Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEWAJIBAN PROFESI GURU


Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Profesi Pendidikan

Oleh :

Aulia Setiawan ( 190409003 )


Muhammad Almajidu ( 190409018 )
Attariqsyah ( 190409019 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA
2022

1
Contents
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................3
a. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
b. Tujuan Penulisan....................................................................................................................4
c. Manfaat Penulisan.................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengertian Sikap dan Kinerja Profesional Guru.........................................................................6
a. Pengertian Sikap Profesional Guru........................................................................................6
b. Pengertian Kinerja Profesional Guru......................................................................................7
B. Sikap Profesional Guru...............................................................................................................8
a. Sasaran Sikap Profesional Guru.............................................................................................8
b. Pengembangan Sikap Profesional........................................................................................11
3. Kinerja Profesional Guru......................................................................................................12
4. Peningkatan Kinerja Profesional Guru.................................................................................13
C. Tugas dan Tanggung Jawab Guru.............................................................................................14
a. Kewajiban Guru...................................................................................................................16
b. Hak-hak Guru dalam Mendidik............................................................................................16
BAB III..................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
A. Simpulan..................................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus
memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai pendidik. Sebagai
pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak
didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat membimbing dan membina anak
didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Deden, 2011).
Namun demikian, untuk mengetahui keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian
kinerja dengan kriteria-kriteria penilaian yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Guru merupakan orang yang memiliki atau mempunyai wewenang dan juga bertanggung
jawab terhadap suatu pendidikan murid baik itu secara individual ataupun umum yang mana
seorang guru harus mempunyai kompetensi untuk mengajar dan memiliki kemampuan untuk
mengajar. Banyak yang berpendapat bahwa guru merupakan kepanjangan dari digugu dan ditiru
maka dari itu guru merupakan orang yang dapat digugu dan dituru artinya seorang guru itu orang
yang dapat dipercaya dan dapat ditiru.

Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar saja tetapi guru juga memiliki beberapa
peraturan yang mana dalam peraturan itu memiliki beberapa sub-bab termasuk hak-hak dan
kewajiban karena pada dasarnya semua orang memilik hak dan kewajiban termasuk seorang guru
juga memiliki hak dan kewajiban dalam menjalan profesinya, didalam makalah ini akan memaparkan
tentang hak dan kewajiban seorang guru dan bagaimana tanggung jawabnya sebagai guru.

Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan
maksimal yang dimiliki guru berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakannya atas dasar kriteria tertentu. Penilaian kinerja sebagai suatu bentuk
penilaian prestasi kerja guru atas dasar kecakapan-kecapakan atau kompetensi tertentu. Pada
dasarnya penilaian kinerja bertujuan untuk mengukur tingkat pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruan dan non keguruan. Tugas keguruan
yaitu pelaksanaan proses pembelajaran, yang diawali dengan proses perencanaan, proses
pelaksanaan pembelajaran, dan proses evaluasi, sedangkan tugas non keguruan antara lain
keorganisasian dan pendidikan serta latihan maupun kepemimpinan.
Selain kinerja, sikap profesionalisme guru juga patut diperhatikan guna meningkatkan
kinerja guru. Sikap yang baik tercermin dari pribadi yang baik pula, hal tersebut erat
kaitannya dengan kompetensi guru yaitu kompetensi kepribadian. Empat kometemsi guru
(kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional) menjadi salah satu syarat seorang guru
dapat dikatakan profesional.
Profesionalisme guru seyogyanya menjadi springboard bagi guru untuk terus menerus
menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Peningkatan kinerja atas dorongan iklim organisasi yang baik diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja guru di sekolah.

3
Sejalan dengan peningkatan kinerja guru, sikap seorang guru yang baik dan sesuai
norma juga hendaknya dilakukan dalam setiap perbuatan. Hubungan baik dengan pemimpin
(kepala sekolah), sesama guru, dan tata usaha dalam lingkungan sekolah merupakan salah
satu penerapannya. Selain itu, keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan
kerja guru mutlak diperlukan demi kelancaran pelaksanaan tugas. Berdasarkan pemaparan
tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Sikap dan Kinerja
Profesional Guru”

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan sikap dan kinerja profesional guru?
2. Bagaimana sikap profesional guru?
3. Bagaimana kinerja profesional guru?

b. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan


makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui sikap dan kinerja profesional guru
2. Untuk mengeahui sikap profesional guru
3. Untuk mengetahui kinerja profesional guru

c. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1) Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoretis terkait peningkatan sikap dan
kinerja profesional guru serta dapat menjadi sumber dalam pembuatan makalah-makalah
terkait sikap dan kinerja profesional guru.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
a) Mahasiswa sebagai calon guru mendapat pengalaman dalam membuat
makalah serta menambah wawasan terkait sikap dan kinerja profesional guru.
b) Mahasiswa dapat mengetahui sikap dan kinerja profesional guru yang patut
diterapkan di SD.
c) Mahasiswa dapat menyiapkan diri sebagai calon guru dalam menunjujkan
sikap dan kinerja yang profesional.

4
b. Bagi guru
a) Guru dapat lebih mengetahui sikap dan kinerja profesional yang hendaknya
diterapkan di sekolah.
b) Guru dapat menerapkan sikap dan kenerja guru yang profesional sesuai
profesinya.
c) Guru dapat menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat meningkatkan
kualitas profesinya.

c. Bagi penulis lain

Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna
menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya untuk bidang pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap dan Kinerja Profesional Guru

a. Pengertian Sikap Profesional Guru


Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukkan sikap yang baik sehingga dapat dijadikan panutan bagi lingkungannya,
yaitu cara guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan
dan dorongan kepada anak didiknya dan cara guru berpakaian, berbicara, bergaul baik dengan
siswa, sesama guru, serta anggota masyarakat.
Menurut Walgito (dalam Deden, 2011), sikap adalah gambaran kepribadian seseorang
yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu
objek, sedangkan Berkowitz (dalam Deden, 2011) mendefinisikan “sikap seseorang pada
suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah respon atau kecenderungan
untuk bereaksi”. Sebagai reaksi, maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu
senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menghindari
sesuatu.
Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat
(1) tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang
memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan
memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, guru yang profesional adalah guru
yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Untuk
memahami beratnya profesi guru karena harus memiliki keahlian ganda berupa keahlian
dalam bidang pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan, maka Kellough
(dalam Deden, 2011) mengemukakan profesionalisme guru antara lain sebagai berikut.
1. Menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan.
2. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional,
melakukan dialog sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina
siswa dan materi pelajaran.
3. Memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-
harapan, dan prosedur yang terjadi di kelas.
4. Mengetahui cara dan tempat memperoleh pengetahuan.
5. Melaksanakan perilaku sesuai sesuai model yang diinginkan di depan kelas.
6. Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, berani mengambil resiko, dan siap
bertanggung jawab.
7. Mengorganisasikan kelas dan merencanakan pembelajaran secara cermat.

6
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan
profesinya. Hal ini berhubungan dengan pola tingkah laku dalam memahami, menghayati
serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang
berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya.

b. Pengertian Kinerja Profesional Guru

Kinerja profesional terdiri dari dua kata, yaitu kinerja dan profesional. Istilah kinerja
sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau prestasi merupakan pengalih
bahasaan dari kata Inggris ‘performance’. Terdapat beberapa pengertian mengenai kinerja
dalam Utami (2011), yaitu sebagai berikut.
1. Mangkunegara mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari
hasil kerjanya.
3. Bernandin dan Russell mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan, serta waktu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, definisi kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai
oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu
organisasi pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau
standar tertentu dari organisasi di mana individu tersebut bekerja.
Sedangkan profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, yang dimiliknya yang merupakan jalan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari apa yang berupa perkerjaanya.
Dengan demikian, kinerja profesional merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu
dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya pada suatu
periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari
organisasi di mana individu tersebut bekerja.

7
B. Sikap Profesional Guru

a. Sasaran Sikap Profesional Guru


Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang
tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14
Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No.
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional
dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Berikut dijelaskan
tujuh sikap profesional guru (dalam Ady, 2009).

1. Sikap Pada Peraturan


Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonsia disebutkan bahwa guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kebijaksanaan pendidikan di negara kita dipegang oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan melalui ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang harus
dilaksanakan oleh aparatur dan abdi negara. Guru mutlak merupakan unsur aparatur
dan abdi negara. Karena itu guru harus`mengetahui dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan. Setiap guru di Indonesia wajib tunduk dan taat terhadap
kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan dalam bidang pendidikan, baik yang
dikeluarkan oleh Depdikbud maupun departemen lainnya yang berwenang mengatur
pendidikan. Kode Etik Guru Indonesia memiliki peranan penting agar hal ini dapat
terlaksana.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7.1.i disebutkan bahwa guru harus
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Sedangkan dalam Pasal 41.3 dipaparkan
bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Ini berarti setiap guru di
Indonesia harus tergabung dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai wadah
usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Di Indonesia
organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dalam Kode `Etik Guru Indonesia butir delapan disebutkan bahwa guru secara
bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Ini makin menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia
harus tergabung dalam PGRI dan berkewajiban serta bertanggung jawabuntuk
menjalankan, membina, memelihara, dan memajukan PGRI sebagai organisasi
profesi, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini dipertegas dalam
dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi maupun bersama-sama

8
mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan mutu profesi
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penataran, lokakarya, pendidikan
lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai kegiatan
akademik lainnya. Jadi kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada
pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan
dapat juga dilakukan setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun dalam
melaksanakan jabatan.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat


Dalam ayat Kode Etik Guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti sebagai
berikut.
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya.
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang harmonis
untuk menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota profesi
khususnya di lingkungan kerja yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan suatu
sikap yang ingin bekerja sama, menghargai, pengertian, dan rasa tanggung jawab
kepada sesama personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan memunculkan suatu rasa
senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan bersama, dan tidak mementingkan
kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga
kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat
terlaksana. Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas
yaitu sesama guru dari sekolah lain.

4. Sikap Terhadap Anak Didik


Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa
Pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami seorang
guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional,
prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya.
Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini
mengindikasikan bahwa pendidikkan harus memberi contoh, harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai
kesatuan yang bulat dan utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi
tetapi juga bermoral tinggi pula. Dalam mendidik guru tidak hanya mengutamakan
aspek intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi

9
peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial, maupun yang lainnya sesuai dengan
hakikat pendidikan.

5. Sikap Tempat Kerja


Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan
suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam kode etik
dituliskan bahwa guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan
suasana baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode yang sesuai,
maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas
yang mantap, ataupun pendekatan lain yang diperlukan.
Selain itu untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran guru juga harus
mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang
tua siswa, dan juga masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang
tua sewaktu pengambilan rapor, membentuk BP3 dan lain- lain.

6. Sikap Terhadap Pemimpin


Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang
lebih besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan.
Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah, sampai ke
pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai kementeri
pendidikan dan kebudayaan. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan
dan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama
dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan sikap seorang guru
terhadap pemimpin harus positif dan loyal terhadap pimpinan.

7. Sikap Terhadap pekerjaan


Dalam undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan
dosen, disebutkan profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsi psebagai berikut.
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia

Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomimen
dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan
melayani pesrta didik dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan
masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan
masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya. Keinginan dan
permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, guru

10
selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Dalam butir keenam, guru dituntut secara pribadi maupun kelompok untuk
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagaimana juga dengan profesi
lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru
itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena
ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman. Berdasarkan pasal 7 ayat 1, disebutkan guru sebagai tenaga
pendidik memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Untuk meningkatkan mutu profesi,
guru dapat melakukan secara formal maupun informal. Secara formal, guru dapat
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas,
keinginan dan waktunya. Pada umumnya, bagi guru yang telah berstatus sebagai PNS,
pemerintah memberikan dukungan anggaran yang digunakan untuk meningkatkan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru ( Pasal 13 Ayat 1 ). Secara
informal, guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui media
massa ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya.

b. Pengembangan Sikap Profesional


Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun layanannya, guru
harus meningkatkan sikap profesionalnya. Ini berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang
telah dibicarakan harus selalu dipupuk dan dikembangkan. Hal tersebut dapat dilakukan baik
dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan), yaitu sebadai berikut
(dalam Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 1994).

1. Pengembangan Sikap selama Pendidikan Prajabatan


Dalam pendidikan prajabatan calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya
yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi
masyarakat sekelilingnya. Oleh karena itu, guru bersikap terhadap pekerjaan dan
jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus
dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru.
Berbagai usaha, latihan, contoh-contoh, aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, serta
sikap profesional yang dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam
pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil
sampingan (by product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Sikap teliti dan
disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar
matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan
kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan. Sementara itu
tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan,
pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan, sebagaimana halnya
mempelajari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang diberikan
kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

11
2. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai
guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal
melalui kegiatan mengikuti penataran lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional
keguruan.

3. Kinerja Profesional Guru


1. Pendidik sebagai Profesi
Di Indonesia, beberapa profesi masih pada taraf sedang berkembang, termasuk
profesi pendidik. Dalam praktek di lapangan, tidak semua okupasi didukung
dengan kemampuan profesi, karena kondisi pasar tenaga kerja, belum
dirumuskannya standar profesi, lemahnya organisasi dalam mengontrol pengisian
okupasi, dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang lebih dikontrol oleh
profesi lain. Kondisi semacam ini akan semakin berbahaya apabila dibiarkan
karena tidak ada kepastian kemampuan minimal yang harus dipenuhi dalam
mengisi okupasi, jeleknya layanan publik, dan biasanya cenderung berdampak
kepada penyalahgunaan kewenangan (malpraktek).
Menurut Saudagar dan Idrus (2009: 87-88), suatu jabatan dapat termasuk
kategori profesi apabila memenuhi setidak-tidaknya lima syarat, yaitu sebagai
berikut.
1) Didasarkan atas sosok ilmu pengetahuan teoretik (body of theoretical
knowledge) yang disepakati bersama.
2) Komitmen untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
praktek secara otonom dan berkekuatan monopoli.
3) Adanya kode etik profesi sebagai instrumen untuk memonitor tingkat ketaatan
anggotanya dan sistem sanksi yang perlu diterapkan.
4) Adanya organisasi profesi yang mengembangkan, menjaga, dan melindungi
profesi.
5) Sistem sertifikasi bagi individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat menjalankan profesi tersebut.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, jelas


membedakan antara pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dipastikan
merupakan tenaga profesional, yaitu yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembibingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Karena
sebagai tenaga professional, pendidik harus memiliki kualifikasi minimal dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajarnya. Tidak semua tenaga
kependidikan merupakan jabatan yang memerlukan keahlian profesional, karena

12
termasuk dalam pengertian ini adalah tenaga administrasi dan penyelenggara
pendidikan.
4. Peningkatan Kinerja Profesional Guru
1. Akuntabilitas Publik
Otonomi pengelolaan sekolah dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
pemerintah, dan stakeholder lainnya, seperti dana yang diterima, kualitas SDM guru,
dan sumber daya lainnya harus diimbangi dengan meningkatnya tanggung jawab
sosial terhadap institusi.
Otonomi dalam pengelolaan guru seharusnya lebih fleksibel. Kompensasi
yang diterima guru seharusnya tidak mengacu pada sistem kompensasi PNS, tetapi
didasarkan pada prestasi kerja dalam kurun waktu guru mempertahankan kinerja
prima.

2. Pengembangan Total Quality Management dalam Pendidikan


Implementasi Total Quality Management (TQM) di bidang pendidikan secara
fungsional dalam struktur organisasi lembaga pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
a. Quality control, yang diperankan oleh guru sebagai lini depan pelaksanaan proses
pembelajaran.
b. Quality assurance, yang dijalankan oleh para pemimpin menengah.
c. Quality management, yang merupakan tanggung jawab pucuk pimpinan.
TQM sebagai roh peningkatan mutu dalam pendidikan ada lima unsur, yaitu
sebagai berikut.
a. Quality first, semua pikiran dan yindakan pengelola pendidikan harus
memprioritaskan mutu.
b. Stakeholders-in, semua tindakan pengelola pendidikan ditujukan kepada
kepentingan stakeholders.
c. The next process is our stakeholders, target utama dari proses pendidikan adalah
kepuasan pengguna akhir.
d. Speak with data, setiap kebijakan atau keputusan dalam pengelolaan pendidikan
harus berdasarkan hasil data yang teruji kebenarannya.
e. Upstream management, semua pengambilan keputusan dalam proses pendidikan
dilakukan secara partisipatif.

3. Pengembangan Profesionalisme Guru


Ilmu pendidikan sebagai roh pengembangan profesi pendidikan mengkaji dan
memberikan pemahaman cara tugas dan fungsi, serta perilaku pendidik yang
professional dalam menciptakan suasana layanan pembelajaran yang mendidik dan
menyenangkan.

4. Kompetensi dan Keterampilan Profesional Guru


Kompetensi merupakan kemampuan personal yang diperlukan pada suatu profesi
tertentu yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Secara professional,

13
kompetensi guru mengandung dua bidang kajian pokok, yaitu kompetensi akademik
dan kompetensi etika profesi atau perilaku profesi.

Secara operasional, keterampilan perilaku profesi keguruan terwujud dalam


bentuk tindakan atau perilaku pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik,
baik berupa kata-kata maupun dalam bentuk bahasa tubuh. Menurut Widana
(2003:19) Ada beberapa keterampilan perilaku professional keguruan dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a. Keterampilan bertanya
b. Keterampilan membimbing
c. Keterampilan menjelaskan
d. Keterampilan merangkum
e. Keterampilan memotivasi
f. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
g. Keterampilan Mengelola kelas
h. Keterampilan memberi rangsangan (stimulus)
i. Keterampilan memberi penguatan

Setiap tindakan yang ditampilkan oleh pendidik atau guru merupakan cermin
peserta didik dan konsekuensinya dapat berdampak positif atau negatif dalam
pembentukan kepribadian dan perilaku peserta didik. Oleh karena itu, penerapan
beberapa keterampilan perilaku professional keguruan perlu dilandasi nilai-nilai etika
profesi yang selalu mengedepankan nilai dan martabat peserta didik

C. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Dalam proses pendidikan formal, guru memiliki peranan penting dibandingkan dengan
komponen lain, seperti sarana prasarana, materi, dan kurikulum. Bahkan, ada yang
mengatakan “No teacher no education. Maksudnya adalah, tanpa guru, tidak terjadi proses
pendidikan. Secara umum, guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas
pendidikan. Sekalipun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional, kesejahteraan dan lain-lain.
Untuk itu guru dituntut memiliki kemampuan yang tinggi, senantiasa menguasai materi yang
akan di ajarkan, dan selalu mengembangkan serta meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu
yang dimilikinya.
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan. Paling sedikit ada
enam tugas dan tanggung jawab seorang guru.
1. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar, menekankan kepada tugas guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping
menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
2. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing, yang memberikan tekanan pada
tugas guru untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan

14
dengan penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan
kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
3. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai administrator pada hakikatnya merupakan
jalinan antara keterlaknsanaan bidang pengajaran dan keterlaksanaan pada umumya.
Namun demikian, keterlaksanaan bidang pengajaran jauh lebih menonjol dan lebih
diutamakan pada profesi guru.
4. Tugas dan tanggung jawab guru mengembangkan kurikulum, yaitu bahwa guru
dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru penyempurna praktik pendidikan,
khususnya dalam praktik pengajaran.
5. Tugas dan tanggungjawab guru mengembangkan profesi, pada dasarnya adalah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan mengaitkan
tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa dalam melaksanakan
tugasnya ia dituntut untuk bersunggunh-sungguh. Oleh karena itu guru dituntut untuk
selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka melaksanakan tugas-
tugas profesinya.
6. Tugas dan tanggung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti
guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai integral dari masyarakat
serta sekolah sebagai pembaru masyarakat. Karena pendidikan bukan hanya tanggung
jawab guru atau pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat.

Selain itu para ahli juga mengemukakan pandangan yang bervariasi tentang tugas dan
tanggung jawab guru. Menurut M. Nasution, tugas guru ada tiga bagian, yang dijabarkan
sebagai berikut:
1. Orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Tugas ini mengharuskan guru
mengetahui pengetahuan yang mendalam akan bahan pelajaran yang diajarkannya.
2. Guru harus menjadi model atau contoh nyata dari mata pelajaran yang diampunya,
khususnya bidang studi ahlak, keimanan, kebersihan dan sebagainya. Guru yang
bersangkutan disarankan mampu memperlihatkan keindahan ahlak, keimanan dan
kebersihan yang telah ia ajarkan kepada peserta didiknya.
3. Guru harus menampakkan diri sebagai pribadi yang disiplin, cermat dalam berfikir,
mencintai pelajaran dengan penuh kesungguhan dan berdedikasi luas.

Tugas utama guru menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut:
1. Tugas Profesional
Tugas profesional adalah mendidik peserta didik dalam rangka menyumbangkan
kepribadian, mengajar dalam rangka menyeimbangkan kemampuan berfikir kecerdasan
dan melatih dalam rangka membina keterampilan
2. Tugas manusiawi
Tugas manusiawi adalah membina peserta didik dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan manusia yang optimal serta pribadi
yang mandiri

15
3. Tugas kemasyarakatan
Tugas kemasyarakatan adalah mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
a. Kewajiban Guru
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya guru memiliki kewajiban yang
harus dilaksanakan. Kewajiban guru diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Bagian Kedua (Hak dan Kewajiban), pasal 20 sebagai berikut.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tegnologi dan seni
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jens kelamin,
agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru serta nilai-
nilai agama dan etika
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Hak-hak Guru dalam Mendidik


Guru sebagai tenaga profesional memiliki hak-hak tertentu. Hak-hak guru diatur
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 14 sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
3. Memperoleh perlindungan dalam dalam melaksanakan tugas dan ha katas kekayaan
intelektual
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan elulusan,
penghargaan dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru dan peraturan perundang-undangan
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

16
Selain itu, dalam pasal 39 UU nomor 14 tahun 2005 guru dan dosen bagian VII tentang
perlindungan juga dijelaskan bahwa guru berhak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas keyakinan intelektual, berikut adalah penjabarannya.:
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan satuan pendidikan
wajib memberikan perlindungan terhadap gurudalam melaksanakan tugasnya.
2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan pemutusan hubungan kerja yang tidak
sesuai dengan, peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, plecehan terhadap profesi, dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap
risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam kesehatan lingkungan, dan atau risiko lain.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru
yang profesional adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Guru juga hendaknya memiliki kinerja profesional yaitu hasil kerja
yang dicapai dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang
pendidikanya pada suatu periode tertentu. Sasaran sikap profesianal guru yang harus
dimiliki guru yaitu 1) Sikap pada peraturan, 2) sikap terhadap operasi profesi, 3) sikap
terhadap teman sejawat, 4) sikap terhadap anak didik, 5) sikap tempat kerja, 6) sikap
terhadap pemimpin, 7) sikap terhadap pekerjaan. Sikap profesional dapat dikembangkan
ke dalam dua hal yaitu pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan dan
pengembangan sikap selama dalam jabatan. Kinerja profesional guru juga perlu
diperhatikan.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan adapun beberapa saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut.
a. Bagi mahasiswa
1) Mahasiswa sebagai calon guru diharapkan memperluas wawasan
terkait sikap dan kinerja profesional guru.
2) Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri sebagai calon guru dalam
menunjujkan sikap dan kinerja yang profesional.
b. Bagi guru
1) Guru harus mengetahui sikap dan kinerja profesional yang dapat
diterapkan di sekolah sesuai profesinya.
2) Guru hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat
meningkatkan kualitas profesinya.
c. Bagi penulis lain
Penulis lain diharapkan mencari referensi yang lebih relevan sebagai
bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat
khususnya untuk bidang pendidikan.

18
DAFTAR PUSTAKA
 

Satory, Djam’an dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka


Kosasi Raflis, soetjipto. 2009. Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. RemajaRosdakarya Offset.
Prof. Soetjipto. 2004.  Profesi keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Udin Saud & cicih sutarsih. 2007.  Pengembangan profesi keguruan. Jakarta:Upi Pres

19

Anda mungkin juga menyukai