Anda di halaman 1dari 17

PENTINGNYA UJI KOMPETENSI GURU

DISUSUN OLEH:

ALFIYYAH (0301172410)

KELAS: PAI 2 SEMESTER V

DOSEN PEMBIMBING: Drs. M. IDRUS HASIBUAN, M. Pd.

MATA KULIAH: PROFESI KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri, bahwa pendidikan merupakan inti dari kemajuan suatu bangsa.
Jika pendidikan suatu bangsa baik, maka hampir dipastikan kualitas dan kemajuan bangsa pun
menjadi baik, begitu sebaliknya, kemerosotan kualitas bangsa dapat dilihat dari kemerosotannya
dalam pendidikan. Bahkan, bangsa-bangsa yang mengalami perubahan dan kemajuan peradaban
adalah disebabkan pendidikan.
Ujung tombak dalam proses pendidikan adalah guru, Semakin baik dan berkualitas
gurunya, maka dimungkinkan output dan outcome dari proses pendidikan juga akan menjadi
baik. Itulah mengapa, peningkatan kualitas pendidikan, memang harus dimulai dari gurunya
terlebih dahulu. Guru yang bermutu dan profesional, akan dapat berperan sebagai fasilitator
pendidikan yang hebat dan handal.
Untuk kepentingan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, manajemen SDM
guru harus diperbaiki, jumlahnya harus dipenuhi dan kesejahteraannya pun harus diperbaiki dan
ditingkatkan. Jika pendidikan nasional akan ditata dengan baik maka harus menggunakan filosofi
yang tepat dan jelas, manajemen paedagogiknya harus berbasis pendidikan yang didukung oleh
dana, sarana dan prasarana yang memadai. Dan, yang jauh lebih penting adalah adanya
komitmen semua pihak untuk mengentaskan masalah SDM insan pendidikan.
Diantara upaya dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, memerlukan proses
pengujian dan pengawasan yang jelas, sehingga treatment yang dilakukan akan menjadi tepat
guna dan tepat sasaran, Pengujian terhadap kemampuan guru dilaksanakan pemerintah melalui
kegiatan uji kompetensi guru (UKG) dan proses pengawasan serta evaluasinya dimonitoring
melalui kegiatan penilaian kinerja guru (PKG).

1
BAB II
PENTINGNYA UJI KOMPETENSI GURU

A. Pengertian Uji Kompetensi Guru


Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan salah satu program pemerintah untuk
meningkatkan harkat dan martabat guru, serta memberikan jaminan mutu layanan pendidikan
sesuai amanat Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD). Melalui UKG, diharapkan diperoleh
gambaran dan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja guru sebagai dasar untuk melakukan
pembinaan agar guru dan tenaga kependidikan lainnya dapat memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM). UKG juga diperlukan untuk meningkatkan kompetensi guru agar memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sesuai
dengan kebutuhan profesi, harapan dan cita-cita masyarakat, serta sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang semakin pesat perkembangannya.1

B. Manfaat Uji Kompetensi Guru


Secara teoritis maupun praktis, UKG memiliki berbagai manfaat yang sangat penting,
terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Manfaat
tersebut sedikitnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Sarana untuk Memetakan Guru


Uji kompetensi guru yang dilakukan secara professional dan berkesinambungan akan
menghasilkan gambaran tentang kondisi guru, terutama berkaitan dengan kompetensi dan
kinerjanya. Hasil uji kompetensi dapat digunakan sebagai sarana untuk memetakan kondisi
guru yang berada di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru,
aspek mana yang perlu di tingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapat pembinaan secara
kontinu, serta siapa guru yang telah mencapai standar kemampuan minimal.2
2. Alat Seleksi Penerimaan Guru

1
E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 56
2
Ibid, h. 57
2
Melalui uji kompetensi diharapkan dapat terjaring guru-guru yang kompeten, kreatif.
Professional, inovatif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolahnya. Dengan uji kompetensi yang digunakan sebagai alat seleksi,
penerimaan guru baru dapat dilakukan secara professional, tidak didasarkan atas suka tidak
suka, atau alasan subjektif lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi dan nepotisme, tetapi
berdasarkan standar kompetensi yang objektif dan berlaku secara umum untuk semua calon
guru.

3. Sarana untuk Mengelompokkan Guru


Hasil uji komptensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan
mana guru professional yang berhak menerima tunjangan profesi, tunjangan jabatan dan
penghargaan profesi, serta guru yang tidak professional harus mendapat perhatian dan
pembinaan agar dapat meningkatkan kompetensinya.

4. Acuan dalam Pengembangan Kurikulum


Kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan
berdasarkan kompetensi guru. Tujuan, program pendidikan, sistem pembelajaran dan evaluasi
perlu direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan komptensi
guru; baik kompetensi professional, kepribadian, pedagogik maupun sosial.

5. Sarana untuk Pembinaan Guru


Untuk memperoleh guru yang baik dan ideal seperti yang diharapkan para peserta didik,
perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat
diterima menjadi guru. Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan
terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menyeleksi dan menempatkan guru
sesuai dengan karakteristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.3

6. Alat untuk Mendorong Kegiatan dan Hasil Belajar

Ibid, h. 57-59
3

3
Uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang
optimal karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan kompetensinya
dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.

7. Sarana Pemberdayaan Guru


Melalui uji kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan
adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis serta tegaknya kebenaran dan
keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan.4

C. Tangggung Jawab dan Peran Guru serta Karakteristik Uji Kompetensi Guru
1. Tanggung Jawab Guru
a) Guru harus menuntut murid-murid belajar
Tanggung jawab guru yang paling penting ialah merencanakan dan menunutut murid-
murid melakukan kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan keterampilan yang
diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mreka dapat memperoleh
kketerampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan,
kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi.5
b) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kerpribadian, watak, dan jasmaniah)
Menampakkan pengetahuan kepada anak didik bukanlah pekerjaan yang sulit, namun
membina siswa agar menjadi manusia yang berwatak bukanlah perihal yang mudah. Agar
aspek-aspek kepribdian dapat berkembang maka guru perlu menyediakan kesempatan
bagi siswa untuk mengalami, menghayati situasi-situasi yang hidup dan nyata. Selain itu
juga kepribadian, watak, dan tingkah laku guru itu sendiri akan menjadi contoh yang
konkret bagi siswanya. 6

c) Memberikan bimbingan kepada murid

4
Ibid, h. 60
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 127
6
Ibid., h. 128-129
4
Memberikan bimbinga kepada anak didik agar mereka dapat mengenali dirinya sendiri,
memecahkan masalahnya, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina
emosional yang baik, sangatlah diperlukan. Guru perlu menghormati kepribadian anak,
agar mereka menjadi pribadi yang tahu akan hak-hak orang lain.
d) Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas
kemajuan belajar
Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar
belakang, dan kematangan siswa. Selain itu juga bertanggung jawab mengadakan
evaluasi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajr serta melaksanakan diagnosis dengan
cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa.
e) Turut serta membina kurikulum sekolah
Guru merupakan key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan murid, oleh karena itu wajar apabila guru turut aktif
dalam pembinaan kurikulum di buat sekolah.7

2. Peran Guru
Menurut Hamalik peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar meliputi:
1) Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar
2) Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar
3) Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang
siswa agar melakukan kegiatan belajar
4) Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat
5) Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya agar
berprilaku yang baik
6) Sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa
7) Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada
masyarakat.
8) Sebagai motivator, yang meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
siswa

7
Ibid., h. 128
5
9) Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan
masyarakat
10) Sebagai Penilaian atau evalusi, merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian.8

Mencermati peran dan fungsi guru yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara maka
sesungguhnya peran guru itu sangatlah luas. Keluasan peran guru tersebut dipaparkan Adam
dan Dickey sebagamana dikutip Hamalik yaitu peran guru seungguhnya sangat luas yang
meliputi empat hal besar yaitu:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas) yaitu menyampaikan
pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang disampaika
itu. Selain dari itu, guru juga berusaha agar terjadi perubahan pada peserta didik pada
aspek sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan sebagainya melalui
pengajaran yang diberikannya secara sistematika dan terencana.

b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor)


Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mampu
menemukan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Peserta didik membutuhkan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan
pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan
sosial dan interpersonal. Karena itu setiap guru penting memahami dengan baik tentang
teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individu, teknik mengumpulkan keterangan,
teknik evaluasi dan psikologi belajar.

c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)


Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Guru bukan saja
berkewajiban untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik,

8
Oemar, Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 9.
6
tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan dan terus menerus memupuk
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan
sangat pesat, guru harus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan
tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya belajar sendiri, mengadakan
penelitian, mengikuti pelatihan, menulis buku, menulis karya ilmiah sehingga perannya
sebagai ilmuan terlaksana dengan baik.

d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)


Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta
didiknya, oleh orang tua dan masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar dapat
melaksanakan pengajaran secara efektif. Karena itu wajib bagi guru berusaha untuk
memupuk sifat-sifat pribadinya sendiri dan mengembangkan sifat-sifat pribadi yang
disenangi oleh orang lain.9

3. Karakterisik Uji Kompetensi Guru


Dalam pelaksanaannya uji kompetensi guru juga memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Sahih, uji kompetensi didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang di ukur.
b) Objektif, uji kompetensi didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penguji.
c) Adil; uji kompetensi tidak menguntungkan atau merugikan (walau ada perbedaan latar
belakang suku, budaya, status sosial sekonomi, agama serta gender).
d) Terbuka; kriteria uji kompetensi dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui secara
transparan.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan; uji kompetensi mencakup seluruh kompetensi guru
dan dilaksanakan secara terus menerus.
f) Sistematis; uji kompetensi dilakukan secara berencana dan bertahap.
g) Beracuan kriteria; uji kompetensi didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
h) Akuntabel; baik proses maupun hasil uji kompetensi dapat dipertanggungjawabkan kepada
berbagai pihak, khususnya kepada pemerintah dan masyarakat.
Rusydi Ananda, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
9

Pendidikan Indonesia, 2018), h 21-23


7
i) Situasional; uji kompetensi dilakukan sesuai dengan situasi pendidikan dan situasi
masyarakat pada umumnya.10

D. Kompetensi Guru
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut Undang-Undang no 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen adalah kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. Pemahaman terhadap peserta didik.
c. Pengembangan kurukulum/silabus.
d. Perancangan pembelajaran.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. Evaluasi hasil belajar.
g. Pengembangan peserta didik dalam mengembangkan berbagi kompetensi yang
dimilikinya.11

2. Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran
di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator
esensial sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru
harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam proses belajar mengajar.
10
E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, h. 67-68
11
Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), h. 7.
8
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan bidang studi.

Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru yakni:


a. Memahami motivasi dan kebutuhan belajar para siswa
b. Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktik.
c. Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan.
d. Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran.
e. Memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi.
f. Mengetahui bagaimana menggunakan materi yang diajarkan dalam praktik kehidupan
nyata.12

Rumusan lain mengenai kompetensi professional guru meliputi: (1) merumuskan


tujuan intruksional; (2) memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar; (3)
mengorganisasikan materi pelajaran; (4) membuat, memiliki dan menggunakan media
pendidikan yang tepat; (5) menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang
tepat untuk mata pelajaran.13

Ibid.
12

Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah
13

(Sukabumi: CV Jejak, 2018), h.17.


9
3. Kompetensi Kepribadian
Dalam kompetensi ini seorang pendidik dituntut untuk dapat memberikan teladan yang
baik kepada peserta didiknya. Sehingga ia dapat dijadikan panutan oleh peserta didiknya.
Jadi dengan kata lain, guru dijadikan sebagai suri teladan bagi peserta didik dan juga
dijadikan sebagai sumber dasar bagi peserta didik, apalagi untuk jenjang pendidikan dasar
atau taman kanak-kanak. Secara khusus kemampuan ini dapat dijabarkan berupa:
a. Seorang pendidik harus bisa berjiwa pendidik baik dalam bertingkah laku maupun
dalam bertutur kata sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
nasional Inonesia.
b. Seorang pendidik harus memliki akhlak yang mulia sehingga dapat menjadi panutan
bagi peserta didiknya.
c. Tampil sebagai pribadi yang berwibawa, stabil serta dewasa.
d. Menunjukkan etos kerja tanggung jawab dan rasa bangga serta percaya diri dalam
menjadi seorang pendidik.

Telah dipaparkan pula oleh Situmorang, bahwa seorang guru dalam pandangan
pendidikan Islam dapat disebut juga sebagai ulama, ialah orang yang menguasai dalam hal
atau pengetahuan Islam. Sebagaimana kepribadian ulama, maka kepribadian utama guru
agama Pendidikan Agama Islam yang perlu dijadikan sikap dan sifat, antara lain
dikemukakan antara lain:
1) Takwa kepada Allah.
2) Amanah dalam mengemban tugas.
3) Adil dalam memutuskan.
4) Jujur dalam berbuat.
5) Arif dan bijaksana dalam mendidik.
6) Mandiri
7) Cinta pada profesi yang telah di ambil.14

4. Kompetensi Sosial

14
Dedi Sahputra Napitupulu, “Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Mengembangkan Ranah Afektif
Siswa di MAN 2 Model Medan”, Jurnal Tazkia Vol. V, NO. 2. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara. 2016.
10
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik, tenaga
pendidik, orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik; guru bisa
memahami keinginan dan harapan siswa.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
pendidik lainnya; misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihapadi
anak didik serta solusinya.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitar. Contohnya guru bisa memberikan infomasi tentang bakat, minat,
dan kemampuan peserta didik kepada orangtua peserta didik.15

E. Uji Kompetensi Online


Dalam mengikuti uji kompetensi secara online (UKG Online), langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memahami dan menguasai cara kerja komputer dan internet. Berikut
disajikan kiat sukses UKG Online dalam Bisnis Indonesia Online:
1. Cara menjawab dilakukan dengan menekan tombol keyboard A, B, C atau D atau tekan
langsung jawaban yang ada di bawah soal. Ingat tombol pilihan A, B, C atau D di sebelah
kanan tidak bisa di klik.
2. Pastikan jawaban yang Anda pilih berubah warna dari biru menjadi merah.
3. Periksa soal-soal yang sudah Anda jawab dan yang belum dengan cara mengklik tombol
navigasi soal.
4. Nomor soal yang sudah terjawab berwarna hijau dan nomor soal yang belum terjawab
berwarna merah.
5. Software terkadang terlihat hang beberapa detik karena software melakukan penyimpanan
atau sinkronisasi data ke server pusat. Anda tidak usah panic, tunggu saja sampai proses

15
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Professional, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), h. 49.
11
selesai. Jika Anda mengklik-klik atau melakukan tindakan lain, justru akan membuat
program semakin terbebani.
6. Jangan lupa memroses ujian dengan mengklik tombol Proses Ujian.
7. Baca dan ikuti semua petunjuk dalam software dan pastikan hasil ujian sudah tersimpan
sebelum Anda keluar dari ruangan.16

F. Kritikan Masyarakat Terhadap UKG


Untuk mengukur batasan penguasaan kompetensi guru secara konseptual diperlukan
UKG. Melalui UKG diperoleh data dan informasi kualitas kompetensi yang dimiliki dan
dikuasai seorang guru dan diperoleh pula kelebihan dan keunggulan seorang guru. Namun dalam
perkembangannya banyak kalangan menilai bahwa implementasi kebijakan UKG ini jauh dari
yang diformulasikan dan belum ada langkah-langkah yang berarti sebagai tindak lanjutnya.
Sebagaimana diungkapkan dalam latar belakang ini bahwa ada banyak permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan UKG khususnya dilihat dari kewenangan masing-masing tingkat
pemerintahan untuk melaksanakan UKG dan program yang sfesifik untuk menindaklanjutinya.
Federasi Serikat Guru Indonesia menyatakan bahwa ada lima alasan UKG digugat
melalui judicial review ke Mahkamah Agung, yaitu:
a. Pertama, tim penggugat di Gedung MA Jakarta, Rabu (15/8/2012) disampaikan oleh Retno
Listiyarti Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menuding bahwa definisi UKG
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 57/2012 tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru
dan Dosen dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74/2008 tentang Guru. “Kompetensi
guru diperoleh melalui pendidikan profesi, bukan melalui UKG. Selain itu kompetensi
guru ada empat, bukan dua dan jika di uji harus holistik, tidak bisa dicicil-cicil.”
b. Kedua, Pasal 5 ayat 2 Permendikbud Nomor 57/2012 tentang UKG bertentangan dengan
Pasal 3 ayat 4 PP Nomor 74/2008 tentang Guru. Dalam kedua pasal itu terdapat perbedaan
mengenai definisi kompetensi pedagogis yang harus dikuasai oleh para guru.
c. Ketiga, mengenai kompetensi professional guru. Pasal 5 ayat 3 Permendikbud Nomor
57/2012 dinilai bertentangan dengan Pasal 3 ayat 7 PP No. 74/2008 tentang Guru. “Bagi

16
E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, h. 83-84
12
FSGI, kompetensi pedagogis dan kompetensi professional dalam Permendikbud Nomor
57/2012 telah mereduksi, bahkan menjauh dari amanat PP No. 74/2008 tentang Ruang
Lingkup Kompetensi Pedagogis dan Kompetensi Professional.”
d. Keempat, mengenai badan yang menyelenggarakan UKG. Menurut penggugat, ada
perbedaan isi antara Permendikbud yang mengatur UKG dengan PP tentang Guru (Pasal 3
ayat 9) dimana penyelenggara UKG seharusnya adalah Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), bukan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP).
e. Kelima, Permendikbud tentang UKG dinilai bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan di atasnya, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum dan melanggar UU No.
12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Gugatan ini menunjukkan bahwa ada banyak elemen masyarakat yang secara serius
mencermati kebijakan pemerintah khususnya dalam pelaksanaan UKG. Upaya mencermati
kebijakan ini tentu dapat dikategorikan sebagai kepedulian masyarakat dan kebutuhan
masyarakat akan mutu pendidikan yang konsisten dan terjamin. Isu-isu utama yang diangkat
kelompok yang mengkritisi UKG adalah (1) kompetensi guru diperoleh melalui pendidikan
profesi, bukan melalui UKG, (2) kompetensi guru ada empat, bukan dua, (3) terdapat perbedaan
Permendikbud Nomor 57/2012 dengan PP No. 74/2008 mengenai kompetensi pedagogis yang
harus dikuasai oleh para guru, (4) ruang lingkup kompetensi pedagogis dan kompetensi
professional yang tidak jelas, (5) penyelenggaraan UKG seharusnya adalah Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), (6) pelaksanaan UKG menimbulkan ketidakpastian hukum.17

17
Syaiful Sagala, Human Capital: Membangun Modal Sumber Daya Manusia Berkarakter Unggul Melalui
Pendidikan Berkualitas, (Depok: Kencana, 2017), h. 383-385
13
G. UKG Menurut Permendikbud Nomor 57 Tahun 2012
Dasar pengujian terhadap kompetensi professional dan pedagogis guru adalah
Permendikbud No. 57 Tahun 2012 Pasal 1 Angka 1 menyatakan bahwa dalam Peraturan Menteri
ini yang dimaksud dengan uji kompetensi guru yang selanjutnya disebut UKG adalah pengujian
terhadap penguasaan kompetensi professional dan pedagogis dalam ranah kognitif sebagai dasar
penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari kinerja guru.
Permendikbud No. 57 Tahun 2012 Pasal 2 dimaknai bahwa pernyataan ini memberi
isyarat kepada guru yang tidak lulus UKG tentu tidak dapat diproses kenaikan pangkatnya.
Tetapi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai acuan
dan rujukan untuk membolehkan guru naik pangkat atau golongan sebagai PNS. Tahapan yang
dilalui oleh guru adalah mengikuti program keprofesian berkelanjutan yang disediakan oleh
pemerintah dalam bentuk pengembangan kapasitas. Jika, pada suatu saat guru mengikuti UKG
dapat lulus sesuai standar yang dipersyaratkan dan selanjutnya dapat diproses kenaikan
pangkatnya, maka ini akan berdampak pada kesiapan guru mengikuti UKG yang dilaksanakan.
Pasal 4 ayat (1) menyatakan UKG dilakukan terhadap semua guru PNS atau bukan PNS
yang telah memenuhi persyaratan. Pasal 4 ayat (2) menyatakan ketentuan peserta UKG adalah
memiliki sertifikat pendidik, belum memasuki usia pension tahun 2012, masih aktif menjadi
guru, dan guru yang memiliki NUPTK baik guru PNS maupun guru tetap yayasan. Jika UKG
menjadi persyaratan untuk kenaikan pangkat guru, maka dipertanyakan sustainibilitas atau
keberlanjutan UKG. Sejauh ini, rancangan dan kegiatan UKG ini miliknya Kementerian
Pendidikan, bukan miliknya Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Secara umum, guru PNS adalah aparat Pemerintah Daerah Provinsi Atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bukan aparat Kementerian Pendidikan. Jika UKG seperti
yang dimaksud Permendikbud No. 57 Tahun 2012 tidak konsisten atau tidak berlanjut, maka
kebijakan ini menjadi tidak bisa dipedomani.
Adapun aspek kompetensi yang diujikan dalam UKG kepada guru yang telah memenuhi
syarat sebagai peserta UKG adalah kompetensi pedagogis, kompetensi professional, kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian.18

BAB III

18
Ibid, h. 386-388
14
PENUTUP

Kesimpulan
UKG merupakan tindak lanjut dari program sertifikasi guru, yang pada mulanya sertifikasi guru
menggunakan portofolio. UKG dilaksanakan terutama untuk memantau jalannya fungsi profesi
guru karena setaiap profesi menuntut kemampuan untuk membuat keputusan dan kebijaksanaan
yang tepat. Dan, UKG diperlukan guna mendapat guru yang dapat bekerja secara profesional
berbasis kompetensi yang memadai sesuai amanat undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional (sisdiknas) dan standar nasional (SNP).

15
DAFTAR PUSTAKA

Dedi Sahputra Napitupulu, “Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Mengembangkan Ranah
Afektif Siswa di MAN 2 Model Medan”, Jurnal Tazkia Vol. V, NO. 2. Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.
2016.
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Sukabumi: CV Jejak, 2018
E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Professional, Jakarta: Prenamedia Group, 2018.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Oemar, Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Rusydi Ananda, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018.
Syaiful Sagala, Human Capital: Membangun Modal Sumber Daya Manusia Berkarakter Unggul
Melalui Pendidikan Berkualitas, Depok: Kencana, 2017.
Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar
Grafika, 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai