,
efektivitas, atau kecocokan Sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan tistematis untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang
diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Huber. 2000). Menurut
Huber (2000), evaluasi dilakukan sejak perencanaan program berkaitan dengan
dimensi kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya menyiapkan
bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan perluasan,
atau pengembangan program terkait dengan pengambilan keputusan tentang
penyusunan rancangan dan isi program.

Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan


Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kurang
atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efisien. Setelah data
melalui pengawas diperoleh, maka dianalisis dan masalah yang timbul dicarikan
pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu mendatang. Pembinaan
yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima
langkah itu adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi
dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi
yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan
menggunakan pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
2. Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama.
Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari
kegiatan yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan
adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan dengan

8
kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang
disebut masalah.
3. Menganalisis masalah
Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui berberapa jenis masalah dan faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari para
pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, dan kondisi
lingkungan. Di samping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan
potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis
ini penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah.
4. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang
dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah
memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan
ditemui dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan
prioritas upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.
5. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam, yaitu pertama,
pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap
seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina memberikan dorongan, bantuan, dan
bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak
yang dibina mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan
bervariasi. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi,
bimbingan individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok. Pihak supervisor
melayani para pelaksana kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan
apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan
atau kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok dapat menghemat
biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan
kelompok antara lain diskusi, penataran, rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya.
Secara tidak langsung upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak
pembina itu dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui orang lain atau media
tertulis.
Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat dari organisasi
yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan. Sementara
itu , yang melalui media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam
bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan
tidak langsung mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi
kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media

9
yang digunakan mencakup media tertulis, seperti surat-menyurat atau media cetak
(lembaran pedoman, brosur, dan buletin).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang
lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi 9Nursalam,2018)
Supervise dalam arti khsuus, yakni terkait konteks ilmu keperawatan,
didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat, dalam rangka menyelesaikan tugas, untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Kuntoro,2010)

3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai teori, prinsip pendelegasian dan supervisi dalam keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak lengkapan
materi mengenai teori, prinsip pendelegasian dan supervisi dalam keperawatan. Kami
mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna.
Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam 2018, Manajemen Keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan professional,
Jakarta salemba menida edisi 5 jakarta selatan.
Bakri Aaria 2017, Manajemen Keperawatan konsep dan aplikasi dalam praktik keperawatan
professional, yokyakarta.
Kuntoro, Agus 2010. Buku Ajar manajemen keperawatan. Yokyakara.

12

Anda mungkin juga menyukai