Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam

“NIKMATNYA MENCARI ILMU DAN INDAHNYA


BERBAGI PENGETAHUAN”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
AFIFAH
X MIPA 4

SMA NEGERI 1 SUNGGAL


TA. 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan
mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan
menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap
manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki
ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan
dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran
carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya
wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu:
 1) Fardhu ‘ain;
 2) Fardhu kifayah.

Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya
oleh Allah SWT. Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan
martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang
dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan
ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan)
serta derajat orang-orang yang bertaqwa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam Islam?
2. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam Islam? 
3. Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN
 

A. Perintah Menuntut Ilmu


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan
mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan
menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang
lebih tepat selain wahyu pertama yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi
Muhammad saw sebagai landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula
sarana untuk mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan
urgensinya dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan
serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya: “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman:
“…Katakanlah : “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan
orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9).

Keutamaan Menuntut Ilmu


Keutamaan menuntut ilmu dapat kita lihat pada kisah Imam Syafiiy Yang mulia Imam
Syafiiy dilahirkan pada bulan Rajab tahun 150 H (767 M) di Ghazab dalam keadaan yatim. Pada
usia 2 tahun Imam Syafiiy dibawa oleh ibunya ke Mekkah, tempat kelahiran ayahnya. Beliau
hidup di bawah asuhan ibunya dalam penghidupan dan kehidupan yang sangat sederhana dan
kadang-kadang menderita kesulitan. Walaupun demikian ketika baru berusia sembilan tahun,
beliau sudah hafal Al-Qur‘an sebanyak 30 juzz di luar kepala dengan lancar. Pada usia ke

2
sepuluh tahun beliau sudah hafal dan mengerti Al Muwaththa‘ Imam Maliky. Imam Syafiiy
sangat rajin dan tekun menuntut ilmu, walaupun sering menderita kesukaran dan kekurangan
untuk membeli alat-alat perlengkapan belajar seperti kertas, tinta, dan sebagainya. Namun karena
semangatnya yang tinggi maka beliau sering mencari tulang-tulang dan mengumpulkannya dari
jalanan untuk ditulis di atasnya pelajaran yang diperoleh atau mencari kertas bekas untuk
menulis. Catatan beliau sangat banyak sampai memenuhi gubuk sehingga beliau tidak bisa tidur
berbaring karena gubuknya sudah penuh sesak. Akhirnya beliaui mencoba menghafalkan semua
catatan yang telah ada sehingga semuanya terekam dalam hati dan tercatat dalam otak.
Syairnya yang terkenal berbunyi: “Ilmuku selalu bersamaku ke mana aku pergi Kalbuku
yang telah menjadi gudangnya dan bukan lagi peti-peti Bila aku berada di rumah, ilmuku pun
bersamaku pula di rumah Dan bila aku di pasar, ilmuku pun berada di pasar” Beliau belajar dari
banyak guru, tidak pernah merasa cukup akan ilmu yang dimilikinya, selalu haus akan ilmu, dan
bila mendengar ada ilmu baru maka beliau akan mengejarnya walaupun harus menempuh
perjalanan yang jauh dan melelahkan. Beliau telah diberi izin untuk mengajar dan memberi fatwa
kepada khalayak ramai dan diberi jabatan sebagai guru besar di dalam Masjidil Haram karena
kepintarannya tersebut, walaupun usianya masih muda sekali yaitu 15 tahun. Imam Syafiiy
dihormati baik oleh pengusaha negeri maupun masyarakat awam yang berada di tempat beliau
tinggal karena keluhuran dan ketinggian ilmunya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11, maka telah terbukti bahwa
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagai keutamaan mereka karena
tidak jemu-jemunya menuntut ilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Adapun
keutamaan orang menuntut ilmu:
1) “Sebaik-baik umatku adalah ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang berkasih sayang.
Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah akan mengampuni orang alim sebanyak 40 dosa dan
setelah itu Allah mengampuni 1 dosa orang bodoh.”
2) “Dan ingatlah orang alim yang rahim (kasih sayang) akan datang pada hari kiamat dengan
bercahaya dan akan menerangi antara barat dan timur seperti terangnya bulan purnama.”
3) “Allah akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.
Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pasti Allah memudahkan
baginya jalan untuk ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari
rumah-rumah 4 Allah (mesjid) dengan membaca Al-Qur`an dan mempelajarinya sesama

3
mereka maka niscaya turun atas mereka ketentraman dan mereka diliputi rahmat dan
dikelilingi para malaikat dan Allah menyebutnya dalam golongan yang adapada-Nya. Dan
barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan dipercepat diangkat derajatnya.”
4) “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan
ke syurga” (HR. Muslim).
5) “Barangsiapa memberikan petunjuk kebaikan maka baginya akan mendapatkan ganjaran
seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya dan tidak berkurang sedikit
pun hal itu dari ganjaran orang tersebut.” (HR. Muslim).
6) “Jika anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal: a) Ilmu
yang bermanfaat b) Sedekah jariyah c) Anak Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya”
(HR. Muslim).
7) “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu
memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim).

Manfaat menuntut ilmu antara lain:


1) Sebagai petunjuk keimanan.
2) Sebagai petunjuk beramal
3) Sebagai alat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah

Adab Menuntut Ilmu antara lain:


1) Niat
2) Bersungguh-sungguh
3) Terus-menerus
4) Sabar dalam menuntut Ilmu
5) Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
6) Baik dalam bertanya kondisi keilmuan.

Beberapa ilmuwan Islam antara lain yaitu :


a. Jabir bin Hayyan (720-815 M) Beliau adalah seorang sarjana Fisika dan Kedokteran.
Karyanya mencapai 200 buah, di antaranya adalah tentang kimia yang antaa lain “Al-

4
Khawasul Kabir” dan “MA Ba`dal Thabi`ah”. Ilmu kimia Jabir telah dianggap sejajar
dengan Aristoteles dalam ilmu logika.
b. Al Khawarizmy, Muhammad bin Musa Al Khawarizmy (780-850 M) Beliau adalah ahli
aljabar dan ilmu bumi. Karyanya yang menjadi referensi berbagai tulisan tentang ilmu
bumi, yaitu “Suratul Ardli”.
c. Al-Farghaniy, Abul Abbas Ahmad Al-Farghaniy (hidup sekitar tahun 861 M) Beliau
adalah seorang ahli perbintangan/astronomi. Karyanya antara lain adalah “Al Madkhal Ila
Ilmi Haiatil Fabik” yang sudah diterjemahkan ke bahasa latin.
d. Al-Bhairuniy, Abduraihani Muhammad bin Ahmad (937-1048 M) Beliau adalah ahli
kedokteran, perbintangan, matematika, fisika, ilmu bumi dan sejarah. Karyanya antara lain
adalah “At-Tafhim Li Awaili Shima’atit Tanjim” yang berisi tentang Tanya jawab ilmu
hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan ilmu falak.

B. Kewajiban Menuntut Ilmu


Menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana Nabi bersabda. “Menuntut ilmu adalah
wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari). Ditambah lagi dalam firman Allah “Ilmu membuat
seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan-Nya”.
Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan mengangkat derajat orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di bawah ini ” ….Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan,
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar
[39]: 9). Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11).
Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar: “Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam
rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat

5
meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (HR.
Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam
sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan) “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim) “Barangsiapa yang
Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dien
(agama).” (HR.Bukhari).
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT
dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di
akhirat. Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang
mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra).
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-
habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi
Maha bijaksana.” (QS Lukman [31]: 27)
Bagaimana dengan orang yang selalu mengamalkan ilmunya? “Sesungguhnya Allah
SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, hingga semut yang ada pada
lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan shalawat atas orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Hadits Abu Umamah). Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama
sekali.” Nabi bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam
amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya
maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia
akan mendapatkan neraka“. Banyak keutamaan mencari ilmu dengan manfaat mengamalkan
ilmu.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai,
hamba Allah yang rajin menuntut ilmu.Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang

6
ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan
kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul
barr].
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan,
sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau
supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana
mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan
mudah membinasakan dirimu sendiri. Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya.
“Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia
tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak
akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat.” [HR Abu Dawud]
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya
terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk
perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat)
dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya
neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]
Dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara Ilmu
dengan harta: ” Ilmu lebih utama daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta
adalah pusaka Karun, Sadad, Fir’aun, dan lain-lain.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena
ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya.” ” Harta itu bila
engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tasarrufkan
malahan bertambah.” ” Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi
pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan. ” Pemilik harta itu musuhnya
banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena
diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh safa’at.” ”
Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan
musnah walau ditimbun zaman.” ” Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu
malah membuat hati menjadi bercahaya.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik
harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu
justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.”

7
Lalu, apakah semua ilmu akan mendapatkan balasan luar biasa seperti diatas? Tidak.
Hanyalah ilmu yang bermanfaatlah yang mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang
bermanfaat? Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud. “Ialah ilmu yang
bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku
atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.” Dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya,
menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.” Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah
memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”.‘Ya, Allah,
aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’ Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud.
Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”

C. Hukum Menuntut Ilmu


1. Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita menelaah isi Al-Qur'an dan Al-Hadis, niscaya kita akan menemukan
beberapa nas yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun
perempuan. Tujuan diwajibkannya mencari ilmu tiada lain yaitu agar kita menjadi umat yang
cerdas, jauh dari kabut kejahilan atau kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan
segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, ataupun mendengar. Perintah kewajiban

menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad saw.: ‫ْضةٌ ع َٰلى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
)‫ (رواه ابن عبد البر‬. ‫َو ُم ْسلِ َم ٍة‬ "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-
laki maupun perempuan." (HR. Ibn Abdul Barr)
Dari hadis di atas dapat kita ambil pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya
untuk menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Dengan ilmu yang dimilikinya,
seseorang dapat mengetahui segala bentuk kemaslahatan dan jalan kemanfaatan. Dengan ilmu
pula, ia dapat menyelami hakikat alam, mengambil pelajaran dari pengalaman yang didapati oleh

8
umat terdahulu, baik yang berhubungan dengan masalah-masalah akidah, ibadah, ataupun yang
berhubungan dengan persoalan keduniaan.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
ْ rِ‫ ِه ب‬rْ‫ َو َم ْن اَ َرا َد هُ َما فَ َعلَي‬،‫ َو َم ْن اَ َرا َد ااْل ٰ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬،‫َم ْن اَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
)‫ه‬r‫ق علي‬rr‫ (متف‬.‫ال ِع ْل ِم‬r
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki
ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki
ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu
kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi
manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia.
Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi segenap
manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt. Demikian pula Islam
mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat, karena dengan mengetahuinya kita dapat mengambil
dan menghasilkan suatu natijah, yakni ilmu yang dapat diamalkan sesuai dengan perintah syara'.
Adapun para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, maka mereka akan
mendapatkan ancaman, sebagaimana sabda Nabi saw.:

ِ َّ‫" َم ْن ُسئِ َل َع ْن ِع ْل ٍم فَ َكتَ َمهُ اَ ْل َج َمهُ هللاُ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام ِم َن الن‬
)‫ (رواه احمد‬.‫ار‬
Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan
jawabannya), maka Allah akan mengekangnya (mulutnya), kelak di hari kiamat dengan
kekangan (kendali) dari api neraka." (HR. Ahmad) Oleh karena itu, marilah kita menuntut ilmu
pengetahuan, sesempat dan sedapat mungkin dengan tidak ada hentinya, tanpa absen sampai ke
liang kubur, dengan ikhlas dan tekad akan mengamalkan dan menyumbangkannya kepada
masyarakat, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan buahnya.

D. Kedudukan Orang Yang Berilmu


Jika ditinjau dari segi orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu,
maka sungguh jauh sekali perbedaannya. Baik dari segi nilainya maupun derajatnya,

ِ ‫ر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬rُ ‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك‬
sebagaimana firman Allah swt.: .‫ب‬

)۹:‫ " (الزمر‬Katakanlah, 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang

9
tidak mengetahui?' Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran."
(QS. Az-Zumar/39: 9)
Dalam ayat yang lain Allah swt. berfirman:

ٍ ‫" يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج‬
)۱۱ :‫ (المجادلة‬.‫ت‬
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujãdalah/58: 11)
Ayat-ayat tersebut menggambarkan, betapa tingginya nilai dan derajat orang yang
berilmu. Dengan ilmu manusia akan memperoleh segala kebaikan, dan dengan ilmu pula
manusia akan memperoleh kedudukan yang mulia. Walaupun dimungkinkan pada suatu ketika
pandangan manusia terhadap ilmu atau pemilik ilmu menjadi kabur, karena kerasnya pengaruh
benda-benda dan pergeseran nilai kehidupan yang lain, tetapi kita yakin pada suatu ketika
manakala bahaya yang ditimbulkan oleh benda-benda atau lainnya telah menghebat, niscaya
orang akan kembali lagi mencari ilmu untuk mengatasi masalah yang ada sebagai pengobatnya.

E. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah


Dilihat dari derajat dan kedudukan ilmu, sungguh menuntut ilmu itu memiliki nilai dan
pahala yang sangat mulia disisi Allah swt. Selain itu, menuntut ilmu juga bernilai ibadah
sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:

ِ ‫اِل َ ْن تَ ْغ ُد َو فَتَ َعلَّ َم ٰايَةً ِم ْن ِكتَا‬.


‫ب هللاِ َخ ْي ٌر ِم ْن ِعبَا َد ِة َسنَ ٍة‬
"Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi (maupun petang),
kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur'an), maka pahalanya lebih baik
daripada ibadah satu tahun. " Dalam hadis lain dinyatakan: ‫ب ْال ِع ْل ِم فَه َُو فِ ْي َسبِي ِْل هللاِ َح ٰتّى‬
ِ َ‫َم ْن خَ َر َج فِ ْي طَل‬
)‫ (رواه الترمذى‬.‫ " يَرْ ِج َع‬Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk
golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia pulang kembali." (HR.
Tirmidzi) Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena
amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah
amalnya. Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan: ‫ َو ُكلُّ َم ْن بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم يَ ْع َم ُل اَ ْع َمالُهُ َمرْ ُدوْ َدةٌ اَل تُ ْقبَ ُل‬."
Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadah) tanpa dilandasi ilmu, maka segala amalnya
akan ditolak, yakni tidak diterima.

10
F. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

‫ َل‬rrr‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذاقِي‬


ِ rrr‫حُوا يَ ْف َس‬rrr‫س فَا ْف َس‬ ِ ِ‫ ال‬rrr‫حُوا فِي ْال َم َج‬rrr‫ َل لَ ُك ْم تَفَ َّس‬rrr‫وا إِ َذا قِي‬rrrُ‫ا الَّ ِذينَ آ َمن‬rrrَ‫ا أَيُّه‬rrrَ‫ي‬
‫ت َوهللاُ بِ َما تَعْـ َملُـوْ نَ خَـبِيْـر‬ ٍ ‫ا ْن ُش ُزوافَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هللا ال ِذ ْينَ ا َمنُوا ِمنـْ ُك ْم َوالّ ِذ ْينَ اُوتُو ْال ِع ْل َم َد َر َجـ‬

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah


kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat". (Q.S Al-Mujadalah: 11)

‫َو َما َكـانَ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِ ُر َكافّةً فَلَوْ الَنَفَ َر ِم ْن ُكلِّ فَ ِرقَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَائِفَةً لِيَتَفَقّهُوأ فِى ال ّد ْي ِن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا‬
َ‫قَوْ ُمهُ ْم اِذأ َر َجعُوْ اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬
Artinya ; "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan
perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya " (QS. At-Taubah: 122)

[114:‫َوقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما ]طه‬


Artinya: “Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.”
[Thaaha: 114].

G. Hadist Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

‫ َو َم ْن أَ َرا َدهُ َما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫ َو َم ْن أَ َرا َد األَ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫َم ْن أَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
Artinya: "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia,
wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,

11
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)

‫َم ْن َخ َر َج فِى طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَه َُو فِى َسبِي ِْل هللاِ َحتَّى يَرْ ِج َع‬
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah
hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

‫ ٍد‬rَ‫ أَوْ َول‬،‫ ِه‬rِ‫ ُع ب‬rَ‫ أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَف‬،‫ ٍة‬rَ‫اري‬ َ ‫ ٍة إِاَّل ِم ْن‬rَ‫هُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل ث‬rُ‫ان ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َمل‬
ِ ‫ َدقَ ٍة َج‬r‫ص‬ ُ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َس‬
‫ح‬ٍ ِ‫ال‬rrrrrrrrr‫ص‬
َ
ُ‫يَ ْد ُعو لَه‬
Artinya: “Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya
kecuali tiga amalan: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan
dia.” [HR. Muslim]

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan
mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan
menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib
(fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu
kifayah.

B. Saran
Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki banyak keutamaan. Maka dari
itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan
kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai ummat muslim diharapkan dapat mengamalkannya
dalam kehidupan kita sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://sumberagungdata.blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai