A. Sinopsis
Film ini bercerita tentang sepasang kekasih Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda) yang
merajut asmara di bangku SMA. Mereka tampak sebagai pasangan yang saling melengkapi dan
mengisi, meski jauh dari kesempurnaan.
Hubungan mereka yang harmonis dan romantis bahkan mendapat dukungan dari keluarga dan
teman-temannya. Pada hubungan yang belum terikat secara hukum legal ini, Dara dan Bima sampai
terlewat batas. Dimana mereka bersenggama hingga Dara mengalami kehamilan.
Tak lama kejadian tersebut diketahui pihak sekolah dan memanggil orangtua kedua pihak.
Orangtua Dara diberitahu bahwa Dara dikeluarkan dari sekolah. Dara kemudian diusir dari dari dan
dipaksa tinggal di rumah Bima. Suatu saat Dara mengetahui rencana orangtuanya untuk
menyerahkan bayinya kepada bibi fan pamannya. Di samping itu, orangtua Bima menyarankan
mereka untuk menikah.
Setelah pernikahan keduanya Bima bekerja sebagai pelayan di restoran ayah Dara. Di awal
pernikahan mereka pula, Dara dan Bima sering berdebat soal ambisi Dara ke Korea dan juga
mempersoalkan hidup anaknya kelak. Akhirnya Dara diizinkan pergi ke Korea setelah melahirkan,
dan anaknya diberi nama Adam.
Dalam segi aspek perkembangan fisik yang paling terlihat dalam cuplikan film ini terletak
pada wanita di laur segi perubahan pubertas normal seorang wanita sewajarnya, seperti
Payudara membesar
Rambut kemaluan muncul
Tumbuh rambut di ketiak
Bertambah tinggi
Melebarnya pinggul
Menarche: menstruasi pertama pada wanita
Bertambahnya berat badan
Akan tetapi dalam film ini wanita mengalami perubahan fase pubertas dini dengan segi
perubahan wanita hamil seiring bertambahnya usia kehamilan seperti
Pemeran dalam film ini masuk dalam fase Identiiras vs Keacuan. Fase ini adalah fase paling
banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena pada saat ini krisis utama yang dihadapi
adalah Identitas vs Kekacauan Peran, dimana mereka sedang berusaha mencari jati diri dan memiliki
emosi yang tidak stabil.
Sepasang kekasih berusia remaja dalam film Dua Garis Biru diperankan oleh Adhisty Zara
(Dara) dan Angga Yunanda (Bima). Pembahasan kali ini akan fokus kepada tokoh Dara siswi
berprestasi di sekolahnya. Dara memiliki kepribadian tidak sabar, sensitif dan plin plan atau
berpendirian tidak tetap (Alfiah,2020).Indikator mengesampingkan moral yang dalam hal ini merujuk
pada adegan dimana Dara mengizinkan Bima untuk bermain berdua di dalam kamar dengan kondisi
pintu tertutup dan orang tuanya tidak berada di rumah. Alhasil terjadilah adegan dimana keduanya
memenuhi hasrat seksnya. Seperti yang kita ketahui bahwa id mencakup impuls-impuls yang berasal
dari kebutuhan biologis salah satunya hasrat pemenuhan akan berhubungan intim. Jika Dara
mempertimbangkan nilai-nilai moral yang berlaku maka ia tidak akan mengizinkan Bima untuk
masuk ke dalam kamarnya dan adegan-adegan selanjutnya tidak akan terjadi.
Terlihat pada adegan ini, Dara memuaskan id dengan cara melakukan tindakan tanpa
mempertimbangkan nilai-nilai moral yang berlaku.
Hal tersebut ia lakukan karena mengingat masa dimana mamanya sedang mengandung
adiknya. Dara tersadar bahwa yang ada di dalam perutnya tersebut adalah makhluk hidup. Dari
adegan ini terlihat Dara dapat mengontrol dan mengendalikan dirinya dengan baik (superego). Hal
tersebut terlihat dari tindakannya yang tidak rela membunuh janin di dalam perutnya. Jika ia
membunuh maka ia telah melanggar nilai moral yang berlaku di masyarakat. Ia dapat melakukan hal
tersebut merupakan hasil didikan dari orang tuanya sejak kecil.