Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebelum islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh
umat manusia. Para ahli Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study of
Religion) biasa membagi agama secara garis besar kedalam dua bagian. Pertama, kelompok
agam yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya sebagaimana termaktud dalam kita
suci Al-Qur’an. Agama yang demikian ini biasa disebut agama samawi (agama langit) karena
berasal dari atas. Yang termasuk kedalam agama kelompok pertama ini antara lain Yahudi,
Nasrani, dan Islam. Kedua, kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam
dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang
disusunnya. Agama yang demikkian ini biasanya disebut agama ardli (agama bumi) karena
berasal dari bumi. Yang termasuk ke dalam agama seperti ini antara lain Hindu, Budha,
Majusi, Kong Hucu, dan lain sebagainya.

Agama-agama tersebut sampai saat ini masih dianut oleh umat manusia didunia, dan
disamapaikan secara turun-temurun oleh penganutnya. Di dalam mengkaji agama islam biasa
sering dihadapkan dengan agama-agama tersebut. Sebagian dari mereka ada yang bersifat
inklusif pluralis.dan sebagian yang lain ada pulayang bersifat ekslusif, yakni tertutup, tidak
mengakui agama-agama lain itu, bahkan menganggapnya sebagai yang keliru dan mesti
dijauhi.

Berkenaan dengan itu, kajian terhadap posisi Islam diantara agama-agama perlu
dilakukan, sambil melihat persamaan dan perbedaan diantara agama-agama tersebut serta
sikap yang seharusnya diambil oleh para penganut agama.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Objek Studi Islam antara Barat dan Timur?


2. Bagaimana Posisi Umat islam diantara Penganut Agama-Agama Lain?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Objek Studi Islam antara Barat dan Timur


2. Untuk Mengetahui Posisi Umat islam diantara Penganut Agama-Agama Lain

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat

1. Objek Studi Islam


Studi Islam atau Islami Sudies adalah kajian ilmiah berkaitan dengan Islam, prosedur
dalam memahami Islam secara ilmiah. Oleh karena itu yang menjadi objek studi Islam
adalah ajaran Islam itu sendiri dalam berbagai aspeknya dan berbagai madzhab alirannya.
Ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah dalam arti sempit, tetapi meliputi interaksi sosial
kemasyarakatan. Sejauh ini, umat Islam Indonesia menduga bahwa Islam hanya salat, zakat,
puasa, haji dan dzikir. Di samping itu, sebagian kaum muslim masih menduga bahwa
pemahaman Islam itu bersifat permanen, sehingga penafsiran atas ajaran Islam harus
mengikuti penfsiran-penafsiran ulama, terutama ulama masa klasik.
Kalangan ahli belum sepakat tentang apakah studi agama Islam dapat dimasukan ke
dalam kelompok ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu
pengetahuan (sains) berbeda. Amin Abdullah misalnya, menyatakan jika penyelenggaraan
dan penyampaian Islamic Studies atau Dirasah Islamiah hanya mendengarkan dakwah
keagamaan dalam kelas, apa bedanya dengan kegiatan pengajian dan dakwah yang sudah
ramai diselenggarakan di bangku kuliah. Menanggapi kritik tersebut, Amin Abdullah
menyatakan bahwa pangkal tolak kesulitan pengembangan scope wilayah kajian Islamic
studies berakar pada kesulitan para agamawan untuk membedakan antara yang normativitas
dan historisitas. Pada tataran normativitas kelihatan Islam kurang pas untuk dikatakan sebagai
disiplin ilmu, dari sisi normativitas studi Islam masih banyak terbebani oleh misi keagamaan
yang bersifat memihak, sehingga kadar muatan analitis , kritis, metodologis kurang menonjol,
kecuali di kalangan para peneliti yang jumlahnya terbatas. Sedangkan untuk tataran
historisitas, yakni jika dilihat dari segi historis, Islam dalam arti yang dipraktekan oleh
manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia justru telah
menjadi ilmu pengetahuan Islam yaitu sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu Ke-Islaman atau
Islmic Studies. (Abuddin Nata,1998: 102-103).
2. Perkembangan Studi Islam
Perkembangan studi Islam terkait erat dengan perkembangan pendidikan Islam yang
membahas kurikulum dan kelembagaannya baik di dunia Islam, dunia Barat maupun di
Indonesia sendiri. Bahan bagian ini diadaptasi dari Pengantar Studi Islam Hadidjah dan M.
Karman al-Kuninganiy (2008:11-21).

2
1. Studi Islam di Dunia Islam
Dalam tradisi pendidikan Islam, institusi pendidikan tinggi lebih dikenal dengan nama
al-jami’ah, yang secara historis dan kelembagaan berkaitan dengan masjid jami’ (tempat
berkumpul jama’ah untuk menunaikan salat Jum’at). Al-Jami’ah yang paling awal dengan
pretensi sebagai lembaga pendidikan tinggi, tercatat Al-Azhar di Kairo, Zaituna di Tunis, dan
Qarawiyyin di Fez. Tetapi, al-jami’ah-al-jami’ah ini yang diakui sebagai universitas tertua di
muka bumi, hingga dilakukannya pembaharuan dalam beberapa dasawarsa silam, lebih tepat
disebut “madrasah tinggi” dari pada “universitas”.
Azyumardi Azra juga mencatat bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam, baik
madrasah (sekalipun menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi,advanced education),
maupun al-jami’ah, yang memang dimaksudkan sebagai pendidikan tinggi, tidak pernah
menjadi universitas yang difungsikan semata-mata untuk mengembangkan tradisi penelitian
bebas berdasarkan nalar, sebagaimana terdapat di Eropa pada masa modern. Bahkan,
universitas di Eropa yang akar-akarnya dapat dilacak dari al-jami’ah, seperti ditegaskan
Stanton berdasarkan penelitian al-Makdisi (1981 dan 1990) hingga abad ke-18,juga tidak
bebas sepenuhnya. Universitas abad pertengahan, bahkan pada berafiliasi dan terkait kepada
gereja. Sepanjang sejarah Islam, baik madrasah maupun al-jami’ah diabdikan, terutama untuk
ilmu-ilmu agama dengan penekanan pada bidang fikih, tafsir dan hadis. Ijtihad, walaupun
diberikan ruang gerak, tetapi tidak dimaksudkan berpikir sebebas-bebasnya, kecuali sekedar
memberikan penafsiran “baru” atau pemikiran “independen” yang tetap berada dalam
kerangka doktrin yang mapan dan disepakati. Dengan demikian, ilmu-ilmu non agama,
terutama yang eksakta yang merupakan akar pengembangan sains dan teknologi sejak awal
telah termarjinalkan.
Menurut catatan sejarah, ada empat perguruan tinggi yang disebut-sebut sebagai
kiblat bagi pengembangan studi Islam di dunia Muslim, yang selanjutnya diikuti oleh para
orientalis dalam studi Islam di kalangan sarjana Barat.
Pertama, Madrasah Nizhamiyah di Nisyafur. Madrasah ini, menurut Ibnu Khalikan
(w.681-1282) dibangun oleh Nizham al-Mulk untuk al-Juwaini, tokoh Asy’ariah, dan
sekaligus guru besar di madrasah ini selama tiga dekade hingga wafatnya pada 478/108
5 (Hasan Asari, 1994:57). Madrasah ini terdiri dari tiga bagian inti, gedung madrasah, masjid
dan perpustakaan (bayt al-maktab). Madrasah ini memiliki beberapa staff, yaitu seorang guru
besar (mudarris) yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengajaran, seorang ahli Alquran
(muqri’), ahli hadis (muhaddits), dan pengurus perpustakaan, yang bertanggungjawab
terhadap tugasnya masing-masing. Tercatat nama-nama seperti al-Juwaini, Abu al-Qasim, al-

3
Kiya al-Harrasi, al-Ghazali dan Abu Sa’id sebagai mudarris, al-Qasim, al-Hudzali dan Abu
Nasyar al-Ramsyi sebagai muqri’, Abu Muhammad al-Samarqandi sebagai muhaddits, dan
Abu Amir al-Jurjani sebagai pustakawan. Al-Ghazali pernah tercatat sebagai asisten al-
Juwaini.
Kedua, madrasah di Baghdad berdiri tahun 455/1063 yang dibangun oleh khalifah al-
Makmun (813-833 M), yang dilengkapi dengan perpustakaan termasyur, Bayt al-Hikmah.
Berbeda dengan madrasah Nizhamiyyah di Nisyafur, di Baghdad tidak memiliki masjid.
Sebagai madrasah terbesar di zamannya, madrasah ini diajar oleh para guru besar yang
memiliki reputasi tinggi,seperti Abu Ishaq al-Syirazi (w. 476/1083), al-Kiya al-Harasi, dan
al-Ghazali (1058-1111 M) yang tercatat sebagai pemikir terbesar dengan sebutan Imam al-
Ghazali dan pengaruhnya cukup kuat di Timur. Madrasah yang beridiri hampir dua abad ini
akhirnya hancur, sekaligus melambangkan kehancuran Islam pada masa pemerintahan
Abbasiah, setelah Hulagu Khan (1256-1349M) melakukan penyerbuan besar-besaran ke
Baghdad.
Ketiga, Universitas Al-Azhar di Kairo. Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir ini tidak
terlepas dari eksistensi Abbasiah-Syiah yang pengaruh kekuatan politiknya mulai melemah.
Di sinilah wilayah-wilayah kekuasaan Daulat Ababsiah seperti Thahiriyah, Safawiyah,
Samawiyah, Thuluniyah, Fathimiyah, Ghaznawiah, dan lain-lain menuntut otonomisasi.
Daulah Fathimiyah (909-1171 M) misalnya, segera bangkit di Tunis. Ubaidillah al-Mahdi
diangkat sebagai khalifah pertama Fathimiyah yang beraliran Syiah. Pada masa pemerintahan
Muiz li Dinillah (952-975 M), khalifah IV dari Fathimiyah, Lybia dan Mesir berhasil
ditaklukkan di bawah panglima besarnya, Jauhar al-Siqili (362 H/972 M) dari Daulah
Abbasiah, yang dikenal sebagai pendiri ibukota baru Mesir, Kairo (dulu Fustat). Kemudian
ibu kota Syria dipindahkan dari Tunis ke Kairo, Mesir. Al-Siqili pula yang membangun
perguruan tinggi Al-Azhar berdasarkan ajaran sekte Syiah. Selanjutnya, pada masa khalifah
al-Hakim bin Amrillah (996-1020 M), dibangun perpusatakaan terbesar di Kairo, Bait al-
Hikmah, yang disebut-sebut sebagai corong propaganda kesyiahan. Konon, al-Hakim
mengeluarkan dana 275 dinar untuk menggandakan manuskrip dan perbaikan buku-buku.
Kurikulum yang dikembangkan lebih banyak ber-orientasi pada masalah-masalah keislaman,
astronomi dan kedokteran. Ali Ibn Yunus, Ali al-Hasan, dan Ibnu al-Haitam, tercatat sebagai
tokoh yang mengembangkan ilmu astronomi. Dalam masa ini kurang lebih seratus karya
tentang matematika, astronomi, filsafat dan kedokteran telah dihasilkan. Bahkan, pada masa
al-Muntasir, terdapat perpustakaan yang di dalamnya berisi200.000 buku. Pada tahun 567
H/1171 M, Shalahuddin al-Ayyubi (1171-1193 M) berhasil merebut Daulah Fathimiyah dan

4
mendirikan Daulat Ayubiyyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada
Abbasiah. Al-Azhar saat itu beralih kurikulum dan orientasi Syi’ah ke Sunni, tetapi Al-Azhar
tetap berdiri tegak hingga abad ke-21 ini.Metodologi Studi IslamDi Universitas Al-Azhar ini,
rektor (syekh Al-Azhar), selain merupakan jabatan akademis, juga merupakan kedudukan
politis yang berwibawa vis avis kekuasaan politik. Tetapi, sejak Dinasti Usmaniah (1517-
1798) pamor Al-Azhar mulaimenurun, sehingga Muhammad Ali mengintervensi Al-Azhar
dalam membenahi Al-Azhar sejak paroh abad ke-19. Kenyataan ini pula yang membawa
preseden lenyapnya “independensi” Al-Azhar sebagai lembaga akademis, yang pada
gilirannya mempengaruhi otoritas dan pamornya, terutama dalam hubungannya dengan
kekuasaan politik hingga kini.
Keempat, Universitas Cordova, Pemerintahan Abdurrahman I dipandang sebagai
tonggak kemajuan ilmu dan kebudayaan di Cordova. Sejarah mencatat bahwa Aelhoud dari
Bath (Inggris) belajar di Cordova pada tahun 1120 M yang mendalami geometri, aljabar dan
matematika.
2. Studi Islam di Dunia Barat dan Timur
Kejayaan Islam dalam konteks ilmu pengetahuan telah menjadikan perguruan tinggi
Islam “dibanjiri” para mahasiswa dari berbagai kalangan,termasuk mereka yang kemudian
menjadi tokoh-tokoh atau pemikir Barat. Inilah kontrak pertama dunia Barat dengan dunia
Islam (Muslim). Perguruan tinggi terkenal dalam masa kejayaan antara lain perguruan tinggi
yang berpusat di Irak (dunia Muslim belahan Timur) dan Mesir serta Cordova (di dunia
Muslim belahan Barat). Inilah awal kebangkitan (renaisance) Barat yang secara perlahan
mencapai kemajuan yang gemilang. Kemajuan Barat juga tidak terlepas dari kegiatan
penerjemahan manuskrip-manuskrip berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin sejak abad ke-
13M hingga masa ranaisance di Eropa abad ke-14 oleh para ilmuan Barat, termasuk tentunya
orientalis.
Setelah ilmu pengetahuan Islam (Muslim) ‘migran’ ke Barat dan dikembangkan
oleh para sarjana mereka, ternyata banyak ajaran Islam yang menyimpang dari ajaran
sebenarnya, karena telah dirasuki oleh paham sekuler. Inilah yang menyebabkan para sarjana
Muslim melakukan upaya pemurnian ajaran. Ismail Raji al-Faruqi, Naquib al-Attas, Ali
Ashraf, Ziauddin Sardar dan lain-lain, terpanggil untuk upaya ini.
Tokoh-tokoh ini menawarkan gagasan Islamisasi pengetahuan, yakni melakukan
penulisan ulang terhadap ilmu-ilmu modern (produk Barat) dan menanggalkan ciri-ciri
sekularismenya. Upaya lainnya mendirikan universitas-universitas Islam seperti yang terjadi

5
di Pakistan, International Islamic University, di Washington DC, Islamic ofAdvanced
Studies, atau The International Institut ofIslamic Thought and Civilization (biasa disebut
ISTAC) yang dipelopori oleh Naquib al-Attas. Dalam perkembangan selanjutnya, studi Islam
di Barat sedikit bervariasi. Di Chicago University, studi Islam menekankan pada bidang
pemikiran Islam,bahasa Arab, naskah klasik dan bahasa-bahasa Islam non Arab.
Studi Islam tersebut berada di bawah Pusat Studi Timur Tengah dan Jurusan Bahasa
dan Kebudayaan Timur Dekat, di Amerika, studi Islam pada umumnya menekankan pada
studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial,
yang berada di bawah Pusat Studi Timur Tengah atau Timur Dekat. Di UCLA, studi Islam
dibagi empat komponen.
Pertama, mengenai doktrin dan sejarah Islam, termasuk pemikiran Islam.
Kedua, bahasa Arab dan teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lain-lain
Ketiga, bahasa-bahasa non Arab yang muslim, seperti Urdu, Persia, Turki, bahasa yng telah
menghantarkan kebudayaan.
Keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah bahasa Arab, bahasa-bahasa Islam, sosiologi dan lain-lain.
Di London, studi Islam digabungkan dalam School ofOriental and African Studies,
fakultas mengenai studi Ketimuran dan Afrika, yang memiliki berbagai jurusan Bahasa dan
Kebudayaan Asia dan Afrika. Salah satu program studi di dalamnya program MA tentang
masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doktor. Di Kanada studi
Islam menekuni kajian budaya dan peradaban Islam di zaman Nabi Muhammad hingga masa
kontemporer, memahami ajaran Islam dan masyarakat Muslim di seluruh dunia, dan
mempelajari bebagai bahasa Muslim, seperti bahasa Persia, Urdu, dan Turki. Sedangkan di
Belanda, yang dulunya menganggap tabu mempelajari Islam, ternyata masih menyisakan
kajian Islam di Indonesia, walaupun tidak menekankan pada aspek sejarah Islam itu sendiri.
Masyarakat islam dibangun diatas framework peradaban Timur tengah kuno yang
telah mapan sebelumnya. Masyarakat islam berkembang dalam sebuah lingkungan yang
sejak nasa awal sejarah umat manusia telah menampilkan dua aspek yang fundamental, yaitu
asal usul dan struktur sejarah yang telah berlangsung.
Garis keturunan keluarga, kekerabatan, komunitas etnis terus berlanjut seperti semula
sekalipun telah terjadi kesejarahan. Ekologi regional berlangsung dengan didasarkan pada
komunitas petani dan perkotaan, dan ekonomi dijalankan diatas basis pemasaran dan
pertukaran uang. Bentuk-bentuk dasar organisasi negara, termasuk administrasi birokratis,
pola kehidupan keagamaan yang berlaku sebelumnya di fokuskan kepada keyakinan yang

6
bersifat universal dan transendental. Perjalanan panjang islam di Timur tengah berlangsung
sekitar 622-1002 M, yang berlangsung dalam 3 fase.
Fase pertama, merupakan fase penciptaan sebuah komunitas baru yang bercorak islam
di Arabia sebagai hasil dari transformasi wilayah pripheral (pikiran) dengan sebuah masyarat
kekerabatan telah berkembang sebelumnya menjadi sebuah tipe monotheistik timur tengah
Fase kedua, merupakan fase penaklukan timur tengah oleh masyarakat muslim yang
baru terbentuk tersebut, dan mendorong kelahiran sebuah inperium dan kebudayaan islam
(selama periode kekhalifahan yang pertama sampai tahun 945 M)
Fase ketiga, merupakan kesultanan (945-1200 M). Pada fase pola dasar kultural dan
institusional dari erakhalifah berubah menjadi pola-pola negara dan institusi islam.
Dalam fase pertama, dapat dipahami bahwa fase tersebut merupakan fase kelahiran islam
pertama dalam masyarakat kesukuan. Pada fase kedua merupakan memandang islam sebagai
mana ia menjadi agama dalam sebuah nilai islam ternyata telah mengubah mayoritas
masyarakt timur tengah
Penyatuan beberapa wilayah seperti bagian sasania dan bizantium ditimur tengah
menjadi sebuah pemerintahan, beberapa halangan politis dan strategis perdagangan menjadi
hilang, dan sebuah pondasi utama untuk kebangkitan perdagangan telah terhampar.
Selanjutnya sungai eufrat yang membatasi antara persia dan wilayah bizantium telah
musnah dan transoxnia untuk pertama kalinya dalam sejarah disatukan dalam inferium timur
tenggah. Dunia perdagangan semakin maju mengilhami ekspansi Arab ke asia tengah dan
India, dan pengembangan kota-kota di Syiria utara, Iran, Irak, Basrah dan belakangan ini
Baghdad menjadi pusat perdagangan dunia.
B. Posisi Umat Islam diantara Penganut Agama-Agama Lain
Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar didunia yang
semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, dan mengubah
sekalian bangsa. Selain itu, islam bukan saja agam yang terakhir melainkan agama yang
melingkupi segala-galany adan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya  dapat dikemukakan sebagai
berikut.

Pertama, dapat dillihat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol, yaitu bahwa
islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekalian agama
besar didunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT. Salah

7
satu rukun iman ialah bahwa orang harus beriman kepada sekalian Nabi yang diutus sebelum
Nabi Muhammad SAW.

Didalm Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam mengakui agama-agama
yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman. Misalnya ayat ini:  “ Dan orang
yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum
engkau.” (QS. Al-Baqarah:4)

Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa posisi islam diantara agama-agama
lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang meyakini dan mempercayai agama-agama
yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan demikian orang islam bukan saja beriman
kepada Nabi Muhammad Saw. melainkan beriman pula kepada semua nabi. Menurut ajaran
Al-quran yang terang benderang, bahwa semua bangsa telah kedatangan nabi. Tudak ada satu
umat, melainkan seorang juru ingat telah berlalu dikalangan mereka (QS. Faathir, 35:24).
Dengan demikian, orang islam adalah orang yang beriman kepada para Nabi dan Kitab Suci
dari semua bangsa. Orang yahudi hanya percaya kepada para Nabi bangsa Israel, orang
Budha hanya percaya kepada sang Budha, orang Majusi hanya percaya kepada Zaraustra,
orang Hindu hanya percaya kepada para nabi yang timbul di India, orang Kong Hu Cu hanya
percaya kepada Kong Hucu, tetapi orang islam percaya kepada semua nabi  dan kepada nabi
Muhammad saw, sebagai nabi terakhir. Oleh karena itu, islam adalah agama yang meliputi
semuanya, mencakup segala agama didunia. Demikian pula kitab sucinya, yaitu Al-Quran,
adalah gabungan dari semua kitab suci di dunia.

Kedua, posisi islam di antara agama-agama besar didunia dapat pula dilihat dari ciri
khas agama islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian agama. Selain
menjadi agama terakhir, dan yang meliputi semuanya, Islam adalah pernyataan kehendak
ilahi yang sempurna. Didalam Al-Quran dinyatakan: “ Pada hari ini Aku sempurnakan untuk
kamu agama kamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu, dan Aku pilihkan untuk
kamu islam sebagai agama.” (QS. Al-Maidah,5:3). Sebagaimana bentuk-bentuk kesadaaran
yang lain, kesadaran beragama bagi manusia sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dari
abad ke abad mengalami kemajuan. Demikian pula wahyu tentang kebenaran agung yang
diturunkan dari langit juga mengalami kemajuan,  dan ini mencapai titik kesempurnaan
dalam islam. Kebenaran agung inilah yang di isyaratkan oleh Yesus dalam sabdanya: Banyak
lagi perkara yang aku hendak atakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada kamu dapat

8
menanggung dia. Akan tetapi Ia sudah datang yaitu roh krbenaran, maka Ia pun akan
membawa kamu kepada segala kebenaran.

Ketiga, posisi islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang
dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu (1)
mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama
didunia, dan (2) menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada
sebelumnya, (3) memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganutagama
sebelumnya yang kemudian dimasukkan kedalam agamanya itu, (4) mengajarkan kebenaran
abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada
waktu itu masih dalam taraf permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir
ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak
maju.

Keempat, posisi islam diantara agama-agam lain dapt pula dilihat dari adanya unsur
pembaruan di dalamnya. Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru. Dalam
hal ini paling kurang ada dua hal. Pertama , agama tak boleh dianggap sebagai digma yang
oarang harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari siksaan yang kekal. Dalam islam agama
harus diperlakukan sebagai ilmu yang didasarkan atas pengalaman universal umat manusia.
Bukan hanya bangsa ini atau bangsa itu saja yang menjadi pilihan Allh SWT.dan menerima
wahyu Ilahi, sebaliknya wahyu itu diakui sebagai faktor penting untuk evolusi manusia.
Selanjutnya, mengenai pengertian agam sebagai ilmu, ini dimantapkan dengan menyajikan
ajaran agama sebagai landasan bagi perbuatan. Tak ada satu pun ajaran agama itu tak
dijadikan landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang
lebih tinggi lagi. Kedua, ruang lingkup agama itu tak terbatas kehidupan akhirat saja, tapi
juga mencakup kehidupan dunia. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat
mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi.

Kelima, posisi agama terhadap agama-agam lain dapat dilihat dari dua sifat yang
dimilaiki ajaran islam, yaitu akomodatif dan persuasif. Islam berupaya mengakomodir ajaran-
ajaran agama masa lalu dengan memberiakn makna dan semangat baru di dalamnya. Sebelum
islam datang misalnya dijumpai adanya kebiasaan melakukan kurban persembahan kepada
para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini
diteruskan oleh islam dengan mengganti benda yang dikurbankan bukan lagi manusia
melainkan hewan ternak, tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur

9
kepaada Tuhan atas segala karunia yang dibrikan-Nya, sedangkan daging kurbannya
diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu. Dengan kurban tersebut
maka akan tercipta tujuan agama, yaitu menjalin hubungan manusia dengan tuhan dan
hubungan manusia dengan manusia. Syariat tentang berkurban ini diabadikan dalam Al-
Quran : “ sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikamt yang banyak. Maka
dirikanlah sholat karena tuhanmu, dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar, 108:1-2).

Selanjutnya ciri islam terhadap agama lainnya adalah bersikap persuasif, yaitu dari
satu segi islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan,  dari segi
yang lain islam mengupayakan agaar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak
menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara
bertahap(tadrij) sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perebuatan tersebut benar-benar
ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada larangan islam
terhadap praktik riba, judi, memuja berhala dan minuman keras. Islam misalnya menjelaskan
riba dan judi itu membawa kepada timbulnya hal-hal yang menyengsarakan dan merugikan
sosial ekonomi masyarakat. Sedangkan minuman keras dapat merusak pikiran dan kesehatan
yang dapat merugikan kehidupan manusia.Namun demikian, dalam proses pelarangannya itu,
Islam menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya,
kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya.

Keenam, hubungan islam dengan agama lain dapat dilihat dari ajaran moral atau
akhlak yang mulia yang ada didalamnya. Kita misalnya menjumpai ajaran moral dalam
agama-agama sebagai berikut:

Dalam agama hindu terdapat ajaran pengendalian tenatang kesenangan. Ajaran ini
menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiah,
sesuai dengan kodrat manusia. Kepada orang yang menginginkan kesenangan, ajaran hindu
mengatakan: silahkan hal itu tidak jelek. Kesenangan adalah salah satu dari empat tujuan
yang sah dalam hidup kita. Dunia ini mengandung kemungkinan yang amat luas untuk
memperoleh kesenangan itu. Dunia penuh dengan keindahan dan hal-hal yang menyenangkan
bagi panca indera kita. Lebih lagi, ada dunia lain di atas dunia ini dimana kesenangan itu
meningkat sejuta kali lipat tiap putaran. Kita juga akan mengalami dunia-dunia tersebut pada
babak-babak kehidupan kita dikemudian hari dalam proses penjadian kita.

10
Ajaran tentang pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat
pada terjadinya tindak kejahatan ini dapat pula dijumpai pada agama budha. Dalam ajaran
budha ini terdapat sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh, mencuri, berdusta,
memperturutkan hawa nafsu dan meminum minuman yang memabukkan. Ajaran tentang
pengendalian diri juga dapat dijumpai dalam ajaran Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Didalam agama Yahudi inii terdapat sepuluh perintah Tuhan yang meliputi:

1.      Pengakaun terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

2.      Larangan menyekutukan tuhan dengan apa ssaja dan dimana saja,

3.      Larangan menyebut nama tuhan dengan kata-kat yang dapat menyia-nyiakan-Nya,

4.      Memulaikan hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan, yaitu hari sabbat,

5.      Menghormati ayah dan ibu,

6.      Larangan membunuh sesama manusia,

7.      Larangan berbuat zina,

8.      Larangan mencuri,

9.      Larangan menjadi saksi palsu, dan

10.  Menahan dorongan hawa nafsu/ keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi
miliknya.

Selanjutnya dalam agama kristen dijumpai pula dam ajaran tentang berbuat baik yang
bertolak pada pengendalian diri. Dalam kitab perjanjian lama sering diulang-ulang oleh
yesus.

Ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme)yang diikuti oleh


keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya dapat
dijumpai pula dalam ajaran isalm yang bersumberkan pada Al-Quran dan Al-Sunnah. Al-
Quran mengingatkan kepada penganutnya agar jangan memperturutksn hawa nafsu, karena
mereka yang mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus kedalam kehidupan yang
menyangsarakan. Allah SWT berfiman: “Katakanlah sesungguhnya aku dilarang menyembah
tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah:” Aku tidak akan mengikuti hawa

11
nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) termasuk orang-
orang yang mendapat petunjuk.”” (QS. Al-An’am,6:56).

Selanjutnya ajaran sepuluh firman Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam agama
yahudi yang dibawa oleh nabi musa juga dapat dijumpai dalam ajaran islam sebagaimana
termuat dalam surat Al-Isra’(17) mulai ayat 23 sampai 37, yaitu:

1.      Diperintahkan agar beribadah semata-mata hanya kepada Allah SWT,

2.      Diperintahkan agar menghormati kedua orang tua,

3.      Dilarang bersiakp menghambur-hamburkan harta tanpa tujuan (mubazir),

4.      Dilarang bersikap bakhil dan tidak pula bersikap terlalu boros,

5.      Dilarang membunuh anak kandung sendiri yang disebabkan karena takut miskin,

6.      Dilarang membunuh orang lain kecuali ada alasan yang membolehkannya (al-haq),

7.      Dilarang memakan harta anak yatim,

8.      Diperintahkan agar menyempurnakan timbangan dan takaran,

9.      Tidak menjadi saksi palsu,

10.  Dilarang sombong, congkak, dan tinggi hati.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut daitas terlihat dengan jelas, bahwa posisi ajaran islam diantara
agama-agama lain selain mengoreksi dan membenarkan juga melanjutkan sambil
memberikan makna baru dan tambahan-tambahan sesuai kebutuhan zaman.

            Didalam agama hindu, terdapat kitab Manavadharmastra. Pada bab IX, halaman 33
kitab dinyatakan bahwa perempuan menurut smitri adalah sebagai tanah, laki-laki dinyatakan
sebagai benih. Dan posisi wanita yang diumpamakan seperti tanah ladang sebagaimana
tersebut diatas sejalan dengan yang digambarkan Al-Quran sebagaimana berikut, yang
artinya:

“isteri-isteri adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang
baik) untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman (Al_Baqarah, 2:223)”.

12
            Selanjutnya dalam agama budha menempatkan kedudukan seorang isteri dalam
keluarga tidak sebagai pendamping atau berstatus nomor dua dalam keluarga sebagaimana
pada umumnya. Agama budha menempatkan peran dan kedudukan yang sama bahwa seorang
isteri berperan cukup besar dalam menyukseskan suaminya. Sukses suami merupakan sukses
seluruh keluarga.

Pandangan agama budha terhadap wanita yang setara dengan kaum pria itu sejalan
pula dengan ajaran yang terdapat dalam Al-Quran. Selain membicarakan kedudukannya,
Agama Budha juga berbicara tentang perannya dalam keluarga. Berkaitan dengan masalah
keluarga Sang Budha memberikan batasan macam seorang isteri yang patut dipuji dalam
keluarga.

            Selanjutnya dalam agama kristen pandangan Yesus Kristus. Dalam hidup dan
pelayanan-Nya, yesus tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Ia
menghargai wanita sebagai pribadi yang utuh. Ia memperlakukan wanita tidak hanya sebagai
wanita, tapi sebagai seorang manusia. Yesus berbicaa langsung dengan wanita. Ia
menyembuhkan wanita yang salit pendarahan, memanggil wanita untuk mengikutinya. Maria
bersikap sebagai murid yang sama dengan laki-laki. Wanita ikut ambil bagian sebagai murid
Yesus. Mereka turut melayani tuhan, bahkan menjadi saksi pertama kebangkitan.

            Sehubungan dengan itu, maka Gereja Kristen, khususnya teolog feminis kristen dalam
upaya memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender adalah dengan menerjemahkan ulang
dan meneliti kritis teks-teks asli Al-Kitab dan mencari makna yang sesungguhnya dari teks
tersebut yang sesuai dengan Injil Yesus Kristus yang membebaskan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam di antara agama-
agama lain tampak bersifat adil, objektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil ajaran
Islam mengakui eksistensi dan peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada di
dunia. Sebagai yang bersifat objektif, ajaran islam memberikan penilaian apa adanya
terhadap agama-agama lain. Agama lain yang membenarkan akan dibenarkan oleh Islam, dan
apabila agama lain menyesatkan maka akan diperbaiki oleh ajaran Islam. Dan terhadap ajaran
agama yang tidak seimbang dalam memberikan perhatian, diberikan perhatian yang
proporsional. Dengan pandangan yang demikian itu, Islam bukanlah agama yang eksklusif
akan tetapi Islam tidak mau berkompromi dan berdialog dengan agama lain, melainkan
agama yang terbuka, rasional, objektif dan demokratis. Islam adalah untuk orang-orang yang
dapat menggunakan pemikirannya. Dengan sifatnya yang demikian itu, maka Islam telah
tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.
B. Saran
Semoga makalah yang kelompok kami buat dapat memberikan manfaat pengetahuan
tantang posisi islam dalam agama-agama lain di dunia kepada pembaca. Semoga makalah ini
dapat membantu para pembaca untuk pembuatan makalah tentang metodologi studi islam .
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini ,maka kami meminta saran
dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003).


Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000).
M. Djaelani, Ensklopedi Islam, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007).
Abdul Rozak, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Makhtubullah, 2009).

15

Anda mungkin juga menyukai