Anda di halaman 1dari 1

Kementerian Perdagangan atau Kemendag melaporkan harga minyak goreng subsidi

dan kemasan telah mengalami kenaikan yang signifikan secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan kenaikan
yang signifikan itu belakangan disebabkan karena harga bahan baku dalam negeri yang
dikontrol sepenuhnya oleh fluktuasi pasar dunia.

Kemendag mencatat harga minyak goreng curah per April 2022 berada di angka
Rp18,759 per liter atau naik sebesar 50,3 persen dari torehan periode yang sama tahun lalu
di posisi Rp12.475. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan premium pada awal April
2022 di posisi Rp26.170 per liter atau naik 73,2 persen dari torehan pada periode yang sama
tahun lalu sebesar Rp15.103 per liter.

“Secara year-on-year, harga minyak sudah mengalami kenaikan 47 persen untuk


minyak goreng curah dan 73 persen untuk minyak goreng kemasan, kalau dibandingkan
sebelum pandemi ini peningkatannya sudah dua kali lipat 100 persen lebih peningkatannya
ini tentu berpengaruh pada daya beli masyarakat,” kata Oke dalam Webinar Dampak Konflik
Geopolitik terhadap Komoditi CPO, Rabu (13/4/2022). Oke mengakui reli kenaikan harga
minyak goreng itu bakal menggerus daya beli konsumen yang sebagian besar adalah rumah
tangga, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga pedagang gorengan.

Sebelumnya, Dewan Pengurus Wilayah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) DKI
Jakarta melaporkan harga minyak goreng subsidi sudah menyentuh di angka Rp18.000 per
liter hingga Rp20.000 per liter pada pekan ini. Malahan, DPW Ikappi DKI Jakarta
mengidentifikasi terjadi kelangkaan minyak goreng subsidi itu di sejumlah pasar. Ketua DPW
Ikappi DKI Jakarta Miftahudin mengatakan sejumlah pasar di berbagai daerah melaporkan
adanya kelangkaan stok akibat pasokan yang minim dari distributor. Sementara, permintaan
masyarakat selama lebaran tahun ini relatif kembali tinggi. “Kami melihat fakta bahwa HET
Minyak Goreng Curah masih tembus lebih dari Rp18.000 per liter sampai rp20.000 per liter di
berbagai daerah bahkan masih terjadi kelangkaan di mana-mana, yang artinya pemerintah
belum konsisten dalam pemerataan kebijakan dan tidak fokus menyelesaikan persoalan,”
kata Miftahudin melalui siaran pers, Rabu (13/4/2022).

Anda mungkin juga menyukai