Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERAN FUNGSI DAN RUANG LINGKUP PROFESI KEGURUAN

Oleh :

Kelompok 2

Akbar Waliyullah 1911040017


Azriel Anandsyah Murti 1911042017
Vicarianti 1911042009
Varah Umay'ah Husain 1911042015
Nur Risma Rusdi 1911042027
Fanny Armasari 1911040005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEAMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas ke hadirat Allah SWT,yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “
Konsep Profesi Keguruan “.

Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan pemikiran- pemikiran yang
relevan, sehingga mempermudah pembaca untukmemahaminya. Dalam makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi yang disajikan.Akhir
kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalahini, masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini dan menjadi perbaikan untuk penyusunan makalah-makalah
selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Ruang Lingkup Profesi Keguruan ......................................................................... 3
2.2 Profesi, Profesional dan Profesionalisme .............................................................. 7
2.3 Syarat Guru Profesional ......................................................................................... 8
2.4 Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator ........................................ 9
2.5 Fungsi dan Peran Guru.......................................................................................... 14
2.6 Sikap dan Sasaran Profesi Keguruan .................................................................... 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 23
3.2 Saran .................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah
sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai
pendidik. Sebagai pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan
pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif,
kreatif, dan mandiri (Deden, 2011). Namun demikian, untuk mengetahui
keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian kinerja dengankriteria-kriteria
penilaian yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui
kecakapan maksimal yang dimiliki guru berkenaan dengan proses dan hasil
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakannya atas dasar kriteria tertentu. Penilaian
kinerja sebagai suatu bentuk penilaian prestasi kerja guru atas dasar kecakapan-
kecapakan atau kompetensi tertentu. Pada dasarnya penilaian kinerja bertujuan untuk
mengukur tingkat pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru dalam melaksanakan
tugas-tugas keguruan dan non keguruan. Tugas keguruan yaitu pelaksanaan proses
pembelajaran, yang diawali dengan proses perencanaan, proses pelaksanaan
pembelajaran, dan proses evaluasi, sedangkan tugas non keguruan antara lain
keorganisasian dan pendidikan serta latihan maupun kepemimpinan.
Selain kinerja, sikap profesionalisme guru juga patut diperhatikan guna
meningkatkan kinerja guru. Sikap yang baik tercermin dari pribadi yang baik pula,hal
tersebut erat kaitannya dengan kompetensi guru yaitu kompetensi kepribadian. Empat
kometemsi guru (kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional) menjadi salah satu
syarat seorang guru dapat dikatakan profesional.
Profesionalisme guru seyogyanya menjadi springboard bagi guru untuk terus
menerus menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Peningkatan kinerja atas dorongan iklim organisasi yang baik diharapkan
mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja guru di sekolah.
Sejalan dengan peningkatan kinerja guru, sikap seorang guru yang baik dan
sesuai norma juga hendaknya dilakukan dalam setiap perbuatan. Hubungan baik
dengan pemimpin (kepala sekolah), sesama guru, dan tata usaha dalam lingkungan

1
sekolah merupakan salah satu penerapannya. Selain itu, keberadaan sarana dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan kerja guru mutlak diperlukan demi kelancaran
pelaksanaan tugas. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Sikap dan Kinerja Profesional Guru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup kependidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan profesi, professional, profesionalisasi,
profesionalitas, dan profesionalisme?
3. Apa saja syarat menjadi guru yang professional?
4. Apa yang dimaksud dengan guru professional sebagai komunikator dan
fasilitator?
5. Apa saja fungsi dan peran seorang guru?
6. Bagaimana sikap dan sasaran profesi keguruan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ruang lingkup kependidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari profesi, professional, profesionalisasi,
profesionalitas, dan profesionalisme
3. Untuk mengetahui syarat menjadi seorang guru yang professional.
4. Untuk mengetahui guru sebagai komunikator dan guru sebagai fasilitator.
5. Untuk mengetahui fungsi dan peran seorang guru.
6. Untuk mengetahui sikap dan sasaran profesi keguruan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ruang Lingkup Profesi Keguruan
1. Lingkup profesi guru
Guru dengan Tugas Tambahan
a. Kepala Sekolah
Guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah untuk
memimpin dan mengelola pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Regulasi penugasan guru sebagai kepala sekolah diatur dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Indonesia nomor : 162/U/2003 tanggal 24
Oktober 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah
bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana”.
• Kompetensi yang harus dimiliki guru dengan tugas tambahansebagai
kepala sekolah adalah:
• Kepribadian dan Sosial
• Kepemimpinan
• Pengembangan Sekolah/Madrasah
• Pengelolaan Sumber Daya
• Kewirausahaan
• Supervisi

b. Wakil kepala sekolah


Sama seperti kepala sekolah, guru memiliki tugas lain yaitu sebagai wakil
kepala sekolah yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi)membantu
danbertanggung jawab kepada kepala sekolah, dalam hal ini wakil kepala
sekolah dibagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan kebutuhan sekolah,
misalnya wakil kepala sekolah dan penanggung jawab manajemen mutu, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wakil
3
kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, wakil kepala sekolah bidang
hubungan masyarakat.
Kompetensi yang harus dimiliki guru dengan tugas wakil kepala sekolah adalah:
✓ Kepribadian dan Sosial
✓ Kepemimpinan
✓ Pengembangan Sekolah/Madrasah
✓ Kewirausahaan

4
c. Kepala Laboratorium
Kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai kepala laboratorium adalah
1) Kepribadian
2) Pengelolaan Lingkungan dan P3
3) Sosial
4) Pengorganisasian Guru/Laboran/Teknisi
5) Pengelolaan dan Administrasi
6) Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi
7) Pengembangan dan Inovasi

d. Kepala perpustakaan
Sebagai kepala perpustakaan guru harus dapat:
a. Merencanakan program perpustakaan
b. Melaksanakan program perpustakaan
c. Mengevaluasi program perpustakaan
d. Kembangkan koleksi perpustakaan
e. Mengorganisasi layanan jasa informasi perpustakaan
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
g. Mempromosikan perpustakaan & literasi informasi
h. Mengembangkan kegiatan perpustakaan sebagai sumber
blajarkependidikan
i. Memiliki integritas dan etos kerja
j. Mengembangkan profesionalitas kepustakawanan

e. Kepala Kompetensi Keahlian


Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala kompetensi keahlian harus memiliki
kompetensi:
✓ Kepribadian
✓ Sosial
✓ Perencanaan
✓ Pengelolaan Pembelajaran
✓ Pengelolaan Sumber Daya Manusia

5
✓ Pengelolaan Sarama Prasarana
✓ Pengelolaan Keuangan
✓ Evaluasi dan Pelaporan

Peranan profesi guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah


diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa
secara optimal. Untuk maksud tersebut, maka peranan professional itu mencangkup
tiga bidang layanan, yaitu layanan intruksional, layanan administrasi, dan layanan
bantuan akademik social pribadi.

Pertama, penyelenggaraan proses belajar mengajar, yang menempati porsi


terbesar Dari profesi keguruan. Kedua, tugas yang berhubungan dengan membantu
murid dalam mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah
pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Ketiga,
disamping kedua hal tersebut, guru harus memahami bagaimana sekolah itu
dikelolah, apa peranan guru didalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta
mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.

Secara kontekstual dan umum, ruang lingkup kerja guru itu mencangkup aspek-
aspek :

1. Kemampuan profesional mencangkup :

a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya.
b. Penguasaan dan penghayatan atas wawasan dan landasan kependidikan dan
keguruan.
c. Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan, dan pembelajaran.

2. Kemampuan social mencangkup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada


tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru.
3. Kemampuan personal (pribadi) mencakup :
a. Penampilan sikap yang positif terhdap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

6
b. Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanyadianut
oleh seorang guru.

Seorang menampilkan unjuk kerja yang professional apabila dia mampu


menampilkan keandalannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Keandalan
kerja itu dapat dilihat dari berbagai segi berikut ini:

1. Mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang harus dikerjakan sebagai


guru.
2. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaan itu.
3. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dankewenangan
profesinya dan menghormati profesi lain.
4. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam perbuatanmendidik,
mengejar dan melatih.

2.2 Profesi, Profesional dan Profesionalisme


a. Profesi
Profesi secara etimologi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal dari
bahasa Latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan”. Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan latihan tertentu,
menurut persyaratan khusus memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu.
Pekerjaan yang bersifar profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena
suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksanakan profesinya. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi profesi
adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya
suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh
sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus (Musriadi, 2016: 27-30).
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatau pengetahuan khusus. Sebutan profesi selaalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi, karena profesi menuntut

7
keahlian para pemangkinya, artinya suatu pekerjaan atau jabatan tidak dipegang
oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatau persiapan melalui pendidikan
dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya.
b. Profesional
Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Seseorang dikatakan profesional Apabila
mereka mampu menawarkan jasa dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya dan juga bisa dikatakan profesional apabila sudah menerima gaji
sebagai upah atas jasanya.
c. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya. Profesionalisme itu suatu tingkah laku keahlian atau kualitas
diri seseorang yang profesional atau bisa juga dikatakan sebagai cerminan
sikap mental untuk meningkatkan keahlian profesional nya.

2.3 Syarat Guru Profesional


Selanjutnya dijelaskan menurut Arifin (2000), bahwa guru Indonesia yang
profesional dipersyaratkan mempunyai.
a. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan
masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21.
b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset
pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakatIndonesia;
c. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesiguru merupakan
profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan
praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan
terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang
kaku atau manajemen pendidikanyang lemah.
8
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah
peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional
akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi
berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang
invitation learning environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru
memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator,
transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator(Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas ditambah dengan pendapat para ahli,


dapat ditarik kesimpulan bahwa, Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadianatau
respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru
yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugaspendidikan dan
pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.

Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional,baik


yang bersifat pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, Guru profesionaladalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengankemampuan maksimal.

2.4 Guru Profesional Sebagai Komunikator & Fasilitator


a. Guru professional sebagai komunikator
Komunikasi dalam bahasa Inggris adalah communication, berasal dari kata
commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya”.
Dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud mengubah
pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan olehkomunikator.
Komunikasi berarti penyampaian informasi, gagasan, pikiran, perasaan, keahlian dari
komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran komunikan dan
mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback bagi komunikator. Sehingga
komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan yang di sampaikan
kepadakomunikan. Komunikasi mendapatkan tempat strategis dalam dunia pendidikan.
Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua
komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan.
Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.

9
Pada umumnya pembelajaran berlangsung secara berencana di dalam kelas secara
tatap muka (face to face) dan kelompoknya relatif kecil. Meskipun komunikasi antara
siswa dan guru dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok, guru sewaktu-
waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal. Terjadilah komunikasi
dua arah atau dialog dimana siswa menjadi komunikan dan komunikator. Mengingat
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan
berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu
siswa sebagai pembelajar dan gurusebagai fasilitator. Guru merupakan sumber utama
dalam menentukan kesuksesan belajar siswa. Faham atau tidaknya siswa tergantung
bagaimana guru menjelaskan. Menarik atau tidaknya pembelajaran juga tergantung
guru dalam mendesain pembelajaran dan mengkondisikan suasana.
Guru sebagai komunikator dituntut mempunyai keterampilan berkomunikasi yang
baik agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan memberikan kesan yang
baik kepada siswa. Untuk itu, seorang guru harus mengetahui kebutuhan, karakteristik,
minat, serta hobi anak didiknya yang menjadi pihak komunikan. Komunikasi dan
performa guru menjadi titik pusat perhatian siswa dalam belajar. Siswa akan senang
belajar jika guru mampu mengemas dan mendesain komunikasi pembelajaran dengan
sebaik-baiknya, walaupun hakekatnya siswa kurang suka terhadap materi yang
disampaikan guru. Begitu pulasebaliknya, apabila guru tidak peka dan tidak mampu
mengkomunikasikan denganbaik, maka siswa dipastikan akan kurang berminat untuk
belajar walaupun sebenarnya siswa menyukai terhadap materi pembelajaranya.
Di dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka seorang guru mempunyai peran
yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada
tiga kemampuan esensial yang harus dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu
kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan kegiatan dan
kemampuan mengadakan komunikasi. Ketiga kemampuan ini disebutgeneric essensial.
Ketiga kemampuan ini sama pentingnya, karena setiap guru tidak hanya mampu
merencanakan sesuai rancangan, tetapi harus terampil melaksanakan kegiatan belajar
dan terampil menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatanpembelajaran. Iklim
komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi
kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan
10
masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan
pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalammelaksanakan tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Dalam menciptakan iklim komunikatif guru hendaknya
memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang memerlukan
pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang unik,
memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan
memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah
kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan.
Adapun usaha guru dalam membantu mengembangkan sikap positif pada siswa
misalnya dengan menekankan kelebihan- kelebihan siswa bukan kelemahannya,
menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa lain dan
pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa. Kemampuan guru
untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran bisa dengan
menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif,
simpatik, menunjukkan sikapramah, penuh pengertian dan sabar. Dengan terjalinnya
keterbukaan, masing-masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran
dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat
bertemunya kebutuhanmereka untuk dipenuhi secara bersama-sama.
Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh
berkaitan dengan penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang
penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan
bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti
itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi
antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi
pelajaran. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegiatan
pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara siswa, usaha guru dalam
menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mempertahankan tingkah
laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara
optimal, guru mengelola interaksi tidak hanyasearah saja yaitu dari guru ke siswa atau
dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi
multi arah yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke guru dan dari siswa ke siswa. Jadi
semua kemampuan guru di atas mengarah pada penciptaan iklim komunikatif yang
merupakan wahana atau saranabagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

11
b. Guru Profesional sebagai Fasilitator

Fasilitator adalah istilah Inggris yang telah di Indonesia kan. Fasilitator bermakna
bahwa guru juga harus berfungsi sebagai pemberi fasilitas atau melakukan fasilitasi.
Guru menjadi jembatan yang baik di depan para siswanya. Dalam fungsinya ini guru
lebih banyak melakukan sharing belajar, atau bisa disebutbelajar bersama. Ketika guru
menyampaikan kompetensi dasar sebuah mata pelajaran, ia tidak akan mengeksplorasi
pelajaran itu, ia hanya memancing pengetahuan yang ia yakin telah diketahui oleh para
siswanya. Kumpulan- kumpulan pengetahuan itu ketika dicakupkan akan menjadi
sistematika pengetahuan yang luar biasa.

Dalam hal ini murid tidak dipandang sebagai semata objek pembelajaran, tetapiia
adalah subjek pembelajaran itu sendiri, dan bahkan guru harus siap terbuka untuk
mengalami pembelajaran bersama. Guru sebagai Fasilitator, yang selalu siap
memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan
bakatnya. Guru Sebagai Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegitan belajar anak didik, menciptakanlingkungan belajar
yang menyenangkan. Salah satu fungsi dan tugas guru adalah sebagai seorang
fasilitator. Untuk memenuhi kriteria sebagai fasilitator, ada pendapat yang
menyebutkan batasan-batasan yang harus dimiliki guru tersebut. Batasan-batasan
tersebut dijelaskan pada poin-poin berikut.

Menurut E.Mulyasa (2008) ada tujuh sikap yang harus dimiliki guru, seperti yang
diidentifikasi Rogers (dalam Knowles, 1984) berikut.
• Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasidan
perasaannya.
• Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan
yang sulit sekalipun

• Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik


seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
• Dapat menerima komentar balik (feedback), baik yang bersifat positifmaupun
negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan
perilakunya. Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama
proses pembelajaran.

12
• Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya.

Selain sikap di atas, setidaknya ada sembilan resep untuk diperhatikan dan diamalkan
seorang guru agar pembelajaran berhasil membedakan kapasitas intelektual anak didik.
Berikut resepnya.

1. Kurangi metode ceramah.

2. Berikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik.

3. Kelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya.

4. Perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik.

5. Hubungi spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.

6. Gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian.

7. Pahami perkembangan peserta didik.

8. Kembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap peserta didik bekerja


dengan kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran.

9. Libatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.

Sementara itu, untuk guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan


tersebut,

biasanya memahami peserta didik melalui aktifitasnya. Adapun aktifitas/kegiatan


tersebut diantaranya sebagai berikut.
✓ Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di kelas maupundi
luar kelas.
✓ Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik,
sebelum, selama dan setelah pembelajaran.
✓ Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan
tanggapan yang membangun.
✓ Mempelajari catatan peserta didik yang adequate (memadai).
✓ Membuat tugas dan latihan untuk kelompok.
✓ Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki

13
kemampuan yang berbeda

Agar dapat memenuhi kriteria-kriteria di atas, guru dituntut untuk memiliki


berbagai kompetensi, diantaranya sebagai berikut.

1. Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan


kompetensi lain dengan baik.
2. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi.
3. Memahami pengalaman, kemampuan dan prestasi peserta didik.
4. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk
kompetensi peserta didik.
5. Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam
kaitannya dengan pembentukan kompetensi.
6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir.
7. Menyiapkan proses pembelajaran.
8. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan.

Kondisi seperti ini menuntut seorang guru untuk senantiasa belajar


meningkatkan kemampuan, siap dan mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat,
bahkan tidak menutup kemungkinan untuk belajar dari peserta didiknya.

2.5 Fungsi dan Peran Guru


a. Fungsi Guru
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting,
peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, internet maupun
komputer yang paling modern. Banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan yang diharapkan dari hasil proses
pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Demikianlah
gambaran begitu pentingnya fungsi guru dan betapa beratnya tugas dan tanggung
jawab guru, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah
seorang guru menjadi ukuran atau pedoman bagi murid-muridnya, di masyarakat
seorang guru menjadi sauri tauladan bagi setiap warga masyarakat.
Fungsi guru cukup berat untuk diemban ini tentu saja membutuhkan sosok
seorang guru atau pendidik yang utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggung jawab

14
sebagai seorang pendidik. Pendidik itu harus mengenal Allah dalam arti yangluas, dan
rasul, serta memahami risalah yang dibawanya.
Adapun fungsi guru adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Sebagai Pengajar (Instruksional)
Yaitu fungsi untuk melaksanakan tugas mengajar (to teach), tugas ini secara
keguruan merupakan tugas tradisional. System instruksional dibentuk oleh 2
konsep, yaitu system dan instruction, yang diartikan sebagai suatu perangkat dari
bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling
mempengaruhi. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan suatu proses belajar
mengajar. Disamping itu juga ada unsure lainnya yang menyempurnakan proses
belajar mengajar ini, yaitu unsure komponen dan proses. Antara tujuan, komponen,
dan proses memiliki hubungan yang saling menentukan.
Pada sistem instruksional sekurang-kurangnya memiliki 2 dimensi, yaitu
dimensi rencan dan proses (reality). Dalam dimensi rencana merujuk pada
prosedur atau langkah-langkah yang seharusnya dilampaui dalam mempersiapkan
terjadinya proses belajar mengajar. Dalam dimensi realita merujuk pada interaksi
kelas atau system ruang kelas.
2. Fungsi Sebagai Pendidik (Educational)
Fungsi ini bagi guru sebenarnya merupakan fungsi yang pokok yaitu fungsi
untuk mendidik, sebab guru bukan hanya menjalankan tugas mengajar tetapi juga
mendidik. Bahkan fungsi mendidik ini harus lebih diutamakan dan harus
merupakan fungsi sentral guru. Dengan fungsi educationalnya seorang guru tidak
hanya berusaha agar siswanya menjadi pandai tetapi ia akan berusaha agar siswanya
menjadi orang dewasa yang berkepribadian baik. “Dunia pendidikan tidak pernah
lepas dari guru yang merupakan komponen utama penggerak roda sekolah
sekaligus ujung tombak pengentas kebodohan. Bisa dikatakan, guru adalah mata
rantai dan pilar peradaban serta benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan
suatu masyarakat atau bangsa”.
Seorang guru tidak hanya bertugas mengajar saja, tetapi juga mendidik agar
siswa menjadi manusia dewasa yang mengamalkan nilai-nilai pancasila. Fungsi
guru sebagai Educatian merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya
untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih
tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai roll model, memberikan contoh-
contoh dalam hal sikap dan perilaku dan membentuk kepribadian peserta didik.
15
3. Fungsi Sebagai Pemimpin (Managerial)
Pengertian pemimpin disini adalah, pemimpin bagi diri sendiri, siswa maupun
orang lain (masyarakat). Memimpin diri sendiri maksudnya adalah dapat
mengarahkan, mengawasi, mengorganisasi, dan mengontrol kegiatan sendiri.
Memimpin siswa adalah memimpin/membimbing anak dalam belajar.
Memimpin orang lain/masyarakat artinya seorang guru ikut serta berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat, menjadi teladan dan menggabungkan pikiran dari
masyarakat. Dengan demikian tugas guru sebagai pemimpin tidak hanya terbatas
dalam kelas (internal kelas) tetapi juga eksternal (diluar kelas).

Sehubungan dengan fungsi guru yang ketiga ini yaitu managerial bisa di artikantugas
dan fungsi seorang manager adalah memenej orang-orang yang dipimpinnyaagar mau
berbuat sesuai dengan keinginannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Berkenaan guru sebagai manager kelas maka tugas dan fungsinya adalahmenggerakan
siswa-siswa nya dengan mempengaruhi, membimbing, memotivasi dan mengarahkan
agar siswa-siswa itu berbuat atau berprilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam kegiatan proses belajar mengajar.

b. Peran Guru

Dalam melaksanakan tugasnya, guru memiliki beberapa peran, antara lain:

1. Peran Guru sebagai Demonstrator


Sebagai demonstrator, guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang ia
kuasai. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang
guru harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ia harus senantiasa
belajar meningkatkan penguasaannya terhadap ilmu sesuai dengan bidangnya.
2. Peran Guru sebagai Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu menciptakan suasana atau
kondisi belajar di kelas. Ia juga harus mampu merangsang siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran, terampil mengendalikan suasana kelas agat tetap hangat,
aman, menarik dan kondusif.
3. Peran Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, seorang guru dituntut memilki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses
pembelajaran. Dan terampil memilih, menggunakan, mengusahakan media

16
pendidikan, serta mampu menjadi media (perantara) dalam hubungan antar siswa
dalam proses belajar mengajar. Sebagai Fasilitator, guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar dan berguna serta dapat menunjang tercapainya
tujuan dalam proses belajar- mengajar, baik yang berwujud narasumber, buku teks,
majalah, surat kabar,maupun sumber belajar lainnya.
4. Peran Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, seorang guru dituntut mampu melakukan prosesevaluasi, baik
untuk mengetahui keberhasilan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran (feed
back), maupun untuk menilai hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan peran ini,
seorang guru dituntut memiliki keterampilan sebagai berikut : Pertama, Mampu
merumuskan alat tes yang valid dan reliable. Kedua, Mampu menggunakan alat tes
dan non-tes yang tepat. Ketiga, Mampu melaksanakan penilaian secara objektif,
jujur dan adil. Keempat, Menindak lanjuti hasil evaluasi secara profesional.

Diantara sekian banyak peran guru dalam proses belajar-mengajar yang dianggap
paling dominan adalah sebagai evaluator. Dalam bukunya: The Role of the Teacher,
Eric Hoyle mengemukakan tentang peran guru sebagai berikut :

Pertama, Sebagai bapak (Teacher of Father). Ia tahu apa yang ia perbuat dan semua
yang diperbuatnya demi kepentingan sang anak. Kedua, Sebagai kakek (Teacher as
Grand Father). Seorang kakek itu baik hati, suka bercerita kepada cucu-cucunya. Ketiga,
Sebagai nenek (Teacher as Grand Mother). Sebagai tukang cerita. Keempat, Sebagai
kakak tertua (Teacher as a Oldest Brother), selalu mengajak untuk bekerjasama. Kelima,
Sebagai paman (as an Uncle), suka memberi informasi dan berbagai ide. Keenam,
Sebagai ipar (as Causin), mengajar muridnya tidak menaruh perhatian terhadap
mereka dan biasanya ia memikirkan hal-hal lain,seringkali memperhatikan tugas
pokoknya sendiri. Ketujuh, Sebagai sersan mayor (as Sergion Major), pengawal
pasukan dengan disiplin ketat dan menggunakan catatan dari berbagai buku, selalu
mengadakan parade senja untuk menghormati pimpinan pasukan. Kedelapan, Sebagai
Sigmund Freud, alat Bantu atau sarana untuk menyelesaikan konflik dan ketegangan.
Kesembilan, Sebagai kelompokPsikoterapist (as Group Psikoterapist), menggunakan
drama sebagai terapi. Kesepuluh, Sebagai editor buku (Priten’s Reader), mengadakan
koreksi terhadap tulisan sebuah buku sebelum dicetak. Kesebelas, Sebagai guru, yang
menyampaikan pengetahuan.

17
Sesungguhnya peranan guru itu tidak hanya terbatas oleh dinding-dinding kelas
tempat ia mendidik siswanya. Ia punya tugas di dalam dan di luar kelas di sekolah serta
di masyarakat/ Penelitian mengenai peranan guru, berupaya menemukan komponen-
komponen penting pengajaran dan cara terbentuknya tingkah laku guru dalam sistem
pendidikan yang telah dirancang adalah :

Pertama, tidaklah seperti halnya hukum, kedokteran, dan kebanyakan profesi lain,
mengajar tidak memiliki bentuk ”mati”. Keahliannya bisa dijelmakan menjadipanduan
kerja. Jadi, dalam mengajar banyak peluang improvisasi. Kedua, dibandingkan dengan
profesi lain yang lebih tinggi, belajar beda pola penerimaan tenaga barunya,
pendidikannya dan mobolitas karirnya. Karena merupakan profesi yang mudah
penerimaannya. Ketiga, mengajar membentuk interaksi secara afektifdan terus menerus
dan murid dan kelangsungan mengajar itu terisolir baik bagi gurumaupun murid di kelas
lainnya.

Fenomena yang terjadi seputar pendidikan di negara modern, misalnya di India.Di


India dan negara-negar miskin lainnya banyak diantara ruang sekolah hanyalahsedikit
lebih baik daripada gubuk. Anak-anak itu tampak kurang makan, waktu sekolah mereka
tidak teratur, guru mereka tidak memiliki apapun kecuali pendidikan yang paling
sederhana. Anak-anak itu diajar dengan jalan menghafal dan apa yang di ajarkan
sebagian besar adalah pengetahuan keagamaantradisional.

2.6 Sikap dan Sasaran Profesi Keguruan

1. Pengertian Sikap Profesional Guru


Berikut defenisi dari sikap profesional guru; Thursthoen dalam Walgito (1990:
108) menjelaskan bahwa, “Sikap” adalah gambaran kepribadian seseorang yang
terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu
objek.
Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan Sikap seseorang pada suatu
objek adalah Perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau
kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan
dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan
melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

18
kecakapan yang memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 dalam usman,
2005).
Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Sasaran Sikap Profesional
a. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.
(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan dan kebudayaan. Dalam
rangka pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia, departemen pendidikan
dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan
yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang
meliputi antara lain : Pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan
kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan
mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan
karang taruna, dan lain-lain ( Soetjipto, 2004:43).
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakanketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-
peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen lainnya dalam
rangka pembinaan pendidikan di negara. Contoh, peraturan tentang ( berlakunya)
kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang sumbangan pembiayaan
pendidikan (SPP), ketentuan yentang penerimaan murid baru, penyelenggaraan
evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) dan lain sebagainya.
19
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan
yang merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik
Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar yang
kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukkan bahwa guru
indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah indonesia dalam menjalankan
tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesiia tidak mendapat pengaruh yang
negatif dari pihak luar, yang ingin memeksakan idenya melalui dunia pendidikan.
Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taatkepada segala
ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada
kebijakan dan peraturan, baik yangdikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupundepartemen lain yang berwenang mengatur pendidikan, di
pusat dandi daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan pendidikan
di Indonesia.

b. Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.Dasar ini menunjukan kepada
kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana
pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih
berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi
dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung
kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban para
anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, dimana unsur
pembentuknya adalah guru-guru.
Organisasi harus membina mengawasi para anggotanya, yang dimaksud
dengan organisasi adlah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala
perangkat dan alat-alat perlengkapannya. Setiap anggota harus memberikan
sebagian waktunya untukkepentingan pembinaan profesinya, dan semua waktu
dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para
pejabat organisasi tersebut, sehingga permanfaatanya menjadi efektif dan
efisien.Dalam dasar keenam kode etik itu dengan gamblang juga dituliskan,
bahwa guru secara pribadi dan bersama- sama, mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat
20
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran,
lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, study perbandingan,
dan berbagai bidang akademik lainya. Peningkatan mutu profesi keguruan dapat
telah direncanakan dan dilakukan secara bersamaan atau berkelompok. Kalau
sekararang kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi diprakarsai
dan dilakukan oleh yang dilakukan oleh pemerintah, maka diwaktu mendatang
diharapkan organisasi profesionallah yang seharusnya merencanakan dan
melaksanakanya, sesuai dengan fungsi dan peran organisasi itusendiri.
c. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentukmanusia seutuhnya yang
berjiwa pancasila, dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami
oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan
pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapatdibaca dalam
UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja (Soetjipto,
2004:50).
Pengertian seperti yang dikekmukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah “ing
angarso sung tulodo, ing madyomangun karso, dan tut wuri handayani”.Ketiga
kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus
dapat memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat
dan kodratnya dan guru memperhatikannya. Dalam handayani berati guru
mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan
demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah
pembentukan manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah
mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik.
Motto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen
pendidikan dan kebudayaan RI (Soetjipto, 2004:50).
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandangmanusia sebagai
kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani tidak hanya berilu tinggi
21
tetapi juga bermoral tinggi pula. Oleh Karenanya, Guru dalam mendidik
seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan
intelektual saja. Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi
peserta didik, baik jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar
peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu
menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupannya sebagi insan dewasa.
Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh
kepada kehendakdan kemauan guru.
d. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi perkembangan umum bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya
oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian
dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang bauk ini ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) guru sendiri, (b) Hubungan guru dengan
orang tua dan masyarakat sekeliling(Soetjipto, 2004:51).
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari
kode etik yang berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, guru
harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik
dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan penyediaan alat
belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendektan lainnya yang diperlukan

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sikap Profesional Guru adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan
kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam
menyampaikannya.
Profesionalisme seorang guru juga harus dikembangkan untuk meningkatkan atau
menambah pengetahuan dan keterampilannya baik pada masa Pra-jabatan ataupun dalam
jabatan karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang
sesuai dengan kemajuan zaman.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat,
jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru selalu
mengadakan pembaharuan dengan tuntutan tugasnya.
3.2 Saran
Sebagai professional, seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan
terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat
kerja, pemimpin dan pekerjaan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Belundak, U. (2016, july 25). SASARAN SIKAP PROFESIONAL DAN


PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL. p. 1.

Belundak, U. (2016, december 26). SASARAN SIKAP PROFESIONAL DAN


PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL. Retrieved from SASARAN
SIKAP PROFESIONAL DAN PENGEMBANGAN SIKAP
PROFESIONAL:
http://ekplorasialam.blogspot.com/2016/12/sasaran-sikap-profesional-dan.html

Berdesa, J. (2019, december 10). juragan berdesa.blogspot. Retrieved from Peran dan
Fungsi Guru: https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/08/peran-dan-fungsi-
guru.html

Idhaeinstein. (2016, april 27). Idhaeinstein. Retrieved from GURU PROFESIONAL


SEBAGAI KOMUNIKATOR DAN FASILITATOR:
http://idhaeinsteinnizda.blogspot.com/2016/04/guru-profesional-sebagai-
komunikator.html

Pelajaran.co.id. (2018, june 23). pelajaran co.id. Retrieved from engertian Profesi,
Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas dan Profesionalisasi Menurut
Para Ahli Lengkap:
https://www.pelajaran.co.id/2017/14/pengertian-profesi- profesional-
profesionalisme-profesionalitas-dan-profesionalisasi-menurut-para- ahli.html

Setiawan, S. (2021, january 12). Pengertian Profesional – Etika, Prinsip, Pokok, Ciri,
Syarat, Konsep, Para Ahli. Retrieved from guru pendidikan com.:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-profesional/

24

Anda mungkin juga menyukai