Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Aqidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran islam.


Jika ajaran islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah
jantung yang memompa darah kehidupan ke seluruh tubuh. Demikian halnya
dengan keimanan. Dialah yang menjadi ruh ajaran islam. Berdasarkan imanlah
seseorang akan dinilai dihadapan Allah SWT. Pada gilirannya, imanlah yang akan
mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang mukmin. Bahkan shalat, haji,
puasa dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adaya iman.

Iman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu rukun iman. Al-quran
talah banyak menyebutkan nama-nama Nabi yang harus kita imani. Sebagai
seorang muslim kita wajib mengimani ada nya Nabi dan Rasul sebagai utusan
Allah yang diberikan amanah untuk membantu umat manusia menuju yang
diridhoi Allah SWT.

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 1


BAB 2
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

2.1 PENGERTIAN
Secara etimologis kata nabi berasal dari kata na-ba yang artinya
ditinggalkan atau dari kata na-ba-a yang artinya berita. Secara terminologis nabi
adalah orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Untuk dirinya sendiri tanpa
berkewajiban menyampaikan kepada orang lain. Nabi juga bermakna orang yang
membawa berita penting. Sedangkan Rasul secara etimologis berasal dari ar-sa-la
yang artinya menguturs. Sementara secara terminologis adalah orang yang
menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikan kepada orang lain.

2.2 KONSEP ISLAM TENTANG NABI DAN RASUL


Imam kepada Nabi dan Rasul merupakan pondasi penting dalam islam; ia
merupakan bagian dari rukun iman. Dalam kepercayaan Islam, yang menhiasi
tafsir terhadap Al- Quran tentang nabi, ada yang menyebut bahwa jumlah Nabi
ada 124.000 orang. Namun berdasarkan yang disebut dalam Al-Quran, ada 25
Nabi dan Rasul, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail,
Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dzulqifli, Daud, Sulaiman,
Ilyas, Yunus Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad.
Terlepas dari perdebatan jumlah Nabi, yang umum disepakati oleh para
ulama bahwa Nabi dan Rasul memiliki beberapa perbedaan, antara lain yaitu:
1. Rasul lebih tinggi dari jenjang Nabi
Karena tidak mungkin seorang itu menjadi Rasul kecuali setelah menjadi
Nabi. Oleh karena itulah, para ulama menyatakan bahwa Nabi Muhammad
SAW.diangkat menjadi Nabi dengan 5 ayat pertama dari surah Al-Alaq
dan diangkat menjadi Rasul dengan 7 ayat pertama dari surah Al-
Mudatstsir. Telah berlaku keterangan bahwa setiap Rasul adalah Nabi,
tidak sebaliknya. Imam As-Saffariny –rahimahullah- berkata, “Rasul lebih
utama daripada Nabi berdasarkan ijma’, karena Rasul diistemewakan
dengan risalah, yang mana (jenjang) ini lebih tinggi dari pada jenjang

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 2


kenabian”. (Lawami’ Al-Anwar: 1/50) Al-Hafizh Ibnu Katsir juga
mengatakan dalam tafsirnya (3/47), “tidak ada perbedaan (dikalangan
ulama) bahwasannya para Rasul lebih utama daripada seluruh Nabi dan
bahwa Ulul ‘azmi merupakan yang paling utama di antara mereka (para
Rasul)”.
2. Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum
yang telah beriman.
Allah SWT. menyatakan bahwa yang didustakan oleh manusia adalah para
Rasul dan bukan para Nabi, di dalam firmannya-Nya: “kemudian kami
utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap
seorang Rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya”. QS.
Al-Mu’min : 44) dan dalam surah Asy-Syua’ra ayat 105, Allah
mengatkan: “kaum Nuh telah mendustakan para Rasul”. Allah telah
mengatakan “kaum Nuh telah mendustakan para Nabi”, karena para Nabi
hanya diutus kepada kaum yang sudah beriman dan membenarkan Rasul
sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad
SAW: “Dulu bani Israil diurus (dipimpin) oleh banyak Nabi. Setiap kali
seorang Nabi wafat, maka digantikan oleh nabi seteahnya”. (HR. Al-
Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah)
3. Syariat para Rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan
kata lain bahwa para Rasul diutus dengan membawa syariat baru.
Allah SWT. berfirman: “untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami
berikan aturan dan jalan yang terang”. (QS. Al-Maidah [5]: 48) Allah
mengabarkan tentang ‘isa bahwa risalahnya berbeda dari risalah
sebelumnya di dalam firman-Nya: “Dan untuk menghalalkan bagi kalian
sebagian yang dulu diharamkan untuk kalian”. (QS. Ali ‘imran [3]: 50).
Nabi Muhammad SAW. menyebutkan perkara yang dihalalkan untuk umat
beliau, yang mana perkara ini telah diharamkan atas umat-umat sebelum
beliau: “dihalalkan untukku ghanimah dan dijadikan untukku bumi
sebagai masjid (tempat shalat) dan alat bersuci (tayyamum)”. (HR. Al-
Bukhari dan muslim dari jabir) Adapun para Nabi, mereka datang bukan

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 3


dengan syariat baru, akan tetapi hanya menjalankan syariat Rasul
sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Nab-Nabi Bani Israil,
kebanyakan mereka menjalankan syariat Nabi Musa AS.
4. Seluruh Rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan
yang dlancarkan oleh kaumnya. Adapun Nabi, ada diantara mereka yang
berhasil dibunuh oleh kaumnya, sebagaimana yang Allah nyatakan:
“mengapa kalian dahulu membunuh Nabi-nabi Allah jika benar kalian
orang-orang yang beriman?”. QS. Al-Baqarah [2]: 91. Juga dalam
firman-Nya: “mereka membunuh para nabi tanpa haq”. (QS. Al-Baqarah
[2]: 61).
Selain perbedaan itu penting juga dipahami bahwa nabi dan Rasul juga memiliki
persamaan dengan manusia pada umumnya, yaitu makan, minum, tidur, sakit dll.
Sebagaimana firman Allah SWT.
       
       
      
20. Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian
yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat. (QS. Al-Furqon :20)

       


           
   
38. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami
memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul
mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada Kitab
(yang tertentu).
Tujuan ayat Ini ialah pertama-tama untuk membantah ejekan-ejekan terhadap nabi
Muhammad s.a.w. dari pihak musuh-musuh beliau, Karena hal itu merendahkan martabat
kenabian. keduanya untuk membantah pendapat mereka bahwa seorang Rasul itu dapat melakukan

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 4


mukjizat yang diberikan Allah kepada rasul-Nya bilamana diperlukan, bukan untuk dijadikan
permainan. bagi tiap-tiap Rasul itu ada kitabnya yang sesuai dengan keadaan masanya.

         


         
      
  
83. Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku
Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang".
84. Maka kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah
Allah.

2.3 WAHYU DAN NUBUWAH


Wahyu (dalam bahasa arab yaitu wahy) secara bahasa berarti isyarat yang
cepat, ilham, tertulis, pesan, pemberitahuan yang bersifat tertutup yang tidak
diketahui pihak lain. Arti-arti tersebut berdasarkan beberapa ayat Al-Quran
berikut ini:
        
    
68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Kata wahyu dalam surat An-Nahl ayat 68 ini berarti memberikan ilham.

       


   
11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
Kata fa-auha dalam surat maryam ayat 11 ini berarti memberikan isyarat.

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 5


Tegasnya menurut Rasyid Ridho, wahyu adalah pemberitahuan yang
berisfat tertutup, tidak diketahui pihak lain, cepat dan khususnya pada yang dituju.
Kemudian dari segi kebahasaan ini, para ulama membangun definisi kata wahyu
menjadi “pemberitahuan Allah kepada para Nabi tentang berita-berita ghaibm,
syariat dan hukum tertentu”. Dari definisi ini, tampak konsep wahyu mesti
mengandung dua unsur, yaitu: pemberi berita (Allah) dan penerima berita (Nabi).
Sedangkan cara wahyu turun melalui beberapa jalan, yaitu:
1. Penghujaman langsung
2. Langsung memperdengarkan kalamnya melalui belakang tabir
3. Mengutus mailakat Jibril untuk membawa wahyu

Adapun pengalaman Nabi Muhammad dalam menerima wahyu


diantaranya yaitu:
1. Melalui mimpi
2. Dicampakkan kedalam jiwa perkataan yang dimaksud
3. Malaikat menyerupai diriya dalam bentuk seorang laki-laki
4. Malaikat Jibril menampakkan wujud aslinya yang mempunyai 600 sayap
5. Allah berbicara dari belakang hijab, baik dalam keadaan sadar maupun
saat sedang tertidur.
6. Israfil turun membawa beberapa kalimat dan wahyu sebelum Jibril
membawa Al-Quran.

Mengapa manusia harus percaya pada kerasulan Muhammad beserta ajaran


dan informasi yang dibawanya? Pertama, karena faktor sejarah dimana terbukti
bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang jujur dan terpelihara dari kesalahan
yang mendurhakai Tuhan. Kedua, setiap sesuatu yang dibawa dan disampaikan
oleh orang yang jujur tentulah benar. Ketiga, karena itu adanya wahyu yang
dibawa oleh Nabi Muhammad dan disampaikannya tentulah benar pula. Dan
artinya, bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi SAW melalui Al-Quran dan
Hadits sudah tentu benar pula.

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 6


2.4 MUKJIZAT DAN KETELADANAN PARA NABI DAN RASUL
Secara etimologi kata mu’jizat merupakan ubahan dari lafaz I’jaz yang
berarti melemahkan, sedangkan secara terminologi mu’jizat yaitu hal luar
biasa/istimewa yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada Nabi dan Rasul
untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, sekaligus menjelaskan
kepada manusia bahwa orang-orang yang mengaku-ngaku Nabi dan Rasul dengan
sihirnya adalah dusta.
Mu’jizat terbagi menjadi dua yaitu hissy dan aqly. Mu’jizat hissy adalah
mu’jizat yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia, seperti: tongkat Nabi
Musa yang dapat berubah menjadi ular. Sedangkan mu’jizat aqly yaitu mu’jizat
yang hanya dapat dipahami dengan akal pikiran sehat dan dengan pengkajian dan
penelitian yang mendalam disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT,
misalnya: Al-Quran yang mengandung tata bahasa, inspirasi bagi ilmu
pengetahuan dan lain-lain.
Sebagai pembawa risalah kenabian seorang Nabi, menurut Abu Bakar Al-
Jazairi memiliki prasayarat kepribadian berikut:
1. Keteladanan. Artinya seorang Nabi mesti memiliki kemanusiaan yang
sempurna, baik secara fisik, akal, maupun spritual. Bebas dari segala sifat
dan tingkah laku yang buruk. Ini artinya Nabi dan Rasul merupakan
teladan.
2. Seorang yang diangkat menjadi nabi haruslah berasal dari keturunan yang
mulia.
3. Dibutuhkan zaman oleh masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani,
memperbaiki sgala kerusakan masyarakat dan mengembalikan umat
manusia agar kembali kepada fitrahnya.

Adapun beberapa sifat yang mesti dimiliki Nabi yaitu shiddiq, tabligh, amanah
dan fatonah. Shiddiq yaitu benar. Maksudnya, seorang nabi selallu berkata benar
dan tidak pernah dusta. Tabligh adalah menyampaikan. Maksudnya seorang rasul
akan selalu menyampaikan apa yang dipesankan oleh Allah. Amanah adalah di

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 7


percaya. Maksudnya bahwa seorang rasul selalu menjaga dan menunaikan
amanah yang ada dipundaknya. Dan sebaliknya mustahil seorang rasul akan
melanggar amanah dan khianat. Fathonah dalah cerdas. Maksudnya bahwa
seorang rasul memiliki kecerdasan yang tinggi, pikiran yang jernih, penuh
kearifan dan kebijaksanaan.

2.5 MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI DAN RASUL TERAHIR


Muhammad dilahirkan di mekkah pada 12 Rabiul Awal 571M. Dari
pasangan Abdullah dan Aminah. Pada usia 25 tahun beliau menikah dengan
khadijah seorang janda kaya. Dalam usia 40 tahun Muhammad SAW
mendapatkan wahyu yang menjadi penanda bagi kenabian beliau. Pada usia 52
tahun beliau mengalami isra mi’raj, yaitu sebuah peristiwa yang monumental
karena dari sanalah shalat lima waktu dimulai.
Dari sejmlah nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-quran, Nabi Muhammad
adalah nabi pamungkas. Tidak ada nabi setelah beliau. Ini sesuai dengan firman
Allah:
         
        
40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, Karena itu janda
Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.

Pilihan kata khatam dipakai pada ayat ini dan bukannya khatim karena yang
dimaksud adalah bahwa Nabi Muhammad SAW bukan sekedar nabi penutup
melaikan juga mengandung arti menggenapkan, melengkapi atau
menyempurnakan. Hal ini juga sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW:
Artinya: perumpamaan aku dan Nabi-nabi lainnya adalah seperti seorang
yang mendirikan bangunan, ia telah memperindah dan meyempurnakan
bangunan itu kecuali hanya sebuah batu bata yang belum dipasang disalah

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 8


satu sudut bangunan itu. Orang-orang yang mengelilingi dan mengagumi
bangunan itu memberikan komentar: “alangkah baiknya batu batu itu
diletakkan di tempat yang kosong itu”. Saya lah batu bata itu dan saya lah
penutup para nabi itu. (HR. Muttaffaqun Alaih)

Oleh karena itu, adanya pengakuan dari beberapa kalangan tentang adanya
kenabian setelah kenabian Muhammad SAW, melalui ayat Al-Quran dan Hadits
tersebut menjadi tidak tepat dan menyesatkan. Sebagaimana pernah terjadi pada
Musailamah Al-Kazzab, Mirza Ghulam Ahmad dan lainnya yang mengaku
sebagai nabi
.
2.6 HIKMAH BERIMAN KEPADA NABI DAN RASUL
Beriman kepada Nabi dan Rasul memilliki beberpa hikmah, antara lain
adalah:
1. Meningkatkan iman kepada Allah SWT. Allah SWT yang telah mengutus
para rasul kepada manusia untuk menyampaikn kebenaran. Tanpa nabi dan
rasul umat manusia akan berjalan tanpa arah.
2. Kehadiran nabi membantu manusia dalam menjelaskan berbagai persoalan
yang tidak dicapai oleh nalar, misalkan tentang surga dan neraka.
3. Mencegah perselisihan di antara sesama manusia. Berbagai masalah
seringkali dihadapi oleh manusia. Namun karena keterbatasan manusia
sering kali masalah itu tidak terselesaikan. Kemudian nabi datang dengan
membawa kitab-kitab dengan penyelesaian yang pasti.
4. Manusia lebih menjadi bersyukur kepada Allah SWT karena perhatian-
Nya kepada manusia yang telah memberi suri tauladan melalui para nabi.
5. Dan lain-lain.

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 9


BAB 3
PENUTUP

Kami menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami sebagai penulis memohon maaf bila banyak kesalahan dalam
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya.
Kami harap karya tulis ini dapat mendatangkan manfaat bagi penulis
khususnya atau pembaca pada umumnya.

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 10


DAFTAR PUSTAKA

BUNYAMIN,DKK. AQIDAH UNTUK PERGURUAN TINGGI.


JAKARTA:UHAMKA PRESS

http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/09/makalah-beriman-kepada-rasul-allah-
swt.html?=1

Iman kepada Nabi dan Rasul Page 11

Anda mungkin juga menyukai