KEAKSARAAN DI PKBM
LASKAR PELANGI
DI SUSUN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Yusnadi,MS dan ibu Jubaidah, S.Pd, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar yang memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga tugas yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapa pun yang
membacanya. Semoga tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ketiga, skripsi dari Alimah yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sosial Guru
Terhadap Keaktifan Belajar Siswa di MTs AT-TAUHID Surabaya Tahun 2018.
Dalam skripsi tersebut mengemukakan bahwa adanya pengaruh kompetensi sosial
guru terhadap keaktifan belajar siswa di MTs At-Tauhid Surabaya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi guru/tutor.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial guru/tutor.
3. Untuk mengetahui apa saja indikator kompetensi sosial guru/tutor.
4. Untuk mengetahui mengapa komunikasi sebagai inti kompetensi sosial
guru/tutor.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kompetensi guru/tutor.
BAB II
KAJIAN TEORI
The Mayer Committee (Harris et al. 1973: 21) menyatakan: " the term
competence focuses attention learning outcomes. It is about what people can do.
The Mayer Committee takes the view that the competence is underpinned not only
by skill but also by knowledge and understanding . It involves both the ability to
perform in a given context and the capacity to transfer knowledge and skill the
new tasks and situations. This means that learner must grasp the principles and
concepts which underlie particular applications , since this is the basis of transfer
the new situation". Artinya bahwa kompetensi lebih menekankan perhatian pada
outcome pembelajaran yaitu apa yang dapat lakukan oleh orang. The Mayer
Committee memberikan pandangannya bahwa kompetensi tidak hanya
disokong/didukung oleh keterampilan saja tetapi juga pengetahuan dan
pemahaman.
Menurut Watson Wait & Yuki (2003) Kompetensi adalah kombinasi dari
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat
diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan
prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Waters dan Sroufe (Gullotta dkk, 1990) menyatakan bahwa individu yang
memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan dan diri pribadi
sebagai sumber untuk meraih hasil yang optimal dalam hubungan interpersonal.
Kompetensi sosial tutor merupakan panutan dan anutan yang perlu dicontoh
dalam kehidupan sehari-hari oleh para warga belajar. Dengan dimilikinya
kompetensi sosial tersebut, maka diharapkan hubungan kelompok belajar dengan
masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orangtua ataupun tokoh masyarakat mengenai warga belajar yang perlu
diselesaikan, tidak akan terlalu sulit menghubungi orangtua warga belajar yang
bersangkutan.
Hal yang paling penting dalam kompetensi sosial ini adalah komunikasi,
karena inti dari tindakan sosial itu sendiri adalah komuinikasi atau interaksi.
Dalam kompetensi sosial ini seiorang guru dituntut untuk melakukan komunikasi
yang efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/ wali murid, dan
masyarakat sekitar. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat, ketujuh kompetensi tersebut ialah:
6. Relawan sosial
8. Berbagi
9. Berimpati
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik.Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan
dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan
masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah
antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan
langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan
metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat
mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka
menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut
memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
Selain itu ada juga indikator yang diungkapkan oleh Irwan Nasution dan
Amiruddin Siahaan mengenai kompetensi sosial seorang guru, yaitu :
PEMBAHASAN
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Martani, W., Adiyanti, M.G. 1991. Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri
Remaja. Jurnal Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada. Tahun XVIII No 1.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Alimah, Faiqotul. 2018. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa di MTs Attauhid Surabaya. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ampel Surabaya.
Mattetuang, Andi. 2011. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap
Peningkatan Proses Pembelajaran di SMA Negeri 11 Makasar. Skripsi.
Fakultas Tarabyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Allaudin.
Rizal, Ahmad. 2009. Pengaruh Kompetensi Turor Terhadap Hasil Belajar Warga
Belajar Kejat Paket B di Cepring Kabupaten Kendal. Skripsi. Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Semarang.