Anda di halaman 1dari 17

KONSEP NILAI EKONOMI PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembiayaan


Pendidikan

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD FAHREZI, S. Ag, MA.


Disusun oleh :

LAILATUL AMALIAH (0301172433)

MUHAMMAD FARHAN (0301171340)

PUAN FITRI HUMAIROH SIAGIAN (0301172533)

PAI-2/ VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Karena tanpa rahmat
dan kasih sayang-Nya, penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tak lupa, shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah
kepada junjungan kita, nabi agung Muhammad SAW. Makalah ini penulis buat
dengan maksud untuk menunaikan tugas mata kuliah Pembiayaan Pendidikan.
Adapun makalah ini berisikan tentang Konsep Nilai Ekonomi Pendidikan.
Harapan penulis makalah ini dapat memberi banyak manfaat dan memperluas
ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun berdasarkan keluasan materi dan bahasa yang mudah
di mengerti sehingga membantu mendapatkan informasi. Dengan adanya makalah
ini di harapkan dapat menambah wawasan kita mengenai ekonomi dalam
pendidikan yang menjadi topik pembahasan kami kali ini. Penulis mengucapkan
terimakasih banyak kepada pihak yang terlibat dalam perumusan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini,
untuk itu kritik dan saran yang kompeten merupakan suatu hal yang berharga dan
berarti dalam menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 12 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2

A. Konsep Dasar Ekonomi...........................................................................1


B. Konsep Dasar Pendidikan.......................................................................2
C. Konsep Dasar Ekonomi Pendidikan........................................................4
D. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia.....................................7
E. Konsep Standar Pembiayaan Pendidikan................................................8
F. Konsep Sumber Pembiayaan Pendidikan................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Perekonomian Indonesia cenderung mengarah pada krisis multi


dimensional yang terus melekat pada negara kita. Nampaknya, sampai saat ini
belum ada tanda-tanda bangsa kita akan terbebas dari krisis tersebut. Hal tersebut
berdampak kepada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang
mampu akan semakin berat beban hidupnya. Hal ini dapat dicermati dari segala
jenis kebutuhan hidup yang semakin tidak terjangkau. Masalah pendidikan
misalnya, merupakan salah satu masalah bangsa yang belum dapat ditemukan
solusinya secara tuntas. Jika kita cermati dan ikuti perkembangan oendidikan
khususnya dalam hal biaya pendidikan sampai saat ini, biaya tersebut dirasakan
semakin mahal. Terlebih lagi dari kalangan kurang mampu semakin tidak
menentu kondisi perekonomiannya dari hari ke hari.
Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya terjadi disekolah atau perguruan
tinggi negeri maupun swasta. Di tingkat pendidikan dasar misalnya, sekalipun
Pemerintah telah memberikan dana bantuan operasional sekolah (BOS) SD dan
SMP negeri, namun dianggap oleh sebagian besar masyarakat menengah ke
bawah masih belum mencukupi untuk memenuhi biaya pendidikan, terutama
biaya operasional pokok yang harus ditanggungi oleh orangtua/wali peserta didik.
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
Pemerintah pisat, daerah dan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan amanat
UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 46 ayat (1). Pembiayaan pendidikan
merupakan hubungan saling keterkaitan yang didalamnya terdapat komponen-
komponen yang bersifat mikro dan makro pada satuan pendidikan. Setiap
komponen memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan akhir yang
sama, yaitu: a) peningkatan potensi SDM; b) penyediaan komponen-komponen
sumber-sumber pembiayaan pendidikan; c) penetapan sistem dan mekanisme
pengalokasian dana; d) pengefektifan dan pengefesiensian penggunaan dana; e)
akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) dari aspek keberhasilan dan mudah
terukur pada setiap satuan pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR EKONOMI


Ilmu ekonomi disosialisasikan di masyarakat sebagai upaya menyadarkan
masyarakat dalam menggunakan perspektif ekonomi. Ilmu ekonomi menganalisis
setiap gerakan dan perubahan yang terjadi dalam keseluruhan ekonomi.1

Ilmu ekonomi, pendidikan ekonomi dan ekonomi pendidikan di


masyarakat perlu di sebarluaskan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan pemahaman dan produktivitas kerja dengan menggunakan
program pengerjaan mikro ekonomi.

Menurut paul A. Samuelson (1995) ilmu ekonomi di bedakan ke dalam


dua aspek yaitu, aspek normatif (nilai) dan aspek positif (fakta). Berdasarkan
aspek positif, ilmu ekonomi menggambarkan fakta dan perilaku dalam
perkonomian.Sementara aspek normatif, ilmu ekonomi melibatkan etika dan
pertimbangan nilai.2

B. KONSEP DASAR PENDIDIKAN


Menurut para ahli pendidikan yang terkenal dengan bukunya beknopte
theoretische pa paedagogik bernama M.J Langefeld seorangpenganut aliran
fenomenologi dai belanda, ilmu pendidikan di pandang sebagai ilmu teoritis dan
ilmu praktis mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia yang di
rancang secara sistematis dalam proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Ilmu pendidikan mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia


dengan kegiatan belajar yang di rancang secara sadar dan sistematik dalam
interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional pasal 1 ayat 1, di ungkapkan yang di maksud dengan
1
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT. Rosdakarya,
2006), h. 11-12.
2
Ibid.

2
pendidikan adalah “ usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Komponen-Komponen Ilmu Pendidikan

Bertolak dari landasan filosofis, psikologis, dan sosial budaya ilmu


pendidikan yang membentuk batang tubuh ilmu bergantung pada komponen-
komponen sebagai berikut:

a. Kurikulum
Merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan acuan interaksi, baik yang bersifat ekspesit maupun implesit atau
tersembunyi.

b. Belajar
Merupkan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses
pelaksanaan interaksi di tinjau dari sudut peserta didik.

c. Mendidik dan mengajar


Merupakn komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses
pelaksanaan interaksi di tinjau dari sudut pendidik.

d. Lingkungan pendidikan
Merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan situasi
dimana interaksibelajar mengajar berlangsung.

e. Evaluasi

3
Widana Putra, Filsafat Pendidikan, dalam http://widanaputra.blogsome.com/, diakses
pada 10 Oktober 2008.

3
Merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan prinsip,
mental, teknik, dan prosedur dengan cara cara bagaiman mengenai pencapaian
tujuan pendidikan.4

C. KONSEP DASAR EKONOMI PENDIDIKAN

Ekonomi pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari ilmu


ekonomi yang merupakan hal yang tak terpisah dari ilmu ekonomi sumber daya
manusia untuk pembangunan nasional. Sebagai landasan konseptual tentang ilmu
ekonomi pendidikan berikut ini diuraikan definisi yang dikemukakan oleh
Elchanan Chon sebagai berikut “Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang
bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok
masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-
sumber daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan
dan latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap
dan nilai nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana
mendiskusikannya secara merata (equal) dan adil (equality) di antara berbagai
kelompok masyarakat.”5

Ilmu ekonomi pendidikan tumbuh dan berkembang oleh prespektif


investasi sebagai daya manusia (human capital). Konsep investasi SDM ini
menganggap penting kaitanya antara pendidikan, produktivitas kerja dan
pertumbuhan ekonomi. Teori human capital menganggap bahwa tenaga kerja
merupakan pemegang capital (capital holder) yang tercermin dalam keterampilan,
pengetahuan, dan produktivitas kerjanya. Jika tenaga merupakan pemegang
capital, orang dapat melakukan investasi untuk dirinya dalam rangka memilih
profesi atau pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahtraan hidupnya.6

Investasi sebagai suatu konsepumum dapat diartikan sebagai upaya untuk


meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa di kemudian hari dengan
mengorbankan nilai konsumsi sekarang. Investasi dalam bidang SDM memiliki
prinsip yang tidak berbeda dengan konsep investasi manusia juga bisa dianggap
4
Fattah, Ekonomi dan, h. 13-15.

5
Ibid., h.17.
6
Ibid., h. 18.

4
sebagai suatu entias nilainya bisa berkembang di kemudian hari melalui suatu
proses pengembangan nilai seperti peningkatan sikap.

Perilaku wawasan, keahlian, dan keterampilan manusia dengan nilai-nilai


tersebut merupakan subjek dari konsepsi SDM atau Human Capital.
Pengembangan SDM tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan
pada berbagai jenjang dan jalur. SDM ini bernilai jika kemampuan, keterampilan,
dan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan hidup dan sektor
pembangunan yang memberikan keuntungan, baik kepada individual maupun
kepada masyarakat.

Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana


mengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang
beraneka ragam mungkin tak terhingga jumlahnya. Pertimbangan ekonomis
didasarkan pada kemampuan anggaran, sedangkan pertimbangan ekonomis
didasarkan pada kemampuan anggaran, sedangkan pertimbangan politis di
dasarkan pada tujuan masyarakat secara menyeluruh. Namun demikian, skala
prioritas adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan yang biasanya merupakan
prioritas tertinggi. Khususnya di Negara yang sedang berkembang. Bank dunia
sejak tahun 1950-an menentukan empat kriteria untuk Negara-negara dunia sejak
SDM dalam memberikan bantuannya terhadap Negara-negara dunia ketiga di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam pengembangan SDM, yaitu :

1) Kebutuhaan tenaga kerja yang terampil dalam lapangan kejuruan dan


teknologi
2) Perlunasan pendidikan dasar dan ini dinilai memiliki tingkat baik (rate of
return) yang lebih tinggi sehubungan dengan rendahnya biaya
3) Pengembagan sector pendesaan sehingga memperlihatkan peranan
pendidikan massal untuk meningkatkan produktivitas sector pendesaan
4) Peadilan dan pemerataan yang menunjukkan pentingnya distribusi
kesempatan pendidikan dan bentuk-bentuk pengembangan SDM lainnya.
Baik secara georafis, sosial maupun secara ekonomis.
Perhatian terhadap kriteria pemerataan kesempatan pendidikan telah
berkembang teramat pesat sejak bank dunia terlibat di dalam investasi pendidikan

5
di Negara-negara berkembang. Di Indonesia sejak tahun 1978, dilakukan
penghapusan SPP untuk SD untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan
dasar. Namun demikian investasi, yaitu investasi dalam pemerataan pendidikan
sebagai investasi SDM, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji dan
diperhitungkan sebagai kriteria keberhasilan, yaitu :
1) Nilai baik ekonomis langsung dari suatu investasi, yaitu perimbangan
masa depan yang diharapkan melalui peningkatan produktivitas tenaga
kerja
2) Nilai baik ekonomis tidak langgsung, yaitu keuntungan eksternal yang
mempengaruhi pendapatan anggota-anggota masyarakat lain
3) Keuntungan fisikal, yaitu peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak
yang diakibatkan oleh meningkatnnya penghasilan tenaga kerja terdidik
4) Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil dan terlatih
5) Permintaan masyarakat akan pendidikan.7

Investasi SDM diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang telah


membuktikan pentingnya pendidikan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.
Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat setelah
memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk investasi fisik
lainnya. Pendidikan di dalam analisis hubungan antara pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model, baik yang langsung
maupun tidak langsung menghubungkan indikator pendidikan dan indikator
ekonomi, seperti model fungsi produksi, analisis cost-benefit, cost-effectiveness.8

D. KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


(PSDM)
7
Ibid., h. 19.
8
Ibid., h. 20.

6
Bidang kehidupan tenaga kerja itu sendiri pada dasarnya ialah sumber
daya manusia yang berdimensi banyak, baik manusi di pandang secara fisik,
intelektual, maupun moral. Karena ragamnya dimensi sdm tersebut, maka psdm
bisa cukup di bekukan oleh salah satu sektor semata mata. Namun demikian, di
antara sektor-sektor dalam pembangunan, tanggung jawab terbesar dalam
peningkatan kualitas sdm berada pada departemen pendidikan nasional
(depdiknas) sebagai penanggung jawab sistem pendidikan nasional, baik
pendidikan pengelolaan atau pendidikan sekolah.

Sumber daya manusia terdiri dari dimensi kuantitatif dan dimensi


kualitatif tenaga kerja, prestasi tenaga kerja yang memasuki dunia kerja dalam
jumlah waktu belajar adalah dimensi kualitatif dari sdm. Sedangkan dimensi
kuantitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada manusia, antara lain
pikiran(ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberikan pengaruh
terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang
produktif. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kapasitas tersebut di tingkatkan,
maka nilai produktivitas dari sdm akann menghasilkan nilai balik yang positif.

Didalam suatu sistem produksi, peningktan produktivitas dapat dilakukan


jika faktor-faktor produksi linnya diberdayakan oleh tenaga kerja. Dengan konsep
ini, sdm tidak semata-mata dianggap sebagai faktor produksi yang konvensional,
tetapi penggerak sistem produksi secara menyeluruh. Sejalan dengan konsep ini
maka strategi psdm harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pembatasan dan perkuasan pendidikan harus di ciptakan bersama, dengan


ini dilakukan upaya peningkatan relevansi pendidikan secara lebih
merata dan melua dalam berbagai jenis, panjang dan jalur pendidikan.
2) Pengembangan dan pendayagunaan IPTEK yang memungkinkan untuk
menjadi sumber penggerak bagi perluasan motivai lapangan kerja.
3) Reformasi di bidang pendidikan di negara yang sedang berkembang.
Dimana kondisi ekonomi sudah maju dengan berbasis perindustrian,
maka strategi psdm diarahkan untuk teoretis pendidikan fungsi dan
pengembangan RISTEK untuk mendorong terciptanya IPTEK yang
sesuai dengan kebutuhan industri.

7
4) Di negara yang sudah maju perlu di lakukan inovasi di tiap bidang
sehingga strategi psdm lebih terfokus pada peningkatan mutu pendidikan
tinggi.
5) Berdasarkan pada hasil analisis kondisi ketenaga kerjaan secara lengkap
yang mencangkup:
a) Kebutuhan tenaga kerja
b) Sistem pendidikan formal dan informal
c) Struktur tenaga kerja dan penggunaan tenaga kerja terdidik yang
berkualitas.
6) Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasarkan
pada estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektif jangka panjang.

E. KONSEP STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Standar pengelolaan pembiayaan dapat dilihat dalam pedoman


pembiayaan pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan. Pedoman pegelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah/madrasah mengatur: 1) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana
yang dikelola; 2) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di
luar investasi dan operasional; 3) kewenangan dan tanggung jawab
kepalasekolah/madrasah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai
dengan peruntukannya; dan 4) pebukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta
institusi di atasnya. Pedoman-pedoman tersebut diputuskan oleh komite sekolah
dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah, serta mendapat persetujuan dari
institusi di atasnya.9

F. KONSEP SUMBER PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Dalam hal pendanaan pendidikan, persoalannya bukan lagi “siapakah yang


harus dan tidak harus mendapatkan prioritas dalam pembiayaan pendidikan”,
9
Ridwan Abdullah Sani, Dkk, Penjamin Mutu Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015),
h. 110-111.

8
melainkan “dalam jumlah berapa kelompok siswa/sekolah tertentu mendapatkan
alokasi dana dan dalam jumlah berapa pula untuk kelompok siswa yang lain dan
apa kriterianya?”. Mengingat kondisi sekolah di Indonesia yang sangat beragam
dan untuk memastikan tidak terjadinya keragaman yang terlalu luas dalam
penetapan kebijakan pembiayaan untuk satuan pendidikan oleh pemerintah
kabupaten/kota, maka semakin besarnya peran pemerintah daerah justr menuntut
adanya rambu-rambu yang berlaku secara nasional yang menjadi pedoman bagi
daerah dalam menentukan alokasi anggaran untuk satuan pendidikan, mulai
tingkat SD hingga SLTA.10

Secara umum sumber pembiayaan pendidikan dapat berasal dari: 1)


orangtua murid dan masyarakat (perorangan dan dunia usaha); 2) pemerintah, baik
berupa dana rutin (institusi negeri) maupun bantuan (bagi instutusi swasta).
Dilihat dari segi penggunaan menurut Depdiknas, sumber dana dapat dibagi
menjadi: 1) anggaran untuk kegiatan rutin (gaji dan biaya operasional sehari-hari);
2) anggaran untuk pengembangan sekolah.11

Besarnya biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah ditentukan


berdasarkan kebijakan keuangan pemerintah di tingkat pusat dan daerah setelah
mempertimbangkan skala prioritas. Besarnya penerimaan dari masyarakat naik
dari perorangan maupun lembaga, yayasan, berupa uang tuni, barang, hadiah atau
pinjaman bergantung kepada kemampuan masyarakat setempat dalam memajukan
pendidikan. Besarnya dana yang diterima dari uang orangtua siswa berupa
sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) atau dana pembangunan pendidikan
(DPP) atau dana yang langsung diterima sekolah didasarkan atas kemampuan
orangtua siswa atau ditentukan oleh pemerintah atau yayasan (bagi swasta).12

Adapun rencana pembiayaan adalah berkaitan dengan penjabaran


pembiayaan dari program kerja tahunan sekolah/madrasah. Pembiayaan yang
direncanakan baik penerimaan maupun penggunaannya selama satu tahun itulah
yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

10
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan: Dasar dan Menengah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 17.
11
Irwan Nasution, Administrasi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2010), h. 135.
12
Ibid., 136.

9
(RAPBS) atau Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah
(RAPBM). Dalam Depdiknas dijelaskan ada beberapa langkah dalam penyusunan
RAPBS/RAPBM, yaitu:13

1) Menginventaris program/kegiatan sekolah selama satu tahun


mendatang
2) Menyusun program/kegiatan tersebut berdasarkan jenis kerja dan
prioritas
3) Menghitung volume, harga satuan dan kebutuhan dana untuk setiap
komponen kegiatan
4) Membuat kertas kerja dan lembaran kerja, menentukan sumber dana
dan pembebana anggaran serta menuangkannya dalam format buku
RAPBS/RAPBM
5) Menghimpun data pendukungyangakurat untuk bahan acuan guna
mempertahankan anggaran yang diajukan.

Anggaran biaya sekolah/madrasah terdiri dari dua hal yang saling


berkaitan. Pertama, anggaran penerimaan, yaitu pendapatan yang diperoleh setiap
tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur atau
tidak. Dan kedua, anggaran pengeluaran, yaitu jumlah uang yang dibelanjakan
setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.14

Ada 3 katagori biaya pendidikan yaitu sebagai berikut:

13
Ferdi W. P, Pembiayaan Pendidikan: Satuan Kajian Teoritis (dalam Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Vol. 19, No. 4, 2013), h. 567.
14
E. Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2005), h. 81.

10
1) Biaya langsung, merupakan biaya yang langsung menyentuh aspek dan
proses pendidikan, misalnya gaji guru dan pegawai, pengadaan
fasilitas belajar (ruang tingkat, kantor, WC, sarana ibadah)
2) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh siswa,
orangtua dan masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak
langsung, seperti: biaya hidup, pakaian, gizi, transportasi
3) Biaya pribadi, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk
membiayai pendidikan anaknya, seperti: uang sekolah, ongkos.15

BAB III

Asep Suryana dan Suryadi, Modul Pengelolaan Pendidikan (Jakarta: Direktorat Jendral
15

Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, 2012), h. 167.

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik


secara perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membuat
keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas
agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai nilai khususnya
melalui pendidikan formal, serta bagaimana mendiskusikannya secara merata
(equal) dan adil (equality) di antara berbagai kelompok masyarakat.

Untuk menunjang lebih jauh tentang ekonomi pendidikan, maka


diperlukan beberapa prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan, yaitu:

1) Pembatasan dan perkuasan pendidikan harus di ciptakan bersama


2) Pengembangan dan pendayagunaan IPTEK
3) Reformasi di bidang pendidikan di negara yang sedang berkembang.
4) Melakukan inovasi di tiap bidang pendidikan
5) Menganalisis kondisi ketenaga kerjaan secara lengkap
6) Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasarkan
pada estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektif jangka panjang.
Sumber pembiayaan pendidikan dapat berasal dari:

1) Orangtua murid dan masyarakat (perorangan dan dunia usaha)


2) Pemerintah, baik berupa dana rutin (institusi negeri) maupun bantuan (bagi
instutusi swasta)
3) Anggaran untuk kegiatan rutin (gaji dan biaya operasional sehari-hari)
4) Anggaran untuk pengembangan sekolah.

2. Saran

12
Dalam penyususnan makalah ini, penulis menyadari terdapat banyak
kesalahan dan kekuranga baik dari segi penulisan maupun cakupan materinya.
Oleh karen itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2012).
Ferdi W. P. Pembiayaan Pendidikan: Satuan Kajian Teoritis (dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 19. No. 4. 2013).
Mulyasa, E. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah (Jakarta: Departemen
Agama RI. 2005).
Nasution, Irwan. Administrasi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing. 2010).
Putra, Widana. Filsafat Pendidikan. dalam http://widanaputra.blogsome.com/,
diakses pada 10 Oktober 2008.
Sani, Ridwan Abdullah. Dkk. Penjamin Mutu Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara.
2015).
Supriadi, Dedi. Satuan Biaya Pendidikan: Dasar dan Menengah (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2006).
Suryana, Asep dan Suryadi. Modul Pengelolaan Pendidikan (Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. 2012).

14

Anda mungkin juga menyukai