Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PEMBIMBING :

IIN ISNAWATY S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 02

NAMA NIM
1. Hozaimatul hilalia 14201.09.17021
2. Imron buhori 14201.09.17025
3. Malinda fadilah 14201.09.17035
4. Muti’atun nafisah 14201.09.17042
5. Riee dyah ayu A 14201.09.17047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PADJARAKAN – PROBOLINGGO
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas
segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi
umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ”PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim,S.KM.,.S.Kep,Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Shinta Wahyuni.S.Kep.,Ns.M.Kep.,SpKep Mat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan
4. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Iin Isnawaty S.Kep.Ns.,M.Kes sebagai dosen mata kuliah keperawatan jiwa 2.

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaanpada materi makalah ini.

Probolinggo, 10 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi .................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat ..........................................................................................................2
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengkajian asuhan keperawatan jiwa.............................................................


2.2 Diagnosa asuhan keperawatan jiwa................................................................
2.3 Perencanaan asuhan keperawatan jiwa...........................................................
2.4 Implementasi asuhan keperawatan jiwa.........................................................
2.5 Evaluasi SOAP, API, TAK............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................27
3.2 Saran...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan
keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia,
proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban
dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan. Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada
beberapa rumah sakit umum ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60
% yang memenuhi kriteria. Sementara profesi lain menganggap penggunaan proses
keperawatan akan menyita banyak waktu dan kertas sehingga sehingga tidak efektif
dan efdesien. Kondisi ini tidak mengurangi semangat para perawat untuk membuktikan
bahwa proses keperawatan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, tanggung
jawab perawat, otonomi perawat dan kepuasan perawat.
Proses keperawatan jiwa mengalami masalah yang sama dengan rumah sakit
umum. Hasil evaluasi terhadap dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa
yang besar, ditemukan kuran dari 40 % yang memenuhi kriteria.
Masalah kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di
lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya
tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah
pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya (Yosep, 2010).
WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan
mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun (WHO,
2009).
Menurut National institute of mental health gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan
jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan 2 hasil sensus penduduk
Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 – 30
tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk,
dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat
sampai lima orang menderita gangguan jiwa.
Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada
pasien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis
dan teratur. Perawat jiwa dituntu memiliki kejelian yang dalam saat melakukan
asuuhan keperawtan . proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian (termasuk
analisa data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis, pembuatan kriteria
hasil, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas kelompok tertarik untuk mengangkat
rumusan masalah bagaimana proses asuhan keperawatan jiwa (pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, pohon masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi) yang
harus dilakukan oleh seorang perawat jiwa.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ditemukan beberapa rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1.2.1 Pengkajian asuhan keperawatan jiwa?
1.2.2 Diagnosa asuhan keperawatan jiwa?
1.2.3 Perencanaan asuhan keperawatan jiwa?
1.2.4 Implementasi asuhan keparawatan jiwa?
1.2.5 Evaluasi asuhan keperawatan jiwa (SOAP, API, TAK)?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka ditemukan beberapa tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui proses
keperawatan jiwa yang meliputi analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, membuat pohon masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui tentang pengkajian asuhan keperawatan jiwa.
2. Untuk mengetahui tentang diagnosa asuhan keperawatan jiwa.
3. Untuk mengetahui tentang perencanaan asuhan keperawatan jiwa.
4. Untuk mengetahui tentang implementasi asuhan keperawatan jiwa.
5. Untuk mengetahui tentang evaluasi asuhan keperawatan jiwa (SOAP, API,
TAK).

1.4 Manfaat penulisan


Berdasarkan uraian tujuan penulisan diatas maka ditemukan beberapa manfaat
penulisan adalah sebagai berikut :
1.4.1 Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang meliputi analisa data, perumusan diagnosa keperawatan,
membuat pohon masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengkajian

Sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi pengumpulan data, analisis data,
dan perumusan masalah pasien. Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara
holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat
jiwa diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness),
kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara terapeutik, dan
kemampuan berespons secara efektif (Stuart dan Sundeen, 2002) karena hal tersebut
menjadi kunci utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan memudahkan perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karenanya, dapat membantu pasien
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Stuart dan Sundeen (2015) menyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor


presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang
dimiliki pasien adalah aspek yang harus digali selama proses pengkajian. Secara lebih
terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut :

1. Identitas pasien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medis
Format pengkajian dan petunjuk teknis pengisian format pengkajian terlampir
pada bagian akhir pokok bahasan ini. Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data
objektif dan data subjektif. Data objektif adalah data yang didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data
yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara
perawat. Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat langsung
oleh perawat, sedangkan data sekunder bila data didapat dari hasil pengkajian perawat
yang lain atau catatan tim kesehatan lain. Setelah data terkumpul dan
didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat
harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap
masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
1.1 Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara
periodik, karena tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan
untuk antisipasi masalah.
1.2 Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan :
2.1 Risiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah.
2.2 Aktual terjadi masalah dengan disertai data pendukung.

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir


rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.Perawat mengumpulkan data
tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat dan
berkesinambungan.Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
ASUMSI Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses
keperawatan yang bertujuan untuk menetapkan data dasar
tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk
merumuskan klien dan rencana tindakan.

KRITERIA Metode pemgumpulan data yang digunakan dapat menjamin


STRUKTUR pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, diperbaharuinya
data dalam pencaatan yang ada, kemudian memperoleh data dan
terjaganya kerahasiaan. Tatanan praktik mempunyai sistem
pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral
dari sistem pencatatan pengumpulan data klien. Sistem
pencatatan berdasarkan proses keperawatan: singkat,
menyeluruh, akurat dan berkesinambungan sistem pengumpulan
data keperawatan yang merupakan bagian integral dari sitem
pencatatan kesehatan klien. Praktik mempunyai sistem
pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari sistem
pencatatan kesehatan klien. Ditatanan praktik tersediasistem
penyimpanan data yang dapat memungkinkan diperoleh
kembali bila diperlukan. Tersedianya sarana dan lingkungan
yang mendukung.

KRITERIA Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,


PROSES pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang. Sumber
data adalah klien, keluarga klien, tim kesehatan serta catatan
lain. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data. Data
yang dikumpulkan dan difokuskan untuk mengidentifikasi :
status kesehatan saat ini, status kesehatan masa lalu, status
biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status
sosial kultur, status spiritual, respon terhadap terapi, harapan
terhadap tingkat kesehatan yang optimal, respon masalah
potensial.

KRITERIA Data dicatat dan dianalisa sesuai standar dan format yang ada.
HASIL Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai dengan
kebutuhan klien.

Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan.


Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan pada tabel di bawah
ini.
Tabel rumusan masalah keperawatan:
Pernyataan Tujuan keperawatan Fokus intervensi
diagnostik
Aktual Perubahan dalam perilaku pasien Mengurangi atau
(beralih ke arah resolusi menghilangkan masalah.
diagnosis atau perbaikan status).
Risiko tinggi Pemeliharaan kondisi yang ada Mengurangi faktor-faktor
risiko untuk mencegah
terjadinya masalah aktual.
Mungkin Tidak ditentukan kecuali masalah Mengumpulkan data
divalidasi. tambahan untuk
menguatkan atau
menetapkan tan dan gejala
atau faktor risiko.
Masalah kolaboratif Tujuan keperawatan. Menentukan awitan atau
status masalah
penatalaksanaan
perubahan status.
Sumber: Carpenito, 1997 dikutip oleh Keliat, 1999.
Kegiatan dalam mengumpulkan data
Perawat dalam mengumpulkan data pasien harus collect, validat, organize, record
(Kozier, et al.,1998 dalam Ah Yusuf (2015)).
1. Collect
Data yang dikelompokkan menjadi: 1) subjektif data : cover data symptom
merupakan data yang tidak bisa diukur atau diobservasi bisa juga didapatkan
dari orang lain. 2) objektif data : over data/ sign data yang bisa dideteksi oleh
orang lain selain klien, biasanya didapatkan dengan cara melakukan observasi
dan pemeriksaan fisik.
2. Validate
Mengecek kembali data untuk klarifikasi, oleh karena; objektif data dan
subjektif data tidak sinkron, pernyataan klien berbeda pada waktu pengkajian
yang berbeda, data tampak sangat tidak normal, adanya faktor yang sangat
mempengaruhi pada waktu pengukuran.
3. Organize
Data yang didapat perlu diorganisasi berdasarkan kerangka kerja dengan
menggunakan model keperawatan (nursing models), contoh : Gordon’s
Functional Health Patterns Framework, Orem’s Self Care Models, Roy’s
Adaptation Models, Maslow’s Hierarchy Of Needs, Stuart Adaptation Models.
Stuart adaptation model merupakan model penanganan yaitu krisis akut,
pemeliharaan, peningkatan.
4. Record
Data subjektif dituliskan dengan menulis kata-kata klien. Catat cues bukan
inference. Cues adalah apa yang klien ceritakan, apa yang anda lihat, apa yang
anda dengan, rasakan, bau dan ukur. Inference adalah penilaian atau apa arti dari
cues. Hindari menggunakan kata umum (normal, adekuat).
Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif.
Data objektif adalah data yang didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara
langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat.
Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat langsung oleh
perawat, sedangkan data sekunder bila data didapat dari hasil pengkajian perawat yang
lain atau catatan tim kesehatan lain. Setelah data terkumpul dan didokumentasikan
dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu
melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang
dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan.
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara
periodik, karena tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan
untuk antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan.
a. Risiko terjadinya masalah, karena sudah ada faktor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadi masalah dengan disertai data pendukung.
Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan.
Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan pada tabel di bawah
ini.

Formulir Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa


RUANG RAWAT : TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : ____________ (L/P) Tanggal Pengkajian : ____________
Umur : ____________ RM No. : ____________
Informan : ____________________________________________________

II. ALASAN MASUK


________________________________________________________________________________________________________
______________________

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan masalah jiwa di masa lalu Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam Keluarga
Tindakan Kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : ___________________________________
Masalah Keperawatan : __________________________________
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak
Hubungan Keluarga Gejala RiwayatPengobatan/perawatan
____________________ ___________ __________________________
____________________ ___________ __________________________
Masalah Keperawatan: _______________________________________
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
_____________________________________________________________________________________________________
___________________
Masalah Keperawatan: _______________________________________

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: _____ N: _____ S: _____ P: _____
2. Ukur : TB: _____ BB: _____ Turun Naik
3. Keluhan Fisik : Ya Tidak
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh : ________________________________________
b. Identitas : ________________________________________
c. Peran : ________________________________________
d. Ideal diri : ________________________________________
e. Harga diri : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
3. Hubungan Sosial:
a. Orang terdekat : ________________________________________
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: ________________
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: ________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
4. Alam Perasaan
Sedih Keakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak Mata Kurang Defensif Curiga
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________

7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Pengihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
8. Proses Pikir
Sirkumstasial Tangensial Kehilangan Asosiasi
Fight of ideas Bloking Pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol piker
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Strupor
Disorientasi:
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________
14. Gaya Tolak Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan Minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan Minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan Minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan Minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : __________s/d__________
Tidur malam lama : __________s/d__________
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : __________s/d__________
6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
9. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : ________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________

VIII. MEKANISME KOPING


Adatif Maladatif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyeesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Masalah Keperawatan : ___________________________________

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
_______________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
_______________________________________________________
Masalah dengan pendidikan, uraikan
_______________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, uraikan
_______________________________________________________
Masalah dengan perumahan, uraikan
_______________________________________________________
Masalah dengan ekonomi, uraikan
_______________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
_______________________________________________________
Masalah lainnya, uraikan
_______________________________________________________
Masalah Keperawatan : ___________________________________
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya : _______________________________________________
Masalah Keperawatan : ____________________________
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : ______________________________________________
Terapi Medik : ______________________________________________

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


____________________ ______________________________
____________________ ______________________________

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


________________________________________________________________________________________________________
___________________

Mahasiswa,

__________________________________

2.2 Diagnosa

Menurut Carpenito (1998), diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis


tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang
sudah dibuat. Misalnya pada pohon masalah di atas, maka dapat dirumuskan diagnosis
sebagai berikut :
1. Sebagai diagnosis utama, yakni masalah utama menjadi etiologi, yaitu risiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
pendengaran.
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik
diri.
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
Pada rumusan diagnosis keperawatan yang menggunakan typology single
diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Berdasarkan
pohon masalah di atas maka rumusan diagnosis sebagai berikut :
1. Perubahan sensori persepsi: halusinasi.
2. Isolasi sosial: menarik diri.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
Menurut Carpenito (1998) dalam Ah Yusuf (2015), diagnosa keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga,
atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosis
yaitu Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan
sebab akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada
pohon masalah yang sudah dibuat.
ASUMSI Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan
rencana keperawatan dalam rangka mencapai
peningkatan pencegahan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan klien.
KRITERIA Tatanan praktik memberi kesempatan 1) kepada teman
STRUKTUR sejawat klien untuk melakukan validasi diagnosis
keperawatan, 2) adanya mekanisme pertukaran informasi
tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa
keperawatan yang tepat, 3) untuk akses sumber dan
program pengembangan profesional yang terkait dan 4)
adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosa
klien

KRITERIA Proses diagnosis terdiri dari analisa, interprestasi data,


PROSES identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosa
keperawatan. Komponen diagnosa keperawatan terdiri
dari masalah (problem), penyebab (etiologi), gejala
(symptom) atau terdiri dari masalah dengan penyebab
(PE), bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien,
petugas kesehatan lain memvalidasi diagnosisi
keperawatan. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis
berdasarkan data baru

KRITERIA Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila


HASIL memungkinkan dan diagnosis keperawatan yang dibuat
diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang
relevan dan signifikan, diagnosis didokumentasikan
untuk memudahkan perencanaan implementasi dan
evaluasi.

Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian


kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan
menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu
mungkin sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara
periodic, karena tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan
untuk antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupaya upaya prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan
a. Risiko terjadinya masalah karena sudah ada factor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadi masalah dengan disertai pendukung.
Hasil kesimpulan tersebut kemudia dirumuskan menjadi masalah keperawatan.
Dalam merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan dan cara penulisan
diagnosis sebagai berikut :
1. Cara penulisan diagnosis aktual
a. Format dasar problem-etiologi (P.E)
Menyatakan dua pernyataan yaitu: problem berhubungan dengan etiologi.
Contoh harga diri berhubungan dengan penolakan.
b. Format problem-etiologi-sign and symptoms (P.E.S)
Format ini direkomendasikan pada saat pertama kali belajar menulis
diagnosis keperawatan. Jika menggunakan metode ini perlu menambahkan
manifestasi setelah etiologi dan diikuti dengan tanda dan gejala dari pasien.
Format problem-etiologi-sign and symptoms (PES) adalah problem
berhubungan dengan etiologi dengan tanda dan gejala. Contoh harga diri
rendah berhubungan dengan penolakan ditandai dengan hipersensitif.
2. Cara penulisan diagnosa risiko
Diagnosa risiko (potensial) didiagnosis dengan melihat adanya faktor resiko
dan bukan batasan karakteristik. Format hanya problem dan etiologi. Etiologi
didapatkan dari faktor risiko. bentuk bisa berupa satu pernyataan, tiga pernyataan,
multiple pernyataan sehingga tidak bisa menggunakan format PES.
3. Cara penulisan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
Cara penulisan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul diangkat
apabila masih perlu mencari data lain. Untuk itu, di diagnosis yang dituliskan
ditambah dengan kemungkinan yang diletakkan sebelum penulisan problem atau
etiologi. Contoh 1) kemungkinan situasi harga diri rendah berhubungan dengan
kehilangan pekerjaan 2) kemungkinan proses berpikir terganggu berhubungan
dengan lingkungan asing.
4. Cara penulisan collaborative problem
Masalah kolaboratif adalah suatu kondisi komplikasi dari penyakit atau
treatment dimana perawat tidak menangani secara mandiri. Pada proses
keperawatan jiwa biasanya masalah kolaborasi dari efek ECT dan efek
pengobatan tranquilizer atau etiologi untuk diagnosa resiko kegagalan. Maka
diperlukan tugas perawat untuk masalah kolaborasi adalah pencegahan dan
observasi. Pasien tidak punya tanda dan gejala (PES). Contoh risiko kegagalan
berhubungan dengan pemberian tranquilizer.

Rumusan diagnosa pada asuhan keperawatan gangguan jiwa pada awalnya


berbentuk problem related to etiology, namun sejak Konas III di Semarang maka
rumusan diagnose keperawatan jiwa dibuat menjadi tunggal sehingga hanya
menyebutkan problem tanpa perlu menuliskan etiologi. Proses keperawatan jiwa tentu
saja mengalami imbasnya, jika tadinya rencananya adalah mengatasi penyebab maka
sekarang benar-benar mengarah ke mengatasi masalah. Rumusan diagnosa tunggal
keperawatan jiwa ini mengacu pada North American Diagnosis Association (NANDA)
2005-2006.
Misalnya dapat dirumuskan diagnosis sebagai berikut:
1. Sebagai diagnosis utama yaitu masasalah utama menjadi etiologi, yaitu risiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik
diri.
3. Isolasi social: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Pada perumusan diagnosa keperawatan yang menggunakan typology single
diagnosis, maka rumusan diagnosa adalah menggunakan etiologi saja. Berdasarkan
pohon masalah di atas maka rumusan diagnosa sebagai berikut :
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi
2. Isolasi social: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2.3 Perencanaan / Intervensi

Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian masalah (P). Tujuan ini dapat dicapai jika tujuan khusus yang
ditetapkan telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E).
Tujuan ini merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai. Pada
umumnya kemampuan ini terdiri atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut (Stuart dan
Sundeen, 2015).
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis
keperawatan.
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat


dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Sementara rasional adalah alasan
ilmiah mengapa tindakan diberikan. Alasan ini bisa didapatkan dari literatur, hasil
penelitian, dan pengalaman praktik. Rencana tindakan yang digunakan di tatanan
kesehatan kesehatan jiwa disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa
Indonesia. Standar keperawatan Amerika menyatakan terdapat empat macam tindakan
keperawatan, yaitu : (1) asuhan mandiri, (2) kolaboratif, (3) pendidikan kesehatan, dan
(4) observasi lanjutan.

Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan yang mandiri,


serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim
kesehatan jiwa yang lain. Mengingat sulitnya membuat rencana tindakan pada pasien
gangguan jiwa, mahasiswa disarankan membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan (LPSP), yang berisi tentang proses keperawatan dan strategi pelaksanaan
tindakan yang direncanakan. Proses keperawatan dimaksud dalam LPSP ini adalah
uraian singkat tentang satu masalah yang ditemukan, terdiri atas data subjektif,
objektif, penilaian (assessment), dan perencanaan (planning) (SOAP). Satu tindakan
yang direncanakan dibuatkan strategi pelaksanaan (SP), yang terdiri atas fase orientasi,
fase kerja, dan terminasi.

Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan,


kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi beberapa
pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut, pengkajian tambahan,
penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan. Fase terminasi
merupakan saat untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai keberhasilan
atau kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan berikutnya.
Dengan menyusun LPSP, mahasiswa diharapkan tidak mengalami kesulitan saat
wawancara atau melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Hal
ini terjadi karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dirancang, serta tujuan
pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan atau wawancara tidak
berhasil. Berikut salah satu contoh bentuk LPSP.

Menurut Ah Yusuf (2015), rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat


komponen yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan
rasional. Tujuan umum yang berfokus pada penyelesaian masalah (P), tujuan ini dapat
dicapai setelah tujuan khusus tercapai. Sedangkan tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi (E), yang merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus
dicapai.

Umumnya kemampuan yang ingin pasien capai ini terdiri atas tiga aspek yaitu :

1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis


keperawatan.
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya bahwa dia mampu
menyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan menjadi suatu rangkaian tindakan yang dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan khusus. Rasional adalah alasan ilmiah mengapa
tindakan diberikan, yang didapat dari literature, hasil penelitian, dan pengalaman
praktik. Standar asuhan keperawatan menyatakan empat macam tindakan keperawatan
yaitu asuhan mandiri, kolaboratif, pendidikan kesehatan, dan observasi lanjutan.
Untuk mempermudah pembuatan rencana tindakan pada pasien dengan gangguan
jiwa, sebaiknya membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan (LPSP)
terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah
dirancang, serta tujuan pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan
atau wawancara tidak berhasil. LPSP memuat proses keperawatan dan strategi
pelaksanaan tindakan yang direncanakan. Proses keperawatan yang dimaksud dalam
LPSP adalah uraian singkat tentang suatu masalah yang ditemukan terdiri atas data
subjektif, objektif, penilaian (assessment), dan perencanaan (planning) (SOAP). Satu
tindakan yang direncanakan dibuatkan strategi pelaksanaan (SP), yang terdiri atas fase
orientasi, fase kerja, dan terminasi. Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan
tindakan yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan.
Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut,
pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan.
Fase terminasi merupakan saat untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai
keberhasilan atau kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
Contoh bentuk LPSP:
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 1)
Kamis, 24 Oktober 2019
A. PROSES KEPERAWATAN
4. Kondisi Klien:
Bapak D mendengar suara-suara yang memaki-maki dirinya, ekspresi wajah
tampak tegang, gelisah, dan mulut komat-kamit.
2. Diagnosis/Masalah Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi
3. Tujuan
TUM : Klien tidak mencederai, diri, orang lain, dan lingkungan
TUK :
1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya dan diskusikan
dengan klien mengenai isi, waktu, frekuensi halusinasi, situasi yang
menimbulkan halusinasi, hal yang dirasakan jika berhalusinasi, hal yang
dilakukan untuk mengatasi, serta dampak yang dialaminya.
c. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
d. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
e. Bantu klien memilih satu cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi:
“Selamat pagi pak, nama saya Rizki, nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana dengan tidurnya semalam?”
“ Tidak bisa tidur? Apa yang menyebabkan Bapak tidak bisa tidur?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang membuat
bapak tidak
bisa tidur? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau
20 menit”
2. Fase Kerja:
“Bapak D mendengar suara tanpa ada wujud? Apa yang dikatakan suara itu?”
“ Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
Bapak D dengar suara? Berapa kali sehari Bapak D alami? Pada keadaan apa
suara itu terdengar?”
“Saya mengerti Bapak D mendengar suara itu tapi saya sendiri tidak
mendengarnya”.
“Apa yang bapak D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang Bapak D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?” “Bapak D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“Caranya yaitu saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak D bilang, ‘Pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu’. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak D peragakan! Nah begitu,
… bagus! "Coba lagi!"
"Ya bagus Bapak D sudah bisa”. “Sekarang cara yang sudah Bapak bisa itu kita
masukkan ke dalam jadwal yah Pak?”
“Jam berapa saja Bapak D mau latihan?”
“Selain jam 11 jam berapa lagi?"
"Yah jam 4 sore ya Pak, bagaimana kalau malam hari juga, karena Bapak D
dengar suara itu malam hari, baiklah jam berapa Bapak D mau latihan untuk yang
malam hari?”
"Jam 9 malam yah Bapak D? Saya tulis disini Bapak D”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak D setelah latihan tadi? Bisa Bapak D ulang lagi cara
apa saja yang bisa Bapak D lakukan untuk mengurangi suara-suara itu?"
"Bagus sekali, Bapak D bisa peragakan kembali satu cara yang sudah kita
praktikkan?"
"Bagus ya Bapak D. Kalau Bapak lihat jadwal ini jam berapa saja Bapak D harus
latihan?"
"Bagus Bapak D, jadi nanti jangan lupa di jam itu Bapak D harus latihan ya!”
"Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Bapak D? Bagaimana kalau satu
jam lagi? Berapa lama kita akan bicara? Di mana tempatnya. Sampai ketemu nanti
ya Pak, selamat pagi Bapak D?”

2.4 Implementasi

Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi


apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini
(here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan. Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat
harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait
dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu
mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.
Sebelum tindakan keperawatan di implementasikan perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat
ini(here and nov). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal,intelektual,dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setalah tidak ada hambatan lagi,maka tindakan keperawatan bisa di
implementasikan. Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di
susun pada tahap perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Hal ini
perlu di lakuakn dalam implementasi (Stuart,GW 2015)
a. Dependent interventions yaitu di laksanakan dengan mengikuti standar operasional
prosedur
b. Colaborative (Interdependent), kegiatan yang di laksanakan dengan profesional
kesehatan.
c. Otonomi ( Indenpendent) yaitu kegiatan yang di laksanakan dengan melakukan
nursing. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih rencana kehidupan
dan cara mengatur dirinya. Menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan yang terbaik untuk dirinya. Setiap tindakan
keperawatan harus melibatkan pasien dan berpartisipasi dalam membuat keputusan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. Dalam pemberian terapi pasien
memiliki kebebasan menerima semua prosedur terapi yang akan diberikan.

2.5 Evaluasi (SOAP, API, TAK)

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu
1. evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan,
2. evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien
pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut :
S: Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
terhadap masalah yang ada.
P : Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut :


1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan
tetapi hasil belum memuaskan)
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada).
4. Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu mempertahankan keadaan
baru.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Standar praktik profesional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Asuhan keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional. Metode
ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. Pada rumusan diagnosis keperawatan
menggunakan typology single diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan
etiologi saja. Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen yaitu tujuan
umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Saat memulai untuk
implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak dengan pasien
dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan.
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan
tetapi masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis perlu bimbingan
dari dosen pembimbing maupun pembaca untuk kesempurnaan dari makalah ini, kami
berharap semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Ah Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015.Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa(Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET.
Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization (WHO). 2009. The Numbers Count Mental Disorders. Di akses
tanggal 22 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai