Anda di halaman 1dari 3

Analisis Film “ Dua Garis Biru (2019)” dari Aspek Psikologi

A. Sinopsis

Film ini bercerita tentang sepasang kekasih Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda) yang
merajut asmara di bangku SMA. Mereka tampak sebagai pasangan yang saling melengkapi dan
mengisi, meski jauh dari kesempurnaan.

Hubungan mereka yang harmonis dan romantis bahkan mendapat dukungan dari keluarga dan
teman-temannya. Pada hubungan yang belum terikat secara hukum legal ini, Dara dan Bima sampai
terlewat batas. Dimana mereka bersenggama hingga Dara mengalami kehamilan. 

Tak lama kejadian tersebut diketahui pihak sekolah dan memanggil orangtua kedua pihak.
Orangtua Dara diberitahu bahwa Dara dikeluarkan dari sekolah. Dara kemudian diusir dari dari dan
dipaksa tinggal di rumah Bima. Suatu saat Dara mengetahui rencana orangtuanya untuk
menyerahkan bayinya kepada bibi fan pamannya. Di samping itu, orangtua Bima menyarankan
mereka untuk menikah.

Setelah pernikahan keduanya Bima bekerja sebagai pelayan di restoran ayah Dara. Di awal
pernikahan mereka pula, Dara dan Bima sering berdebat soal ambisi Dara ke Korea dan juga
mempersoalkan hidup anaknya kelak.  Akhirnya Dara diizinkan pergi ke Korea setelah melahirkan,
dan anaknya diberi nama Adam. 

B. Aspek Perkembangan Fisik

Dalam segi aspek perkembangan fisik yang paling terlihat dalam cuplikan film ini terletak
pada wanita di laur segi perubahan pubertas normal seorang wanita sewajarnya, seperti

 Payudara membesar 
 Rambut kemaluan muncul 
 Tumbuh rambut di ketiak 
 Bertambah tinggi 
 Melebarnya pinggul 
 Menarche: menstruasi pertama pada wanita 
 Bertambahnya berat badan 

Akan tetapi dalam film ini wanita mengalami perubahan fase pubertas dini dengan segi
perubahan wanita hamil seiring bertambahnya usia kehamilan seperti

 Perubahan berat badan yang signifikan


 Perubahan pada rambut
 Tekstur kuku yang berubah
 Peningkatan suhu tubuh
 Pembengkakan pada kaki dan tangan
 Tidak mengalami fase menstruasi selama masa kehamilan
 Mulai memproduksi ASI pada masa kehamilan tua
 Perubahan kulit yang dialami

C. Aspek Perkembangan Kognitif


Dalam film ini para pemerannya masuk dalam tahapan Operasional Formal ( Terjadi
pada usia 11 tahun hingga anak dewasa, Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah
tahapan operasional formal yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga ia dewasa. Ciri
khasa dari tahapan keempat ini ialah anak mampu berpikir secara abstrak serta mampu
menalar lebih logis. Anak juga memiliki kemampuan untuk menrik kesimpulan dari informasi
yang ia dapatkan.
pabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika pubertas dan
menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara penalaran moral, kognitif,
fisiologis, perkembangan psikoseksual serta perkembangan sosial, sama halnya dalam
pemeran film ini mengalami hal tersebut tapi terjadi pendewasaan secara dini dengan hal
yang terjadi. pentingnya peranan dari interaksi sosial dalam berbagai tahapan
perkembangan kognitif pada anak. Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan untuk
menyusun beragam pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta
aktif.

D. Aspek Perkembangan Psikososial

Berbanding lurus dengan perkembangan Kognitif yang terjadi, Perkembangan


psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi, motivasi, dan
perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam hal bagaiman individu berhubungan
dengan orang lain. Pada masa kanak-kanak awal jenis hubungan sosial lebih penting dari
pada jumlahnya, kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-
kadang saja, maka  mendatangkan kontak sosial yang lebih baik dari pada hubungan sosial
yang sering, tetapi sifat hubungannya kurang baik. 
Tinjau lebih dalam terkait perkembangan yang terjadi mereka berdua sudah mendapatkan
fase
 Hubungan orang tua
 Hubungan dengan lingkungan

Pemeran dalam film ini masuk dalam fase Identiiras vs Keacuan. Fase ini adalah fase paling
banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena pada saat ini krisis utama yang dihadapi
adalah Identitas vs  Kekacauan Peran, dimana mereka sedang berusaha mencari jati diri dan memiliki
emosi yang tidak stabil.

Sepasang kekasih berusia remaja dalam film Dua Garis Biru diperankan oleh Adhisty Zara
(Dara) dan Angga Yunanda (Bima). Pembahasan kali ini akan fokus kepada tokoh Dara siswi
berprestasi di sekolahnya. Dara memiliki kepribadian tidak sabar, sensitif dan plin plan atau
berpendirian tidak tetap (Alfiah,2020).Indikator mengesampingkan moral yang dalam hal ini merujuk
pada adegan dimana Dara mengizinkan Bima untuk bermain berdua di dalam kamar dengan kondisi
pintu tertutup dan orang tuanya tidak berada di rumah. Alhasil terjadilah adegan dimana keduanya
memenuhi hasrat seksnya. Seperti yang kita ketahui bahwa id mencakup impuls-impuls yang berasal
dari kebutuhan biologis salah satunya hasrat pemenuhan akan berhubungan intim. Jika Dara
mempertimbangkan nilai-nilai moral yang berlaku maka ia tidak akan mengizinkan Bima untuk
masuk ke dalam kamarnya dan adegan-adegan selanjutnya tidak akan terjadi. 

Terlihat pada adegan ini, Dara memuaskan id dengan cara melakukan tindakan tanpa
mempertimbangkan nilai-nilai moral yang berlaku.
Hal tersebut ia lakukan karena mengingat masa dimana mamanya sedang mengandung
adiknya. Dara tersadar bahwa yang ada di dalam perutnya tersebut adalah makhluk hidup. Dari
adegan ini terlihat Dara dapat mengontrol dan mengendalikan dirinya dengan baik (superego). Hal
tersebut terlihat dari tindakannya yang tidak rela membunuh janin di dalam perutnya. Jika ia
membunuh maka ia telah melanggar nilai moral yang berlaku di masyarakat. Ia dapat melakukan hal
tersebut merupakan hasil didikan dari orang tuanya sejak kecil.

E. Kesimpulan dan Saran


Klasifikasi identitas responden yaitu perempuan dengan usia 16-17 tahun yang
masih bersekolah di bangku SMA dan bertempat tinggal di Jakata. Selain itu motif tertinggi
yang mendorong mereka untuk menonton film Dua Garis Biru yaitu Motif Mempelajari
Tentang Diri Sendiri jika dibandingkan dengan indikator motif lainnya. Alasan yang dapat
mendorong para remaja memilih motif tersebut karena sesuai dengan tujuan utama
dibuatnya film Dua Garis Biru yaitu film yang mengangkat genre drama-keluarga ini memiliki
tujuan untuk dapat menyampaikan mengenai pentingnya sex education yang dianggap
masih tabu sampai saat ini. Indikator motif yang mendapat nilai terendah adalah Motif
Menghilangkan Rasa Kesepian, bahwa remaja yang menonton film Dua Garis Biru bukan
menjadi salah satu alternatif pilihan mereka untuk dapat menghilangkan rasa sepi.

Anda mungkin juga menyukai