Anda di halaman 1dari 28

PERTEMUAN KEEMPAT

AL – QUR’AN

Sebelum membahas tentang Al-Qur’an ada baiknya


kita bahas pengetahuan tentang wahyu Allah. Di mana
Allah Swt menurunkan wahyu kepada para Rasul melalui
perantaraan Malaikat atau tidak melalui Malaikat. Materi
wahyu merupakan sistem nilai dan norma Ilahi (Wad`un
Ilaahiyun) yang melandasi sistem berfikir dan berprilaku
yang mengatur tata cara hubungan manusia kepada Khaliq
(pencipta), manusia dengan dirinya, manusia dengan
manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan
mahluk lainnya yang melahirkan karya budaya dan
peradaban untuk mencapai ridha Allah Swt.

A. Pengertian Wahyu dan Ilham

Wahyu dalam arti bahasa mempunyai pengertian


isyarat yang cepat, menurut terminologi Islam wahyu
berarti petunjuk yang disampaikan dan atau diresapkan
kepada Rasul. Sedangkan llham adalah daya gerak yang
diberikan Allah untuk memahami atau melakukan
sesuatu. Dan menurut sifatnya llham dapat diterima oleh
setiap orang yang dikehendaki oleh Allah. Perbedaan
antara wahyu dengan llham bahwa wahyu hanya
diberikan kepada Rasul saja.
Meskipun demikian di dalam Al-Qur’an terdapat
penggunaan kata wahyu dalam pengertian yang lain,
seperti terdapat di dalam surat dan ayat Al-Qur’an
berikut:
Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberi petunjuk
dengan insting) kepada lebah : “Buatlah sarang-sarang
di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia. (QS. An Nahl ; 68)

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para


malaikat: “Sesungguhnya aku bersama kamu, maka
teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah
beriman. “Kelak Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam
hati orang-orang kafir, maka penggalah kepala mereka
dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS. Al
Anfaal ; 12)

Dan Kami ilhamkan kepada Ibu Musa ; “Susukanlah dia,


dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil). Janganlah kamu
khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikanya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul.
(QS. Al-Qashash ; 7)

B. Macam-macam Kitabullah

Pengertian Kitab menurut bahasa berati sesuatu yang


ditulis. Sedang menurut terminologi Islam Kitab berarti
himpunan perintah atau ketentuan-ketentuan. Sehingga
Kitabullah merupakan himpunan perintah atau
ketentuan- ketentuan Allah. Di samping itu ada juga yang
disebut Shuhuf yang berarti wahyu-wahyu Allah yang
diturunkan kepada para Rasul yang dikumpulkan dalam
lembaran- lembaran seperti shuhuf yang diberikan kepada
Nabi Adam As., Ibrahim As., Syits As., Musa As., sebelum
turunnya Taurat, dan sebagainya. Jadi wahyu-wahyu
Allah swt., di samping berbentuk kitab ada juga yang
berbentuk lembaran-lembaran atau shuhuf-shuhuf seperti
tersebut di atas, sedang 4 kitab-kitab besar yang wajib
ketahui dan diimani ada 4 yaitu : Taurat, Zabur, Injil, dan
Al-Qur’anul Karim.

Abu Dzar ra., bercerita, “Saya bertanya kepada


Rasulullah Saw, ; “Berapa banyakkah kitab yang telah
diturunkan Allah swt.? Jawab Beliau Saw. , “Seratus
shuhuf atau mushhaf dan 4 kitab suci. Lima pulh shuhuf
diturunkan kepada Nabi Syits As., Tiga puluh shuhuf
kepada Nabi Idris As., Sepuluh shuhuf kepada Nabi
Ibrahim As., dan sepuluh shuhuf diturunkan kepada
Nabi Musa As., sebelum diturunkan kepadanya Kitab
Taurat. Dan selain shuhuf-shuhuf tersebut, ada empat
kitab suci yang diturunkan, Taurat, Zabur, Injil, dan
Al-Qur’an. “

Lalu Abu Dzar ra., bertanya lagi, “Apa isi kandungan


shuhuf-shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim
AS? Jawab Beliau Saw., “Isinya mengandung pribahasa-
pribahasa, misalnya, “Wahai raja yang kuat dan
angkuh. Aku tidak melantikmu untuk mengumpulkan
harta, tetapi Aku melantikmu untuk mencegah
sampainya doa seseorang yang didzholimi sebelum kamu
memperbaikinya, karena Aku tidak menolak doa orang
yang didzholomi walaupun doa seorang musyrik.’’

Abu Dzar ra., bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apa


kandungan shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Musa
As.? “Jawab Beliau Saw., “Semua mengandung
pelajaran-pelajaran, misalnya, “Aku sangat heran
kepada seseorang yang mencari kesenangan dari sesuatu
yang lain, padahal ia meyakini adanya maut. Aku heran
kepada seseorang yang meyakini kematiannya, tetapi ia
masih tertawa. Aku heran kepada seseorang yang selalu
memperhatikan kejadian-kejadian, perubahan-
perubahan, dan gejolak-gejolak dunia, tetapi ia masih
mencari ketenangan darinya. Aku heran terhadap
seseorang yang meyakini takdir, tetapi ia masih berduka
cita dan bersedih hati. Aku heran kepada seseorang yang
meyakini hisab itu dekat, tetapi ia tidak beramal sholeh.’’

Bagi setiap muslim wajib hukumnya untuk


mengimani semua kitab-kitab yang diturunkan Allah Swt,
karena kitab-kitab tersebut termaktub di dalam Al-Qur’an
sperti :

1. Taurat, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa As.

Allah berfirman :

Dan (Ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al


Kitab (Taurat) dan keterangan (yang membedakan
antara yang hak dan yang bathil), agar kamu mendapat
petunjuk. (QS. Al-Baqarah : 53)

Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu


dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah
diturnkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan
Injil.’ (QS. Ali Imran : 3)
2. Zabur, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud As.

Firman Allah :

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu


sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh
dan nabi-nabi yang kemudiannya dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, lsmail, lshaq,
Ya`qub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun,
dan Sulaiman dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
(QS. An-Nisaa : 163)

Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di


langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-
lsraa :
55)

3. lnjil, Kitab yang diturunkan kepada Nabi lsa As.


Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam surat Ali
Imran ayat 3 (lihat di atas).

4. Al-Qur’an, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Besar


Muhammad Saw.
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya ;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah :
2)

Demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam


bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan
berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman agar
mereka bertaqwa atau agar Al-Qur’an itu menimbulkan
pengajaran bagi mereka. (QS. Thaha : 113)

Sekalipun setiap muslim wajib beriman kepada semua


kitab-kitab yang termaktub tadi, seorang muslim
hendaknya hati-hati karena hanya Kitabullah Al-Qur’an
saja yang berlaku syariatnya pada zaman ini sampai hari
kiamat, sebagaimana risalah Nabi Muhammad saw., yang
telah menutup risalah-risalah sebelumnya. Maka Al-
Qur’an pun telah menghapus seluruh syariat kitab-kitab
sebelumnya. Disamping itu Al-Qur’an adalah satu-
satunya Kitab Suci yang terjamin keaslian dan
kemurniaannya, karena yang menjaga dan yang
memeliharanya adalah Allah swt. , sedang kitab-kitab lain
selain dari Al-Qur’an sudah dicampur oleh hasil
tangan/pemikiran manusia, baik Taurat, Zabur maupun
lnjil. Perhatikan firman Allah dalam surat Al-Baqarah 1 – 2
di atas (sebagai bukti jaminan kemurnian Al-Qur’an).

Alif laam miin. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan


padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al-
Baqarah ; 1-2)

Sedangkan ketidak aslian atau dicampurnya oleh


hasil tangan atau pemikiran manusia, kitab lain selain Al-
Qur’an baik Taurat maupun lnjil diberitahukan dalam Al-
Qur’an, firman Allah :
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan
dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : Kami
mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan
(mereka mengatakan pula) : “Dengarlah ‘’semoga kamu
tidak dapat mendengar apa-apa. Dan (mereka
mengatakan) “Ra`ina, dengan memutar-mutar lidahnya
dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan :
“Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami, “ tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka,
karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali
dengan keimanan yang sangat tipis.’ ( QS. An Nisaa :
46 )

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki


mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.
mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian
dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya,
dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka
(yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan
biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik. (QS. Al-Maaidah ; 13)
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada
kalian
Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi
Al Kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak (pula
yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada
kalian cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. (
QS. Al Maaidah : 15 )

Sesuai dengan kedudukannya seabagi wahyu Allah yang


terakhir, maka Al-Qur’an merupakan Kitabullah yang
paling terlengkap dan paling sempurna yang berfungsi
menyempurnakan dan mengoreksi kita-kitab sebelumnya.

C. Pengertian Al-Qur’an

Menurut lughat atau bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan.


Arti ini dapat diketahui atau dilihat dalam surat Al-
Qiyamah, ayat 17 – 18 sebagai berikut :

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah


mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.’’

Adapun definisi/arti Al-Qur’an menurut Istilah,


adalah Kalam Allah Swt., yang diwahyukan kepada Nabi
dan Rasul terakhir Muhammad Saw., sebagai mu`zijat dan
membacanya adalah ibadah.’’
Berdasarkan definisi di atas, maka wahyu atau kalam-
kalam Allah yang lain yang diturunkan kepada Nabi-nabi
dan Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad Saw., tidak
dinamakan Al-Qur’an dan membacanya tidak dianggap
sebagai ibadah. Al-Qur’an diturunkan dalam dua periode,
yaitu :

1. Periode Makkah
2. Periode Madinah

Periode pertama ialah ayat-ayat yang turun ketika


Nabi Muhammad Saw., masih bermukim di Makkatul
Mukarromah sejak sa`at pengangkatannya menjadi Rasul
sampai hijrahnya ke Madinah, selama 12 tahun dan 13
hari. Ayat-ayat yang turun dalam periode Mekkah
tersebut dinamakan aya-ayat “Makiyah.’’ yang meliputi
19/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 86 surat, dengan
jumlah ayat sebanyak 4.780 ayat.
Sedang periode kedua adalah ayat-ayat yang turun
ketika Nabi saw. telah memindahkan tempat pusat
perjuangan dan da`wahnya di Madinatul Munawwarah,
walaupun ada ayat yang diturunkan tidak di Kota
Madinah sendiri, tetapi tetap ayat-ayat tersebut
dinamakan ayat-ayat “Madaniyah‘’ meliputi 11/30 dari isi
Al-Qur’an, terdiri dari 28 surat, dengan jumlah ayat
sebanyak 1.456 ayat. Namun demikian antara ayat-ayat
Makiyah dan ayat-ayat Madaniyah memiliki ciri yang
berbeda, dengan perbedaan-perbedaan sebagai berikut :
Pertama, ayat-ayat Makiyah umumnya pendek-
pendek, sedang ayat-ayat Madaniyah panjang-panjang.
Kedua, dalam surat-surat Makiyah terdapat perkataan
“Yaa Ayyuhannaas ‘’ (wahai manusia), sedang dalam surat-
surat Madaniyah terdapat perkataan “Yaa Ayyuhalladziina
aamanuu‘’ (wahai orang-orang yang beriman) dengan ada
beberapa buah saja perkataan “Yaa ayyuhannaas‘’.
Ketiga, ayat-ayat Makiyah mengandung hal-hal yang
berhubungan dengan tauhid, iman, taqwa, ancaman dan
pahala, serta sejarah bangsa-bangsa terdahulu. Sedang
ayat-ayat Madaniyah mengandung tentang hukum-
hukum, kemasyarakatan, kenegaraan, perang, hukum
internasional, hukum antar agama, muamalah dan lain-
lain.
Urutan turunnya Al-Qur’an tidak sebagaimana
susunan yang ada sekarang, tetapi Al-Qur’an turun
terpencar. Ayat-ayat yang turun itu ada kalanya karena
suatu sebab dan ada kalanya tanpa sebab apapun. Setiap
turun ayat baru, Rasulullah Saw., selalu memernintahkan
mencatatnya dan menggandengkannya dengan ayat-ayat
yang ditunjukkan oleh beliau sendiri. Rasulullah saw.,
mempunyai beberapa orang shahabat yang menjadi
sekretaris untuk mencatatkan wahyu-wahyu yang turun.
Rasulullah selalu mengadakan persesuaian bacaan bacaan
surat dengan Jibril as., dan begitu pula beliau selalu
melakukan kontrol bacaan terhadap para shahabatnya.
Jadi mengenai susunan Al-Qur’an dan tertib surat adalah
berdasarkan bimbingan langsung dari Allah Swt., melalui
Jibril as yang selalu mengontrol dan membacakannya
kepada Rasulullah Saw.
Mengenai susunan Al-Qur’an dan tertib surat yang ada
sampai sekarang ini, adalah menyusul, dilakukan oleh
sebuah panitia penyusun mushaf yang diketahui oleh
Zaid bin Tsabit selaku sekretaris pencatat wahyu di zaman
Rasulullah saw., dibentuk oleh Khalifah ke III, Utsman bin
Affan ra., yang sebenarnya usaha lanjutan yang telah
dirintis oleh Khalifah I, Abu Bakar Shidiq ra. Dahulu yang
hasil penyusunan pertama itu dinamakan Shahiifah,
dimana kodifikasi pertama juga dipimpin oleh Zaid bin
Tsabit.
Karenanya Al-Qur’an yang sekarang ini, dalam
susunan dan urutan surat hasil usaha kodifikasi Khalifah
Utsman ra., yang sangat besar jasanya sehingga di
manapun kita pergi di seluruh permukaan bumi ini, pasti
kita temukan satu macam sistem Al- Qur’an yaitu : satu
ejaan, satu susunan surat-surat dan satu bacaan yang disebut
dengan Mushhaf Utsmany.
Hal yang menakjubkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an
ini, bahwa sejak masa hidup Rasulullah Saw., menyusul
zaman Khalifah yang empat, terdapat ratusan bahkan
ribuan shahabat yang menghafal Al-Qur’an di luar
kepala, hatta pada kurun kita sekarang ini terdapat ribuan
bahkan ratusan ribu ummat Islam yang mampu
menghafal Al- Qur’an dengan baik. Tidak pernah terdapat
di dunia ini suatu buku bahkan kitab suci agama lain yang
terhafal dengan teliti sebagaimana halnya Al- Qur’an.

D. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an

1. Fungsi Al-Qur’an :

Allah Swt., menurunkan Al-Qur’an sebagai Kitabullah


yang terakhir dan merupakan satu-satunya kitab yang
paling lengkap dan sempurna, dan telah disempurnkan
oleh Allah Swt., yang diturunkan kepada nabi besar
Muhammad Saw., Nabi dan Rasul yang terakhir yang
lebih mulia dibandingkan dengan Nabi dan Rasul
terdahulu. Al- Qur’an memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan


kehidupan
b. Menyempurnakan dan mengoreksi kitab-kitab
sebelumnya.

2. Kedudukan Al-Qur’an

Al-Qur’an juga memiliki kedudukan yang tinggi


dalam agama yakni sebagai sumber hukum yang utama
dan pertama yang absolut, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an.

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang


diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir. (QS. Al-Maaidah ; 44).

Ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang


teguh pada Al-Qur’an dan hadis sebagai dasar dan
sumber hukum-hukum Islam dan melarang kita untuk
menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan Al-
Qur’an dan hadis serta dilarang untuk mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya.

(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada


tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka
sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami
turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
(QS. An-Nahl ; 89)

Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al


Qur’an) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al- Furqan ; 1).

Selanjutnya Al-Qur’an juga menerangkan tentang


kedudukan dan fungsinya, sebagaimana ayat-ayat
berikut:
3. Sebagai Keterangan/Penjelasan yang nyata

“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al-


Qur’an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak
kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah:
"Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang
diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini
adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-
A’raaf ; 203).

4. Untuk diikuti

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu


dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya).” (QS. Al-A’raaf ;3)

5. Sebagai Penguat Hati

‫او ن مآ ني ذ لا ت ب ث ي ل ق ح لا ب ك ب ر ن م س د ق لا حو ر ه ل‬
‫ز ن ل ق ني م ل س م ل ل ى ر ش ب و‬
‫ى د هو‬
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-
Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah). (QS. An-Nahl ; 102)
Pendidikan Agama Islam

6. Petunjuk bagi orang yang bertakwa

Inilah Al Kitab (Al Qur’an) yang tidak ada keraguan di


dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa.’ ( QS. Al-Baqarah : 2)

7. Sebagai Alat Penerangan (Da`wah)

Agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa


yang telah diturunkan kepada mereka ( Al-Qur’an ), dan
supaya mereka memikirkan.’ ( QS. An-Nahl : 44 )

8. Pelajaran dan Penyembuh Penyakit Hati

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit yang berada dalam dada, petunjuk dan rahmat
bagi orang yang beriman. ( QS. Yunus : 57 )

9. Sebagai Peringatan

Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk


oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah:
"Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (Al-Qur’an)." Al-Qur’an itu tidak lain
Pendidikan Agama Islam

hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.” (QS. Al-


An’am ; 90).

10. Petunjuk dan Pembeda Antara Haq dan Bathil

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan


(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-
Baqarah ; 185).

11. Penyelamat Dari Kegelapan Kepada Nur

Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan


kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin
Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim ; 1)

12. Pembela bagi yang mengamalkannya

Pada hari kiamat, akan didatangkan Al-Qur’an dan


orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Didahului
oleh surat Al-Baqarah dan Ali lmran akan membela dan
mempertahankan orang yang menta`atinya. (HR.
Muslim)
Pendidikan Agama Islam

E. Sistematika Hukum Dalam Al-Qur’an

Sebagai sumber hukum yang utama, maka Al-Qur’an


memuat sisi-sisi hukum yang mencakup berbagai bidang.
Secara garis besar Al-Qur’an memuat tiga sisi pokok
hukum yaitu:

1. Hukum-hukum I’tiqodi, yaitu hukum-hukum yang


berhubungan dengan akidah dan kepercayaan
2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu hukum-hukum yang
berhubungan dengan tingkah laku, budi pekerti.
3. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu hukum-hukum yang
berhubungan dengan perbuatan-perbuatan para
mukalaf, baik mengenai ibadat atau adat, mu’amalah
badaniyah (jasad) dan maliyah (harta)nya, ahwalusy-
syakhshiyah (hukum keluarga dan peradilan Islam),
jinayat (hukum pidana) dan uqubat (hukum kriminal),
dusturiyah (undang-undang/konstitusi) serta dauliyah
(daulat/kekuasaan), jihad (berperang) dan lain
sebagainya.

F. Adab dan Keutamaan Al-Qur’an

1. Adab-adab Membaca dan Belajar Al-Qur’an

Diantara adab dan keutamaan dalam memuliakan Al-


Qur’an, menunaikan hak-hak Al-Qur’an, dan
mengamalkan isinya, maka Al-Qur’an akan membelanya
dihadapan Allah Swt., memberinya syafa`at serta
menaikan derajat orang-orang yang memuliakan dan
mengamalkannya. Al-Qur’an akan memohon kepada
Allah Swt., agar memberikan keutamaan kepada siapa
saja yang menunaikan hak-haknya, maka Allah
memberinya mahkota karomah. Tetapi Al-Qur’an
meminta tambahan
Pendidikan Agama Islam

lagi kepada Allah swt., lalu Allahpun mengaruniakan


kepadanya segala kemuliaan dan keutamaan. Al-Qur’an
pun berkata; “Ya Allah, Engkau ridhoilah ia.’’ Maka Allah pun
menyatakan keridhoan-Nya kepadanya.” ( HR. Tirmidzi )

Di dalam kitab Ihya tertulis bahwa jika seseorang


mulai membaca suatu surat dari Al-Qur’an, dengan
dipenuhi adab kepada Al-Qur’an, maka Malaikat mulai
memohonkan rahmat untuknya dan mereka terus berdoa
untuknya sampai ia selesai membaca Al-Qur’an. Tetapi
ada pula seseorang yang mulai membaca suatu surat dari
Al-Qur’an dan malaikat pun mulai melaknatnya,
demikian seterusnya, sehingga ia selesai membaca, ini
disebabkan karena ketiadaan adab kepada Al-Qur’an.
Adapun adab-adab dalam membaca Al-Qur’an secara
umum, yaitu setelah bersiwak dan berwudhu, hendaknya
duduk di tempat yang suci dengan penuh hormat dan
kerendahan hati dengan menghadap kiblat dan letakanlah
Al-Qur’an pada tempat yang lebih tinggi di lekar atau di
atas bantal, jangan diletakkan di bawah. Hadirkan hati
dengan khsyu’, membacanya dengan perasaan seakan-
akan sedang mendengarkan bacaan Al-Qur’an langsung
dari Allah Swt. Jika kita mengerti maknanya, sebaiknya
kita membacanya dengan tadabbur (merenungkan) dan
tafakkur (memikirkan).
Menurut alim ulama membagi adab dalam membaca
Al-Qur’an dengan dua macam, yaitu :

a. Adab Lahiriyah, di antaranya :

1) Membacanya dengan penuh rasa hormat, dalam


keadaan berwudhu`, dan menghadap kiblat
2) Memulai dengan membaca ta’awwud dan bismillah
3) Membacanya dengan tartil dan tajwid
Pendidikan Agama Islam

4) Berusaha menangis, walaupun terpaksa berpura-


pura menangis
5) Memenuhi hak ayat-ayat adzab dengan memohon
perlindungan Allah, sedang dengan ayat-ayat
rahamat dengan doa dan harapan mendapatkannya
6) Membacanya dengan suara pelan jika
dikhawatirkan riya`. Jika tidak, maka sebaiknya
membacanya dengan suara yang keras
7) Dengan suara yang merdu, karena banyak hadits yang
menjelaskan tentang bacaan Al-Qur’an dengan suara
merdu itu.

2. Adab Bathiniyah, diantaranya :

1) Mengagungkan Al-Qur’an di dalam hati sebagai


Kalam yang tertinggi
2) Memasukkan keagungan dan kebesaran Allah
Swt., karena Al-Qur’an adalah Kalam-Nya
3) Menjauhkan rasa bimbang dan ragu dari hati kita
4) Membacanya dengan merenungkan makna setiap
ayat dengan penuh kenikmatan, Rasulullah Saw.,
pernah berdiri sepanjang malam sambil berulang-
ulang membaca ayat :

Jika Engkau mengadzab mereka, mereka itu adalah


hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana. (QS. Al Maaidah : 118 )

Pada suatu malam, Said bin Jubair rah.a., membaca


satu ayat dari surat Yaasiin hingga tiba waktu
shubuh :
Pendidikan Agama Islam

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir); “Berpisahlah


kamu dari (orang-orang Mu`min ) pada hari ini, wahai
orang-orang yang berbuat jahat.” (QS. Yaasiin : 59)

5) Hati hendaknya mengikuti ayat-ayat yang kita


baca, misalnya jika yang kita baca ayat-ayat rahmat,
hendaknya hati merasa gembira. Sebaliknya ketika
membaca ayat-ayat adzab hendaknya merasa
takut.
6) Telinga benar-benar ditawajuhkan seolah-olah
Allah sendiri sedang berbicara dengan kita melalui
Kalamnya dan kita mendengarkannya.

2. Keutamaan Mempelajari dan Membaca Al-Qur’an

Keutamaan-keutamaan dalam membacanya,


diantaranya adalah Al-Qur’an akan mensyafa`atinya pada
hari kiamat.

Sabda Rasulullah Saw. :

“Sebaik-baik orang adalah orang yang datang dan pergi.


Yaitu orang yang mulai membaca Al-Qur’an,
mengkhatamkannya lalu memulainya lagi sampai
khatam, lalu memulai lagi, begitu seterusnya.” (HR.
Tirmidzi)

“Membaca (Al-Qur’an) itu suatu kekayaan dan tiada


lagi kemiskinan sesudahnya.“ (HR. Thabrani)

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an


dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud,
Thirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
Pendidikan Agama Islam

3. Hak-Hak Al-Qur`an

Di samping adab-adab dalam membacanya, Al Qur’an


juga mempunya hak-haknya yang harus kita perhatikan
dan tunaikan, adapun hak-hak tersebut adalah:

a. Memuliakannya
b. Membacanya, minimal 2 kali khatam dalam setahun
c. Memahami maknanya
d. Mengamalkan isinya
e. Menyebarkan dan mengajarkanya kepada orang lain.

Dalam hak-hak tersebut adalagi hak yang


terpentingnya adalah kewajiban dalam menghafalkanya.
Dalam hal menghafalkan seluruh ayat dan surat Al-
Qur’an alim ulama memberi batasan hukumnya adalah
fardhu kifayah. Yang berarti mestilah ada pada tiap-tiap
kampung seorang atau beberapa orang yang hafal Al-
Qur’an, jika tidak ada seorangpun yang menjadi hafidz
Al- Qur’an, maka berdosalah semua penduduknya. Dan
hukum menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk
kepentingan shalat ulama menghukumi dengan fardhu
`ain, kewjiban bagi setiap individu muslim dan jika tidak
maka berdosalah individu tersebut.
Allah Swt., sendiri menyatakan bahwa seorang hafidz
Al-Qur’an adalah ahli atau keluarga Allah. Sebagaimana
Sabda Nabi Saw:

“Barang siapa yang mengajarkan anaknya membaca Al-


Qur’an, maka dosa-dosa yang akan datang dan yang
terdahulu akan diampuni. Dan barang siapa yang
mengajarkan anaknya sehingga menjadi hafidz Al-
Qur’an, maka pada hari Kiamat ia akan dibangkitkan
dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan
purnama, dan ia akan berkata kepada anakanya,
Pendidikan Agama Islam

“Mulailah membaca Al-Qur’an.’ Ketika anak mulai


membaca satu ayat Al-Qur’an, maka orang tuanya
dinaikan satu derajat oleh Allah swt., sehingga terus
bertambah tinggi sehingga tamat bacaannya.” (HR.
Thabrani)

“Pada malam saya diisra`kan saya mendengar Al Haq


berseru,; “Hai Muhammad, serulah ummatmu agar
memuliakan tiga kelompok manusia, yaitu : (1) Orang
Tuanya, (2) Orang ‘Alim, (3) Orang yang Hafal Al-
Qur’an. Hai Muhammad takutilah mereka itu dari
menjadikan mereka marah dan dari menghina mereka,
karena Aku sangat marah kepada orang yang
menjadikan mereka marah dan menghina mereka. Hai
Muhammad, ahli Al-Qur’an adalah ahli-Ku dan telah
Aku ciptakan mereka bersamamu di dunia sebagai
penghormatan bagi penghuni dunia dan kalau sekiranya
tidak karena wujudnya Al-Qur’an itu terjaga di dada-
dada mereka niscaya rusaklah dunia dan binasalah
penduduknya. Hai Muhammad orang yang hafal Al-
Qur’an itu tidak disiksa dan tidak dihisab pada hari
kiamat. Hai Muhammad, apabila orang yang hafal Al-
Qur’an meninggal dunia, maka menangislah langit-Ku,
bumi-Ku dan para Malaikat-Ku. Hai Muhammad,
sungguh surga itu merindukan tiga orang yaitu : Kamu
sendiri, dua orang shahabatmu yakni Abu Bakar dan
Umar serta orang yang hafal Al-Qur’an.” (Mau`idzhoh
Hasanah).

Maka atas hal inilah Rasulullah Saw., mengancam, dengan


sabdanya :
“Barang siapa tidak menghormati ketiga orang ini,
yaitu:
Orang tua muslim, ulama, dan hafidz Al-Qur’an, maka
mereka bukanlah golonganku.” (HR. Thabrani)

Anjuran untuk mengamalkan Al-Qur’an bagi setiap


muslim, Allah dan Rasul-Nya menghendaki agar 100% Al-
Pendidikan Agama Islam

Qur’an dapat wujud dalam kehidupan kaum muslimin.


Sebagaimana firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke


dalam lslam secara sempurna, dan jangan ikuti langkah
syaithan, sesungguhnya ia musuh yang nyata. (QS. Al-
Baqarah : 208)

Ketika Aisyah r.ha., ditanya tentang akhlak Rasulullah


Saw., jawabnya, ‘’Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.’’

Sabda Rasulullah Saw. :

“Belajarlah Al-Qur’an dan bacalah, sesungguhnya


perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang
mempelajarinya adalah seperti sebuah mangkuk terbuka
yang penuh dengan kasturi, baunya semerbak menyebar
ke seluruh tempat. Dan orang yang belajar Al-Qur’an,
tetapi tidur sedangkan Al-Qur’an berada dalam hatinya,
adalah seperti mangkuk yang penuh dengan kasturi,
tetapi mulutnya tertutup.” (HR. Tirmidzi, Nasa`i, Ibnu
Majah).

“Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Qur’an dan


mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Demikianlah Al-Qur’an dan fadhilahnya jika


ditunaikan hak-haknya, maka baik bagi yang belajar atau
mengajarkannya, serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari, maka pastilah Allah akan
muliakannya.
Pendidikan Agama Islam

Hasan Basri rah.a. berkata: “Orang-orang dahulu


menganggap Al-Qur’an benar-benar perintah Allah Swt.,
mereka menghabiskan malamnya dengan tafakkur dan tadabbur
atas Al-Qur’an, dan siangnya mereka sibuk mengamalkannya.
Sedang kita pada hari ini hanya memperhatikan huruf, fathah,
dan dhomahnya saja, namun tidak bersungguh-sungguh
memahaminya, bahwa ayat-ayat itu adalah perintah Allah swt.,
untuk kita, sehingga kurang tafakkur dan tadabbur atasnya.‘’

4. Cara Mengamalkan Al-Qur’an

Berat atau mudahnya mengamalkan Al-Qur’an secara


sempurna itu tergantung dengan keimanan dan suasana
lingkungan kita. Kadang-kadang sesuatu yang sangat
sulit, namun karena sering dibicarakan, sering
diperdengarkan, sering diusahakan dan diwujudkan
suasananya, maka akan menjadi mudah dan terbiasa.
Sebagaiman yang pernah wujud di zaman para shahabat
Rasulullah saw., mereka mudah mengamalkan Al-Qur’an
secara sempurna karena ada usaha peningkatan iman dan
mewujudkan suasana amal Al-Qur’an. Jadikan Al-
Qur’an sebagai bacaan wajib setiap hari, walaupun
hanya 10 ayat (batas minimal), semakin banyak kita
membaca Al- Qur’an, semakin banyak pula pahala yang
akan kita peroleh. Bukankah Nabi Saw bersabda “Barang
siapa yang membaca Al-Qur’an satu huruf, maka pahalanya
sepuluh hasanah (kebaikan).” Jika kita belum bisa
membacanya, maka segeralah belajar kepada yang sudah
bisa/mahir, jangan malu belajar di dunia, sebelum
dipermalukan nanti di akhirat.

G. Ilmu Tajwid

Pengertian Tajwid menurut bahasa berasal dari kata :


Pendidikan Agama Islam

‫دوج‬-‫دوجي‬-‫( ادي وجت‬jawwada-yujawwidu-tajwiidan) yang berarti


bagus atau membaguskan. Dalam ilmu Qiraah, tajwid
berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan
memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang
terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun di luar Al-
Qur’an. Adapun masalah-masalah yang dikemukakan
dalam ilmu ini adalah makharijul-huruf (tempat keluar-
masuk huruf), shifatul-huruf (cara pengucapan
huruf), ahkamul-huruf (hubungan antar huruf), ahkamul-
maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul
waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan
al- Khat al-Utsmani. Inilah yang dimaksud dengan
membaca Al-Qur’an dengan tartil sebagaimana firman-
Nya:

Bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil. (QS. Al-


Muzammil ; 4)

Sedangkan arti tartil menurut Ibn Katsir adalah membaca


dengan perlahan-lahan dan hati-hati karena hal itu akan
membantu pemahaman serta perenungan terhadap Al-
Qur’an.
Ilmu Tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan
bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga
lafal dan maknanya terpelihara. Pengetahuan tentang
makhraj huruf memberikan tuntunan bagaimana cara
mengeluarkan huruf dari mulut dengan benar,
pengetahuan tentang sifat huruf berguna dalam
pengucapan huruf. Dalam ahkamul maddi wal qashr
berguna untuk mengetahui huruf yang harus dibaca
panjang dan berapa harakat panjang bacaannya. Ahkamul
waqaf wal ibtida’ ialah cara untuk mengetahui dimana
harus berhenti dan dari mana dimulai apabila bacaan
akan dilanjutkan.
Pendidikan Agama Islam

Berikut ini penulis kutip sedikit ilmu tajwid yang harus


kita ketahui, selengkapnya silahkan anda mencari guru
untuk mempelajarinya dengan baik dan benar. Sebab
belajar tajwid jika bukan dengan ahlinya atau melalui
guru yang paham, akan mengalami kesulitan
mempelajarinya, karena belajar tajwid berbeda dengan
belajar sekedar membaca Al-Qur’an, tapi harus
memahami makhraj, panjang pendek, dengung, dan
sebagainya, sebagaimana telah di uraikan di atas.

Hukum Nun Mati dan Tanwin

Dalam ilmu tajwid terdapat beberapa ketentuan


hukum untuk mengetahui bacaan kata perkata atau
kalimat dalam Al-Qur’an dengan benar, diantaranya
hukum nun mati dan tanwin. Nun mati atau tanwin (‫ ـــ‬/ ‫)ن‬
jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum
bacaannya ada 4 macam, yaitu:

1. Izhar (
‫)راهظإ‬

Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau
tanwin (‫ ـــ‬/ ‫ )ن‬bertemu dengan salah satu huruf halqi ( ‫ح ا‬
‫)ه غ ع خ‬, maka dibacanya jelas/terang, tidak boleh dibaca
dengung atau samar. Contoh : ‫ نم اء نم‬dst.

2. Idgham (‫)ماغدإ‬

Idgham artinya memasukkan/meleburkan huruf yang satu


kepada huruf berikutnya. Idgham di bagi dua, yaitu:

a. Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung)


Pendidikan Agama Islam

Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau


tanwin (‫ ـــ‬/ ‫ )ن‬kedalam huruf sesudahnya dengan disertai
(ber) dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang
empat, yaitu: ‫ي و م ن‬, contohnya : ‫ نم ىده‬,‫ءارو نم‬

b. Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung)

Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau


tanwin (‫ ـــ‬/ ‫ )ن‬ke dalam huruf sesudahnya tanpa disertai
dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (‫ر‬، ‫)ل‬,
contohnya : ‫ ميحر روفغ‬, ‫مهب ر نم‬

3. Iqlab (‫)بالقإ‬

Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun


mati atau tanwin (‫ ـــ‬/ ‫ )ن‬bertemu dengan huruf ba (‫)ب‬,
maka cara membacanya dengan menyuarakan/merubah
bunyi ‫ن‬menjadi suara mim (‫)م‬, dengan merapatkan dua
Pendidikan Agama Islam
bibir serta mendengung. Contohnya : ‫ دعب نم‬, ‫ تبني‬, ‫عيمس‬
‫ري ص ب‬

4. Ikhfa (‫)ءافخإ‬

Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Di mana


tanda-tandanya apabila ada nun mati atau tanwin (‫ ـــ‬/‫)ن‬
bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 yaitu ‫ث ت‬
‫ك ق ف ظ ط ض ص ش س ذ د ج‬, maka dibacanya samar-
samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham)
dengan mendengung. Contohnya : ‫ مك ءآج نإ‬, ‫نورظني‬
Pendidikan Agama Islam

Catata
n:

Belajar tajwid tidak bisa hanya dengan membaca


buku ilmu tajwid, tetapi harus praktek langsung
bersama dengan guru yang memahaminya.

H. Doa Untuk Kedua Orang


Tua

‫اريغص ىنايبر امك امهمحراو ىدلاولو ىبونذ ىلرفغا مه لا‬

Allahummaghfirlii Dzunuubii Waliwaalidayya


Warhamhumaa Kamaarobbayaanii Shaghiroo.

Artinya : “Yaa Allah ampnilah dosaku dan dosa kedua orang


tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka
menyayangiku waktu kecil dulu.”

Anda mungkin juga menyukai