Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN KOMPETENSI GURU 2

(KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI PROFESSIONAL)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

ALFIYYAH (0301172410)

LAILA AFRIDA AINI (0301172415)

MUHAMMAD ALIF MUBAROK (0301172401)

SRI YUANA (0301172419)

KELAS: PAI 2 SEMESTER V

DOSEN PEMBIMBING: Drs. M. IDRUS HASIBUAN, M. Pd.

MATA KULIAH: PROFESI KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan cakap atau kemampuan.
Nana Sudjana mengemukakan pendapatnya bahwa yang dimaksud sebagai kompetensi adalah
suatu kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi. Tidak jauh dari hal tersebut juga
Sudirman menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang berkenaan dengan tugasnya. Dari kedua definisi-definisi tersebut dapat kita ketahui
bahwa kompetensi ialah kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang, dalam bidangnya
misalnya yaitu seorang guru.1
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat (10) dinyatakan
secara tegas bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”. Wujud profesioanal atau tidak tenga pendidik diwujudkan dengan serifikat
pendidik. Dalam pasal 1 ayat (12) ditegaskan “sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional.”2
Dalam UU No. 12 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 10 dinyatakan dengan
tegas bahwa "kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan". Dan hal tersebut terwujud dalam sertifikat pendidik sebagai bukti bahwa ia
profesional atau tidak. Dalam pasal 1 ayat 12 ditegaskan "sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional". Dengan
adanya peraturan perundangan tersebut menjadikan kemutlakan yang harus dipenuhi oleh
pendidik.3

1
Subardi dan Yusra Jamali, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional (Bangka: Shiddiq Press, 2013) 30.
2
Jawani, Kompetensi Guru; Citra Guru Profesional (Bandung: Alfabeta, 2012), h.36.
3
Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam di Era
Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), h. 206.

2
Balnadi Sutadipura mengatakan kompetensi guru memiliki tingkatan mulai dari tingkat
prasekolah, tingkat dasar, dan tingkat menengah dapat dikategorikan kepada dua kategori:
kategori itu ialah kategori umum dan kategori khusus. Kategori umum merupakan kemampuan
dan keahlian yang harus dimiliki oleh semua guru pada tiap jenjang pendidikan. Sedangkan
kompetensi khusus adalah kemampuan dan keahlian yang harus dimiliki secara khusus oleh
tenaga pendidik tertentu sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang ditekuninya.4
Secara sederhana kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Mulyasa
kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia mampu melakukan prilaku-perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.5
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan makna
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Adapun
kompetensi itu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luasa dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua peserta
didik dan masyarakat sekitar.6
Dengan demikian, kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-
kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas
keprofesionalannya. Selain itu, kompetensi telah terbukti merupakan dasar yang kuat dan valid
bagi pengembangan sumber daya manusia.7

4
Ibid.
5
E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik dan Implementasi (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002), h. 38.
6
Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan: Mengembangkan Spirit Entrepreneurship Menuju
Learning School (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), h. 209-210.
7
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja Kualifikasi dan Kompetensi Guru
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 99.

3
B. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005, pengertian kompetensi guru adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas profesionalisme. Kompetensi guru tersebut bersifat
menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling
mendukung Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1, kompetensi guru meliputi: 1)
kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi
profesional. Dalam Peraturan Presiden (PP) RI No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 butir yaitu:
a. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang kemungkinannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi ini meliputi: a) menguasai
substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, b) menguasai struktur dan metode
keilmuan.
b. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektitf dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini meliputi:
a) berkomunikasi lisan, tulisan dan/ atau isyarat, b) mengutamakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional, c) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, d) mampu
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Ada lima karakteristik kompetensi antara lain:


a. Motive, yaitu konsistensi berpikir mengenai apa yang dinginkan sehingga menyebabkan suatu
kepribadian.
b. Trait, karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.
c. Self concept, sikap nilai, atau imajinasi seseorang.
d. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkungan tertentu.
e. Skill, kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.8
Jadi kompetensi ini memberikan penekanan kepada kemampuan individu dalam
mengembangkan karir sehingga perkembangan karirmya tidak dipengaruhi oleh organisasi.
8
Didi Pianda, Kinerja Guru “Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah”, (Jawa
Barat: CV Jejak, 2018), h. 48-50

4
Kepmendiknas 045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Sehingga dari
berbagai definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Kompetensi adalah
kemampuan seseorang berupa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan
atau latihan-latihan baik secara kognitif, afektif, dan performance sebagai syarat untuk dianggap
mampu dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu baik secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik secara cerdas dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagaimana diuraikan
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam memaknai kompetensi
guru, sebagaimana dikemukakan oleh Surya (seminar sehari 6 Mei 2005) yang dikutip dalam
Didi Pianda, adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Kompetensi guru tersebut meliputi: (1) kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat
pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek
kinerja sebagai guru, (2) kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan
untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi, (3) kompetensi pribadi,
yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya
sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman
diri, (4) kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari
pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya
interaksi sosial secara efektif, (5) kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta
pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.9
Sehingga Soedijarto dalam Didi Pianda, menyebutkan bahwa kompetensi guru meliputi:
(1) merancang dan merencanakan program pembelajaran, (2) mengembangkan program
pembelajaran, (3) mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (4) menilai proses dan hasil
pembelajaran, dan (5) mendiagnosis faktor yang memengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran. Menurut Soedijarto dalam Didi Pianda, kompetensi guru meliputi: (1) merancang

9
Ibid, h. 51

5
dan merencanakan program pembelajaran, (2) mengembangkan program pembelajaran, (3)
mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (4) menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
(5) mendiagnosis faktor yang memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Selanjutnya, Sahertian dalam Didi Pianda, mengungkapkan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki guru dalam mengelola pembelajarannya antara lain: () kemampuan menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan, (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3)
kemampuan mengelola kelas, (4) kemampuan menggunakan media/sumber belajar, (5)
kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan, (6) kemampuan mengelola interaksi
belajar mengajar, (7) kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan.10

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi


Dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kompetensi kepala sekolah,
kesiapan sarana-prasarana, ketersediaan dana, dan program yang telah direncanakan, adalah
faktor-faktor yang turut berperan dalam meningkatkan produktivitas lembaga pendidikan di
sekolah tersebut. Tetapi faktor yang paling esensial di dalam proses pendidikan adalah manusia
yang ditugasi dengan pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada
anak didik. Hal ini adalah esensi dan hanya dapat dilakukan oleh sekelompok manusia
profesional, yaitu manusia-manusia yang memiliki kompetensi mengajar. Dalam buku Dedi
Pianda, ada tiga kelompok variabel sebagai faktor yang dapat memengaruhi kompetensi dan
potensi individu dalam organisasi, yaitu: Pertama, variabel individu yang meliputi: (a)
kemampuan/keterampilan, (b) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman). Kedua,
variabel organisasi yang meliputi: (a) sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur,
(e) desain pekerjaan. Ketiga, variabel individu (psikologis) yang meliputi: (a) mental/intelektual,
(b) persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, (f) motivasi. Selanjutnya, Sutermeister
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi kompetensi seseorang sangatlah
kompleks, di antaranya: latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi,
para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan,
motivasi kerja, dan sebagainya.11

D. Komponen Kompetensi
10
Ibid.
11
Ibid, h. 52.

6
Pada perkembangannya upaya peningkatan kompetensi guru dilakukan secara terus
menerus. Karena peningkatan kompetensi memiliki payung hukum yang jelas. Paying yuridis
kompetensi guru yang dikaitkan dengan program sertifikasi guru bertitik tolak dari Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Pada Pasal 40 Ayat (2) UU
No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidik (guru) berkewajiban: “menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis, mempunyai komitmen
secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memberi teladan dan menjaga
nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan dan yang diberikan
kepadanya”.
Kemudian kompetensi guru dituangkan secara jelas dalam UU No 14 Tahun 2005. Hal-
hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya dapat diperhatikan melalui PP No 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidik, yaitu pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru yang dimaksudkan dalam UU No. 14
tahun 2005 adalah:
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasai peserta didik pada pendidikan anak usia
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
3. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan setifikat pendidik.

Kompetensi yang dimaksudkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen adalah berkenaan dengan kompetensi pedagogic, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial. Kemudian standar itu dipertegas dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Pendidik.
Keempat kompetensi tersebut harus menjadi perhatian utama bagi seluruh guru pada
setiap satuan tingkatan pendidikan dan memeberikan andil besar apakah seorang guru dapat
disebut guru yang profesional atau guru yang tidak profesional sehingga pekerjaan mengajar
menjadi pilihan profesi yang harus dipertanggung jawabkan. Namun di sini kami hanya

7
membahas dua kompetensi yang merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya, adapun
kedua kompetensi tersebut adalah:

1. Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur
dan metodologi keilmuannya.
Secara bahasa professional berarti bersangkutan dengan profesi, memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya. Profesi menurut Sikun Pribadi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Mukti Ali berpendapat bahwa kompetensi professional adalah kemapuan fungsional
seorang guru untuk memahami, bersikap, menilai, memutuskan atau bertindak didalam kaitan
tugasnya berdasarkan falsafah, teori serta credo yang menjiwainya.12
Guru professional adalah guru yang dalam melaksanakan tugas keguruannya
mendasarkan langkah pada prinsip dan ketentuan yang berlaku yaitu: a) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa dan idealis, b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas, d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas, e) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, f)
memperoleh penghasilan yang tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, g) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat, h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya, i)
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesioanalan guru.
Dengan kata lain, bahwa dalam suatu pekerjaan professional pada hakikatnya adalah
seseorang yang melakukan pelayanan atau pengabdian yang dilandasi dengan kemampuan
professional serta falsafah hidup yang mantap. Sedangkan PP Nomor 74 Tahun 2008 dalam
12
Rofa’ah, Pentingnya Kompentensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif Islam,
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 52

8
Standar Nasional Pendidikan dijabarkan bahwa kompetensi professional guru merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni
dan budaya yang di ampu.13

Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:


a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru harus
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antarmata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses
belajar mengajar.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan bidang
studi.

Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru yakni:


1. Memahami motivasi dan kebutuhan belajar siswa
2. Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktik
3. Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan
4. Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran
5. Memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi
6. Mengetahui bagaimana menggunakann materi yang diajarkan dalam praktik kehidupan
nyata.14
Rumusan lain mengenai kompetensi professional guru meliputi: (1) merumuskan tujuan
intruksional; (2) memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar; (3) mengorganisasikan
materi pelajaran; (4) membuat, memiliki dan menggunakan media pendidikan yang tepat; (5)
menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat untuk mata
pelajaran.15

2. Kompetensi Sosial

13
Ibid, h. 53
14
Ibid.
15
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah
(Sukabumi: CV Jejak, 2018), h. 17.

9
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik, tenaga
pendidik, orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial adalah kemampuan kepribadian yang mampu untuk membangun
kerjasama dengan orang lain yang mantap, stabil dan bijaksana ketika menghadapi
permasalahan ditempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi
internal serta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan pemikiran,
perasaan dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial dan hasil-hasil yang bernilai.
Sehingga kompetensi sosial dapat dipandang sebagai kemampuan untuk mencapai pribadi
dalam suatu interaksi sosial, serta senantiasa memelihara hubungan sosial dengan orang lain
dalam berbagai situasi.
M. Surya mengemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan
oleh seorang guru sebagai bagian dari masyarakat dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan
serta bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Dalam kompetensi ini termasuk
keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.16
E. Mulyasa berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi secara lisan dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara professional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat secara santun.
M. R. Payong mengemukakan bahwa kompetensi sosial nampak dalam kemampuan
untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara efektif. Sementara Arikunto
berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan komunikasi yang harus dimiliki
guru dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha bahkan dengan
anggota masyarakat.
Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai makhluk sosial dalam masyarakat sekolah.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain; hubungan interpersonal. Interpersonal adalah
kecerdasan guru dalam mengolah sikap sosial guru dengan emosi diri, pengendalian diri dan
performance guru, inner beauty guru menjadi cerminan pribadi yang melekat erat dalam setiap
gerak langkahnya. Hubungan dengan teman se-profesi, hubungan dengan peserta didik,
hubungan dengan orangtua siswa/wali dan hubungan dengan masyarakat sekitar. Seluruhnya
memerlukan keterampilan sosial.
16
Rofa’ah, Pentingnya Kompentensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif Islam, h. 45

10
Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk menunjukkan perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat edang menjalankan aktivitas sosial.
Sehingga terjadi interaksi sosial yang baik dan efektif. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi
kompetensi untuk:
 Berkomunikasi lisan, tulisan dan atau isyarat yang santun.
 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orangtua/wali peserta didik.
 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem
nilai yang berlaku.
 Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.17

Peranan guru dalam hubungannya dengan peserta didik bermacam-macam menurut


situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal yaitu di dalam kelas saat proses
belajar mengajar dan situasi informal. Dalam situasi formal misalnya dalam usaha guru
mendidik dan mengajar peserta didiknya dalam kelas, maka guru harus sanggup menunjukkan
kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengorganisir, mengelola, mengatur dan
mengontrol kondisi kelas dan kelakuan seluruh peserta didik sehingga kegiatan belajar berjalan
dengan lancar dan efektif.
Dalam pendidikan formal bahwa tujuam akhir pengelolaan dan pengaturan dalam kelas
adalah terciptanya penanaman dan pengembangan sikap disiplin dengan baik. Sebagai seroang
guru harus memberikan teladan yang baik dan disiplin tinggi. Seorang guru tidak mungkin
dapat mengelola kelas dengan baik jika mereka juga kurang disiplin. Tunjukkan kepada siswa
bahwa guru mereka juga menjunjung tinggi sikap disiplin dengan mempraktikkan secara
langsung baik disiplin waktu, peraturan dan lain sebagainya.
Sementara kewibawaan diperoleh dari kepribadian sendiri, kepribadian diperoleh
dengan mewujudkan norma-norma yang tinggi pada diri guru seperti rasa tanggung jawab yang
nyata dalam ketaatan pada waktu, persiapan yang cermat, kerajinan dan ketelitian memeriksa
pekerjaan siswa, kesabaran, ketekunan, kejujuran dan sebagainya.
Peserta didik akan nyaman belajar hanya apabila hubungan dengan guru mereka baik.
Mereka tidak perlu lagi membuang waktu untuk membangun strategi menegakkan kedisiplinan,

17
Ibid, h. 46-47

11
jika guru-guru mereka sudah memiliki kedisiplinan yang tinggi dan mempraktekkannya secara
nyata dalam setiap keseharian tindak tanduknya, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Hubungan guru dan peserta didik dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-
sifat: Pertama, keterbukaan yaitu antara guru dan siswa saling bersikap jujur dan membuka diri
satu sama lain. Kedua, tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dirinya dinilai oleh orang lain.
Ketiga, saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Keempat, kebebasan yang
memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan
kepribadiannya. Kelima, saling memenuhi kebutuhan sehingga tidak ada kebutuhan satu
orangpun yang tidak terpenuhi.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan,
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 18

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:


a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik; guru bisa
memahami keinginan dan harapan siswa
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik dan tenaga
pendidik lainnya; misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihapadi anak
didik serta solusinya
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitar. Contohnya guru bisa memberikan infomasi tentang bakat, minat, da
kemampuan peserta didik kepada orangtua peserta didik.19

Menurut E Mulyasa, ruang lingkup kompetensi guru sebagai berikut:


1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis,
sosiologis, dan sebagainya.

18
Ibid, h.48-49
19
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Professional (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 49.

12
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik.
3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar
yang relevan.
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.20

Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Depdiknas sebagai berikut:
1. Mengembangkan kepribadian.
2. Menguasai landasan kependidikan.
3. Menguasai bahan pelajaran.
4. Menyusun program pengajaran.
5. Melaksanakan program pengajaran.
6. Menilai hasil dari PBM yang telah dilaksanakan.
7. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
8. Menyelenggarakan program bimbingan.
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat.
10. Menyelenggarakan administrasi sekolah.21

Menurut Muhaimin dan Mujib bahwa pendidik akan berhasil menjalanakan tugasnya
apabila mempunyai kompetensi personal-religius, sosial-religius, dan professional-religius.

1. Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah menyangkut
kepribadian agamis, artinya pada diri pendidik melekat nilai-nilai lebih yang hendak
disampaikan, diajarkan dan penghayatan kepada peserta didiknya.

2. Kompetensi Sosial-Religius
Kemampuan dasar setelah kompetensi personal-religius bagi pendidik adalah
menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah
Islam, sikap gotong royong, toleransi dan tolong menolong harus dimiliki oleh pendidik.

3. Kompetensi Profesional-Religius

20
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h.49.
21
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.18-19.

13
Kemampuan dasar berikutnya, menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas
mendidiknya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahliaan atas
keberagamannya berbagai kasus serta mempu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori
dan wawasan keahliannya.
Banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, bukan hanya kompetensi
pedagogik, sosial, profesional, dan kepribadian saja tetapi ada kompetensi-kompetensi yang
lain yang mengiringi kelengkapan kompetensi-kompetensi tersebut. Oleh sebab itu pendidik
harus senantiasa berupaya untuk daoat membantu peserta didik dalam menjalankan fungsinya
sebagai warga masyarakat yang baik dalam lingkup sosialnya.22

Sudjana mengemukakan empat kompetensi guru:


a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang
studi yang dibinanya.
d. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.

Dalam hal ini adlan mengatakan bahwa dalam menjalankan kewenangan


profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual, seperti pengetahuan
tentang belajar mengajar, tingkah laku individu.
2. Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata
pelajaran yang dibinanya
3. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku seperti membimbing dan
menilai.23

Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada pada guru
agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif, kompetensi guru meliputi:
1. Kompetensi intelektual, yaitu berbagai alat yang ada pada individu untuk menunjang
tugas-tugas sebagai guru.

22
Syafaruddin, dkk, Sosiologi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 120-121.
23
Rusli Yusuf, Landasan Pendidikan: Pendidikan dan Investasi Sosial Dalam Pembentukan Masyarakat
Madani (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2009), h. 36-37.

14
2. Kompetensi fisik, yaitu perangkat fisik untuk menunjang tugas guru dalam berbagai
situasi.
3. Kompetensi pribadi, yaiu perangkat perilaku yang berkaitan dengan individu dalam
mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri sebagai transformasi diri, identitas diri
dan pemahaman diri.
4. Kompetensi sosial, yaitu tercapainya komunikasi sosial secara afektif.
5. Kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan serta pengalaman kaidah-kaidah
keagamaan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam di
Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017).
Didi Pianda, Kinerja Guru “Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah”,
(Jawa Barat: CV Jejak, 2018).
E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik dan Implementasi (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002).
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan Di
Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2012).
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja Kualifikasi dan Kompetensi Guru
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013).
Jawani, Kompetensi Guru; Citra Guru Profesional (Bandung: Alfabeta, 2012).
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Professional (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018).
Rofa’ah, Pentingnya Kompentensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif Islam,
(Yogyakarta: Deepublish, 2016).
Rusli Yusuf, Landasan Pendidikan: Pendidikan dan Investasi Sosial Dalam Pembentukan
Masyarakat Madani (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2009).
Subardi dan Yusra Jamali, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional (Bangka: Shiddiq Press,
2013).
Syafaruddin, dkk, Sosiologi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2016).
Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan: Mengembangkan Spirit
Entrepreneurship Menuju Learning School, (Bandung: PT Refika Aditama, 2016).

17

Anda mungkin juga menyukai