Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KOMPETENSI SOSIAL TUTOR

KEAKSARAAN DI PKBM
LASKAR PELANGI
DI SUSUN

NUR LAILA (11721710)

SASMITA DELFIANA PURBA (1173171022)

WIRDA TULZANNAH RITONGA (1172171019)

PENMAS REG B 2017

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Yusnadi,MS

Mata Kuliah : Seminar

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Yusnadi,MS dan ibu Jubaidah, S.Pd, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar yang memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga tugas yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun yang
membacanya. Semoga tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Standar Kompetensi Pendidik & Tenaga Kependidikan PNF


kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dibagi menjadi empat komponen
yaitu : 1). Kompetensi pedagogi, 2). Kompetensi Kepribadian, 3). Kompetensi
Sosial, 4). Kompetensi Profesional. Kompetensi sosial merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena menuntut
adanya komunikasi yang tepat yang dilakukan oleh tutor ketika sedang melakukan
pembelajaran. Selain itu kompetensi sosial ini sangat penting bagi seorang tutor
karena menuntut kemampuan tutor dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan
warga belajar, sesama tenaga pendidik, atasan, orangtua dan masyarakat
sekitarnya.

Berdasarkan pendapat Sugono (2008 :1022) mengemukakan bahwa tutor


adalah orang yg memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau
sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya. Seorang tutor sebagai agen
pembelajaran, perlu memiliki kemampuan (competency) khusus, kemampuan
yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan tutor, karena tugas mengajar
bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi suatu proses mengubah perilaku
peserta didik atau warga belajar.

Oleh karena itu penulis juga mengemukakan tentang 3 penelitian terdahulu


yang relevan tentang kompetensi sosial tutor. Pertama, skripsi dari Mattetuang
yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Peningkatan Proses
Pembelajaran di SMA Negeri 11 Makassar Tahun 2011. Dalam skripsi tersebut
peneliti mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kompetensi
sosial guru terhadap peningkatan proses pembelajaran di SMA Negeri 11
Makassar.
Kedua, skripsi dari Rizal yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Tutor
Terhadap Hasil Belajar Warga Belajar Kejar Paket B di SKB Cepiring
Kabupaten Kendal Tahun 2009. Dalam skripsi ini peneliti mengemukakan bahwa
kompetensi tutor di SKB Cepiring Kabupaten Kendal tergolong tinggi dan
memberikan pengaruh nyata terhadap hasil belajar warga belajar.

Ketiga, skripsi dari Alimah yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Guru
Terhadap Keaktifan Belajar Siswa di MTs AT-TAUHID Surabaya Tahun 2018.
Dalam skripsi tersebut mengemukakan bahwa adanya pengaruh kompetensi sosial
guru terhadap keaktifan belajar siswa di MTs At-Tauhid Surabaya.

Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk menganalisis


kompetensi tutor keaksaran di PKBM Laskar Pelangi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi guru/tutor ?
2. Apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial guru/tutor?
3. Apa saja indikator kompetensi sosial guru/tutor ?
4. Mengapa komunikasi sebagai inti kompetensi sosial guru/tutor ?
5. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi guru/tutor ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi guru/tutor.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial guru/tutor.
3. Untuk mengetahui apa saja indikator kompetensi sosial guru/tutor.
4. Untuk mengetahui mengapa komunikasi sebagai inti kompetensi sosial
guru/tutor.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kompetensi guru/tutor.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Kompetensi Guru/Tutor

Menurut KBBI, Kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan untuk


menetapkan (memutuskan sesuatu); keahlian untuk menguasai gramatikan suatu
bahasa secara abstrak atau batiniah. Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan perilaku (afektif) yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Menurut Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.

Kompetensi merupakan suatu sistem di mana tutor baru dianggap telah


menyelesaikan pekerjaan apabila ia telah melaksanakan tugas yang diemban untuk
melakukannya. Untuk membina kualitas kompetensi tutor yang baik perlu adanya
kesiapan dari para tutor maupun dari pihak penyelenggara.

Kompeteni tutor merupakan cerminan dari perilaku tutor dalam menjalankan


tugas dan kewajibannya sehari-hari sebagai seorang pendidik. Kompetensi sangat
diperlukan guna menjalankan fungsi profesi, sehingga tutor harus dibekali dengan
kompetensi-kompetensi tertentu untuk mendukung kelancaran proses
pembelajaran secara keseluruhan.

Mulyasa (2002) menjelaskan “kompetensi merupakan indikator yang


menunjuk pada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup
aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta tahap-tahap
pelaksanaannya secara utuh". Menurut Hall dan John kompetensi adalah
“gambaran penampilan suatu kemampuan tertentu. secara bulat yang merupakan
perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”.
Mulyasa dan Hall memiliki kesamaan pandangan yaitu menekankan pada
perbuatan atau performance yang dapat diamati dan terukur dan kompetensi
dipandang sebagai totalitas dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.

The Mayer Committee (Harris et al. 1973: 21) menyatakan: " the term
competence focuses attention learning outcomes. It is about what people can do.
The Mayer Committee takes the view that the competence is underpinned not only
by skill but also by knowledge and understanding . It involves both the ability to
perform in a given context and the capacity to transfer knowledge and skill the
new tasks and situations. This means that learner must grasp the principles and
concepts which underlie particular applications , since this is the basis of transfer
the new situation". Artinya bahwa kompetensi lebih menekankan perhatian pada
outcome pembelajaran yaitu apa yang dapat lakukan oleh orang. The Mayer
Committee memberikan pandangannya bahwa kompetensi tidak hanya
disokong/didukung oleh keterampilan saja tetapi juga pengetahuan dan
pemahaman.

Menurut Watson Wait & Yuki (2003) Kompetensi adalah kombinasi dari
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat
diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan
prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.

Menurut Suparno (2001) Kompetensi merupakan kecapakan yang memadai


untuk melakukan tugas atau sebagai keterampilan dan kecakapan yang
diisyratkan.

Menurut Sedarmayanti (2008) Kompetensi merupakan karakteristik yang


mendasar yang mana dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung , atau dapat
memprediksikan kinerja yang sangat baik.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi menunjuk kepada:

1) Kemampuan yang dimiliki seseorang;


2) Mencakup pengetahuan atau pemahaman, keterampilan atau kecakapan dan

sikap sebagai suatu totalitas,


3) Menekankan pada perilaku yang terukur sebagai aplikasi atau transfer dari
kompetensi yang dimiliki,
4) Menekankan pada outcome,
5) Kompetensi digunakan dalam kontek tertentu yang mungkin berbeda dari
tempat yang satu dan tempat yang lainnya.

Kompetensi mempunyai arti sebagai suatu pengetahuan, keterampilan dan


kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dalam
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Menurut Piet Sahertian (1994: 73), “Kompetensi guru adalah kemampuan


melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan”. Suparlan (2006: 85) berpendapat bahwa “Kompetensi guru melakukan
kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang
ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya”. Menurut
Akmad Sudrajat (2007), “Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa
yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaanya,
baik yang berupa kegiatan dalam berperilaku maupun hasil yang ditujukan”
(http://akmadsudrajat.wordpress.com). Menurut Nana Sudjana (2002: 17),
“Kompetensi guru merupkan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru”.

2.2. Kompetensi Sosial Tutor

Kompetensi merupakan suatu sistem di mana tutor baru dianggap telah


menyelesaikan pekerjaan apabila ia telah melaksanakan tugas yang diemban untuk
melakukannya. Untuk membina kualitas kompetensi tutor yang baik perlu adanya
kesiapan dari para tutor maupun dari pihak penyelenggara. Kompeteni tutor
merupakan cerminan dari perilaku tutor dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sehari-hari sebagai seorang pendidik. Kompetensi sangat
diperlukan guna menjalankan fungsi profesi, sehingga tutor harus dibekali dengan
kompetensi-kompetensi tertentu untuk mendukung kelancaran proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Adam berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan yang
memiliki hubungan erta dengan ata cara seseorang untuk memampu
menyesuaikan diri dari lingkungannya.

Leahly menyumbang pendapatnya dengan ungkapannya yaitu kompetensi


sosial merupakan suatu jenis kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak sejak
lahir.

Waters mengungkapkan bahwa kompetnsi sosial merupakan ajakan yang ada


dalam lingkungan sehari-hari untuk berinteraksi merespon teman-teman serta
memberikan perhatiannya dengan cara yang khusus.

Waters dan Sroufe (Gullotta dkk, 1990) menyatakan bahwa individu yang
memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan dan diri pribadi
sebagai sumber untuk meraih hasil yang optimal dalam hubungan interpersonal.

Gullota (1990) menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan,


kecakapan atau keterampilan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan dalam
konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang
dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu.

Menurut Hurlock (1980) menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah


kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan situasi-situasi sosial.
Untuk bisa dikategorikan sebagai orang yang memiliki kompetensi sosial,
individu harus mengetahui pola-pola perilaku yang bisa diterima dalam berbagai
situasi sosial serta mampu menerapkannya sesuai dengan tuntutan sosial yang
dihadapi. Dalam hal ini kompetensi sosial tidak hanya kemampuan berhubungan
dengan orang lain tetapi juga mampu menyesuaikan perilakunya sesuai dengan
tuntutan sosial.

Kompetensi sosial tutor merupakan panutan dan anutan yang perlu dicontoh
dalam kehidupan sehari-hari oleh para warga belajar. Dengan dimilikinya
kompetensi sosial tersebut, maka diharapkan hubungan kelompok belajar dengan
masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orangtua ataupun tokoh masyarakat mengenai warga belajar yang perlu
diselesaikan, tidak akan terlalu sulit menghubungi orangtua warga belajar yang
bersangkutan.

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian


dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik/warga belajar, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik/warga belajar, dan masyarakat sekitar.

2.3. Indikator Kompetensi Sosial Sosial Guru/Tutor

Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat empat


indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu

1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis


kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai


berikut:

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik/warga


belajar, baik lisan maupun tulisan. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik/warga belajar.
2) Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
3) Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik/warga belajar dan masyarakat sekitar, sesuai dengan kebudayaan
dan adat istiadat.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui


indikator: interaksi guru dengan siswa, interaksi guru dengan kepala sekolah,
interaksi guru dengan rekan kerja, interaksi guru dengan orang tua siswa, interaksi
guru dengan masyarakat.

2.4. Komunikasi Sebagai Inti Kompetensi Sosial Guru

Hal yang paling penting dalam kompetensi sosial ini adalah komunikasi,
karena inti dari tindakan sosial itu sendiri adalah komuinikasi atau interaksi.
Dalam kompetensi sosial ini seiorang guru dituntut untuk melakukan komunikasi
yang efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/ wali murid, dan
masyarakat sekitar. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat, ketujuh kompetensi tersebut ialah:

1. Memiliki penghetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.

4. Memiliki pengetahuan tentang estetika.

5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam


kompetensi sosial seorang guru adalah:

1. Audience atau sasaran komunikasi maksudnya dalam berkomunikasi


hendaknya memperhatikan siapa sasarannya, apakah orang berpendidikan atau
tidak, apakah masyarakat umum atau pejabat, apakah siswa atau kepala
sekolah, apakah siswa SD atau siswa SMA dan sebagainya. Dengan
mengetahui karakteristik sasaran maka sang komunikator pun bisa
menyesuaikan gaya dan “irama” komunikasi menurut karakteristik sasaran.
Berkomunikasi dengan siswa SD tentu berbeda dengan siswa SMA misalnya.
2. Behaviour atau perilaku maksudnya perilaku apa yang diharapkan dari sasaran
setelah berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru
sejarah sebagai komunikator ketika sedang berlangsung dan setelah selesai
menjelaskan Peristiwa Pangeran Diponegoro, perilaku siswa apakah yang
diharapkan. Apakah siswa menjadi sedih dan menangis merenungi nasib
bangsanya, apakah siswa mengepalkan tangan seolah-olah akan menerjang
penjajah Belanda, apakah siswa santai-santai saja asal tahu peristiwanya. Hal
ini sangat penting berkait dengan keberhasilan komunikasi guru sejarah
tersebut.
3. Condition atau kondisi dalam kondisi apa sasaran ketika komunikasi sedang
berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-
rumus yang sulit harus tahu kondisi siswa, apakah sedang gembira, sedang
sedih, sedang lelah habis olah raga, sedang kantuk karena semalam ada acara.
Dengan memahami kondisi seperti ini akan berhasillah komunikasi yang
disampaikan oleh guru karena menjelaskan rumus yang sulit dalam situasi
siswa sedih tentu berbeda dengan gembira.
4. Degree atau tingkatan maksudnya sampai tingkatan manakah target bahan
komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya saja ketika
seorang guru Bahasa Inggris menjelaskan kata kerja menurut satuan
waktunya, past tense, present tense dan future tense, berapa jumlah minimal
kata kerja yang harus dihafal oleh siswa pada hari itu; apakah 10, 20, 30, 40,
atau 50 kata kerja. Jumlah minimal kata kerja yang dikuasai oleh siswa
sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan guru Bahasa Inggris
dalam mengajar atau berkomunikasi, kalau tercapai adalah berhasil,
sebaliknya kalau tidak tercapai adalah tidak berhasil.
2.5. Cara Mengembangkan Kompetensi sosial
Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru
(mahasiswa keguruan), dan siswa tentu berbeda.Kemasan itu harus memerhatikan
karakteristik masing-masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis
maupun sistem yang mendukungnya. Untuk mengembangkan kompetensi sosial
seorang pendidik, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi
ini.Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills. Dari
35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan ke dalam
dimensi kompetensi sosial, yaitu:

1. Kerja tim 11. Toleransi

2. Melihat peluang 12. Solusi konflik

3. Peran dalam kegiatan kelompok 13. Meneria perbedaan

4. Tanggung jawab sebagai warga 14. Kerjasama

5. Kepemimpinan 15. Komunikasi

6. Relawan sosial

7. Kedewasaan dalam berelasi

8. Berbagi

9. Berimpati

10. Kepedulian kepada sesama

Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik.Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan
dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan
masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah
antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan
langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan
metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat
mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka
menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut
memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

Selain itu ada juga indikator yang diungkapkan oleh Irwan Nasution dan
Amiruddin Siahaan mengenai kompetensi sosial seorang guru, yaitu :

1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat


2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma
serta sisitem nilai yang berlaku.
4. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa kompetensi


sosial pada tutor dapat dinilai dari beberapa aspek seperti berkomunikasi secara
efektif dan santun pada setiap orang di dalam lembaga tempat tutor tersebut
bekerja. Selain itu tutor yang memiliki kompetensi sosial yang baik juga dapat
bertindak objektif, tidak diskriminatif terhadap warga belajar yang ia beri ilmu.
Tindak diskriminatif disini artinya tutor mengajarkan warga belajar tanpa melihat
perbedaan baik jenis kelamin, suku bangsa, ras, dan juga agama.
Tutor yang belum memiliki kompetensi sosial yang baik dapat diberikan
pelathan dan cara-cara untuk mengembangkan kompetensi sosialnya yaitu dengan
cara melakukan kerja tim, dapat bertoleransi, peduli terhadap sesama, tanggung
jawab atas tugas yang diberikan, berperan dalam setiap kegiatan di
lingkungannya, dan selalu berkomunikasi dan berbicara sopan kepada masyarakat.
Berdasarkan berbagai penelitian yang ada di dalam skripsi Pertama, skripsi
dari Mattetuang yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap
Peningkatan Proses Pembelajaran di SMA Negeri 11 Makassar Tahun 2011.
Kedua, skripsi dari Rizal yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Tutor
Terhadap Hasil Belajar Warga Belajar Kejar Paket B di SKB Cepiring
Kabupaten Kendal Tahun 2009. Ketiga, skripsi dari Alimah yang berjudul
Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Keaktifan Belajar Siswa di MTs AT-
TAUHID Surabaya Tahun 2018. Berdasarkan ketiga skripsi diatas
mengemukakan bahwa sangat diperlukan kompetensi sosial yang baik bagi
seorang pendidik di dalam lembaga pendidikan. Begitu juga dengan pendidikan
masyarakat yang mengingat sasaran dari pendidikan masyarakat adalah warga
atau masyarakat yang rata-rata memiliki permasalahan sosial, dan juga mereka
tidak memiliki semangat untuk memperoleh pendidikan. Dengan adanya
permasalahan-permasalahan tersebut warga akan sulit untuk ikut serta dalam
pembelajaran, maka diperlukan tutor yang dapat mengajak masyarakat dan
mempengaruhi masyaakat untuk mau memperoleh pelajaran. Hal itu akan dapat
terjadi jika tutor memiliki kemampuan dalam bersosialisasi dengan masyarakat,
artinya komptensi sosial yang dimiliki oleh seorang tutor haruslah tinggi. Dengan
adanya pendidik yang memiliki kompetensi sosial di dalam pendidikan
masyarakat diharapkan menjadi sarana untuk dapat meningkatkan hasil belajar,
dan juga keaktifan warga belajar di dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kompetensi tutor merupakan cerminan dari perilaku tutor dalam menjalankan


tugas dan kewajibannya sehari-hari sebagai seorang pendidik. Kompetensi sangat
diperlukan guna menjalankan fungsi profesi, sehingga tutor harus dibekali dengan
kompetensi-kompetensi tertentu untuk mendukung kelancaran proses
pembelajaran secara keseluruhan. Dalam dunia pendidikan, seorang pendidik
sangatlah penting untuk memiliki kompetensi sosial dikarenakan agar proses
belajar mengajar dan komunikasi dalam proses pembelajaran menjadi lancar. Dan
juga komptensi sosial pendidik ini juga dapat digunakan agar pendidik ataupun
tutor dapat berinteraksi dengan sesama tenaga pendidik, atasan, wali/orangtua dan
masyarakat umum.

3.2 Saran

Sebaiknya sebagai mahasiswa pendidikan masyarakat calon pendidik ada


baiknya jika mulai memiliki kompetensi sosial yang merupakan salah satu tolak
ukur agar terpenuhinya syarat-syarat menjadi pendidik profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhaenah, Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Dasar. Jakarta: Direktorat

Competence in Adolescent. California : Sign Publication, Inc.


E, Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sedarmayanti. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Grasindo

Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Martani, W., Adiyanti, M.G. 1991. Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri
Remaja. Jurnal Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada. Tahun XVIII No 1.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Alimah, Faiqotul. 2018. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa di MTs Attauhid Surabaya. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ampel Surabaya.
Mattetuang, Andi. 2011. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap
Peningkatan Proses Pembelajaran di SMA Negeri 11 Makasar. Skripsi.
Fakultas Tarabyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Allaudin.

Rizal, Ahmad. 2009. Pengaruh Kompetensi Turor Terhadap Hasil Belajar Warga
Belajar Kejat Paket B di Cepring Kabupaten Kendal. Skripsi. Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Semarang.

Anda mungkin juga menyukai