Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Alwan Taufiiqul Hakim

XI TEDK 3/17

KITABULLAH

 Pengertian
Kata “kitab” secara bahasa artinya ‘sesuatu yang ditulis’ atau ‘sesuatu yang dikumpulkan’.
Asal kata ini memiliki keterkaitan bahwa “kitab” adalah kumpulan data dan informasi yang
disatukan. Sedangkan makna kitabullah secara istilah adalah kitab-kitab yang diturunkan
Allah Ta’ala kepada para rasul-Nya, sebagai rahmat dan hidayah bagi seluruh manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
 Hubungan Al-Quran dengan Kitab Suci lainnya

1. Al-Qur’an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab


terdahulu.. Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa
salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-
Qur’an dan wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah
SAW. Berikut adalah petikan terjemahan bagian tersebut. “Kitab (Al Quran) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Al-
Baqarah 2-4)
2. Al-Qur’an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab
sebelumnya.Al Qur’an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu
ujian/verifikator (muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada
surah Al-Ma’idah ayat 48 yang artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al
Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-
kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
(Al-Ma’idah 48)
3. Al-Qur’an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat an ara
ummat-ummat rasul yang berbeda.. Dalam Islam dipercayai bahwa setiap bangsa
memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana terdapat dalam surat Yunus
ayat 47 yang artinya : “Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang
rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka
(sedikitpun) tidak dianiaya. (Yunus 47)”. Dan bila tiap umat tersebut berselisih
mengenai sesuatu hal maka Al Qur’an dapat menjadi hakim atau referensi untuk
menerangkan hal-hal yang mereka perselisihkan tersebut. Dalam Al Qur’an mengenai
hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat An Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-
umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik
perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu
dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-
Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (An Nahl 63-64)
4. Meluruskan sejarah. Bahwa Al-Qur’an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur’an terdapat
cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa
bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek
penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik
oleh Yahudi dan Kristen.

 Macam macam Kitab Suci

1. Kitab Taurat
Kitab Taurat adalah diturunkan kepada Nabi Musa as kurang lebih pada abad
12 SM (Sebelum Masehi) di daerah Israil dan Mesir. Kitab Taurat
menggunakan bahasa Ibrani.
2. Kitab Zabur
Kitab Zabur adalah diturunkan kepada Nabi Dawud as ketika beliau
menduduki tahta sebagai raja Bani Israil pada abad 10 SM di tanah Kanaan.
3. Kitab Injil
Kitab Injil adalah diturunkan kepada Nabi Isa as pada sekitar abad 1 Masehi di
daerah Yerussalem. Dalam bahasa Yunani Injil berarti kabar selamat,
pelajaran yang baru atau kabar gembira.
4. Kitab al-Qur’an
Kitab al Qur’an adalah mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad saw pada
abad 6 Masehi di Mekkah. Peristiwa turunnya al-Quran atau dikenal dengan
Nuzulul Qur’an, terjadi pertama kali ketika Nabi Muhammad menyendiri di
Gua Hira, Mekkah. Turunnya al-Quran menandai awal diangkatnya
Muhammad saw sebagai Rasulullah (utusan Allah), Usia beliau saat itu genap
40 Tahun.Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, terbagi dalam 30 juz dan 6666
ayat, al-Qur’an diwahyukan selama 22 Tahun 2 Bulan dan 22 hari. Al-Quran
menyempurnakan seluruh hukum-hukum Allah SWT yang terdapat dalam
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Ia diturunkan untuk seluruh umat
manusia sebagai rahmat bagi semesta alam atau disebut juga Rahmatan lil
‘alamin.
 Perbedaan kitab Al-Quran dengan Yang lainnya

Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT yang diturunkan terakhir tentu mempunyai banyak
perbedaan dengan kitab-kitab suci sebelumnya (Taurat, Zabur, dan Injil), kedudukannya ini
menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang paling istimewa diantara yang lainnya. Apabila
kitab-kitab suci sebelumnya hanya ditujukan kepada suatu kaum pada zaman dahulu untuk
menjalankan perintah Allah pada masa tersebut, Al-Qur’an ditujukan untuk seluruh umat agar
dijadikan pedoman sampai akhir zaman.

Contohnya kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as adalah suatu petunjuk dari
Allah untuk umat Nabi Musa as pada waktu itu, demikian juga dengan kitab Zabur dan Injil
hanya untuk kaum Nabi Daud as dan Nabi Isa as. Berbeda dengan Al-Qur’an yang
diturunkan bukan hanya untuk kaum Quraisy atau bangsa Arab saja, tetapi kitab ini
diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia dari zaman ke zaman, itu artinya Al-Qur’an
lebih bersifat universal.

Allah SWT telah menegaskan bahwa kitab Al-Qur’an akan selalu terjaga dari segala
keburukan, termasuk di dalamnya adalah keaslian isi Al-Qur’an. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya
kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang
Mahabijaksana lagi Maha Terpuji” (Fushshilat: 42).

Itu artinya sebagai kitab terakhir yang menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya, Al-
Qur’an dijamin keasliannya oleh Allah SWT. Sedangkan kitab-kitab sebelumya tidak ada
jaminan dari Allah atas keasliannya. Pada saat ini, isi kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an
telah mengalami banyak perubahan, hanya Al-Qur’an lah yang tidak akan mengalami
perubahan isi sampai kapan pun.

Al-Qur’an sampai saat ini tetap berisi wahyu-wahyu Allah, tidak ada di dalamnya perkataan-
perkataan manusia. Sedangkan kitab-kitab sebelumya telah mengalami banyak perubahan
dari segi isi. Contohnya, kitab Taurat telah ditemukan sebagian tanda di dalamnya tidak
menyebutkan surga, neraka, keadaan hari kebangkitan, makhluk akan dikumpulkan, dan
balasan. Padahal hal tersebut termasuk masalah penting yang disebutkan dalam kitab suci
Illahi.
Contoh berikutnya adalah kitab Injil yang beredar sekarang terdapat empat naskah yang
disusun oleh empat orang, mereka adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Dan
sebagian mereka tidak menjumpai Nabi Isa Al-Masih sama sekali, sebagaimana keterangan
dalam kitab terjemah Jawahir Kalamiyah (hlm. 32). Al-Qur’an telah dibuktikan oleh sejarah
bahwa ia orisinil atau asli hanya berisi wahyu Allah.

Allah Mahabijaksana, tidak akan pernah melakukan perbuatan sia-sia. Dia Maha Terpuji,
semua perbuatan-Nya patut dipuji. Al-Qur’an yang diturunkan dengan kondisi seperti ini,
masa depannya sudah diperhitungkan oleh-Nya dan akan tetap terjaga untuk selamanya (M.
Hadi Ma’rifat, 2007: 241)

Bagi kitab-kitab sebelumnya, tidak ada anjuran untuk melestarikan sebuah kitab dengan cara
dihafal. Dr. Fahd (1997: 93) menjelaskan bahwa kitab Injil dan Taurat, bagi yang
mengimaninya tidak diperintahkan untuk menghafalnya, hanya cukup dibaca saja, kecuali
terhadap beberapa gelintir orang. Tentu berbeda jauh dengan Al-Qur’an yang dibaca dan
dihafalkan oleh umat manusia dari masa ke masa sampai saat ini. Hal ini dilakukan umat
islam untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an secara mutawatir. Dan hal tersebut juga
berhubungan dengan keaslian isi kitab, semakin banyak umat yang menghafal semakin
terjaga pula keaslihan isi kitab lewat lisan.

Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu akan
datang sebagi pemberi syafaat bagi yang membacanya nanti di hari kiamat. Bacalah surah Al-
Baqarah dan Ali Imran, bacalah Az-Zahrawain, karena sesungguhnya pada hari kiamat
keduanya akan menjadi dua gumpal awan atau dua rombongan burung yang berbaris-baris
dan menaungi orang-orang yang membacanya” (HR. Muslim).

“Sesungguhnya manusia yang di dalam hatinya tidak ada sedikit pun Al-Qur’an adalah
laksana rumah yang hancur” (HR. Tirmidzi dan Ad-Darimi).

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan
kebaikan itu dengan sepuluh kelipatan. Aku tidak mengatakan alif lam min satu huruf, tetapi
alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR. Tirmidzi).

Ketiga hadist tersebut cukup untuk digunakan umat muslim dari masa ke masa sebagai alasan
untuk tetap terus membaca dan berusaha menghafal ayat-ayat Allah SWT di dalam Al-
Qur’an.

Perbedaan selanjutnya, jika kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
yang telah mati sejak beberapa abad yang lalu, maksudnya adalah tidak ada orang yang
bercakap-cakap dalam bahasa tersebut pada masa kini. Maka berbeda dengan Al-Qur’an yang
bahasanya pada masa kini masih digunakan.

Kitab Taurat diturunkan Allah kepada Nabi Musa as dengan bahasa Ibrani, kitab Zabur
diberikan kepada Nabi Daud as berbahasa Qibti, kitab Injil diturunkan Allah kepada Nabi Isa
as dengan bahasa Aranik atau Suriani. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW berbahasa Arab, dan saat ini masih menjadi standar bahasa Arab modern.

Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang diturunkan Allah sebagai mukjizat untuk Nabi
Muhammad SAW, sedangkan kitab-kitab lain diturunkan tidak sebagai sebuah mukjizat,
hanya sebuah petunjuk untuk suatu umat.

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” (Al-Baqarah: 185).

Peranan Nabi Muhammad dipersiapkan bertahap oleh Allah, dimana Jibril berulang kali hadir
untuk memperkenalkan diri kepadanya. Malaikat Jibril pertama kali muncul di depan Nabi
Muhammad saat berada di Gua Hira, Malaikat Jibril meminta Nabi untuk membaca, namun
Nabi mengatakan tidak tahu. Malaikat mengulangi permintaannya sampai tiga kali dan Nabi
hanya menjawab dalam keadaan serba bingung dan ketakutan sebelum mengetahui kenabian
yang tak terduga saat pertama kali mendengar Al-Qur’an surah Al-Alaq: 1-5,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam”.

Sebagai seorang Arab, tentu Nabi paham mengenai susunan ekspresi syair dan prosa, akan
tetapi tak terlintas sama sekali dalam pikiran beliau tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang beliau
terima. Sesuatu yang tak pernah terdengar sebelumnya serta susunan kata-kata yang tak ada
bandingannya. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang pertama Nabi Muhammad terima.

Anda mungkin juga menyukai