Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Bacalah dengan nama Tuhanmu. ”Inilah kalimat pertama Al-Quran yang diwahyukan kepada
Muhammad. Kalimat itu diwahyukan kepadanya pada saat dia menyendiri dan melakukan
perenungan di sebuah gua di luar kota Makkah pada 610 M. saat itu dia berusia empat puluh
tahun; dia dikenal bukan sebagai penyair atau ahli beretorika sebagaimana umumnya tokoh-
tokoh sezaman atau pernah melibatkan diri dalam permbahasan tentang agama. Dia
merasakan pengalaman hidup-mati saat menerima wahyu luar biasa ini, saat didekati oleh
sesosok malaikat yang memerintahkannya: ”bacalah!” ketika dia menjelaskan bahwa dia
tidak bisa membaca, sang malaikat mendekapnya dengan kuat dan mengulangi perintah itu
sebanyak dua kali. Setelah itu, barulah malaikat itu membacakan kepadanya dua baris aya
pertama al-Quran di mana konsep”membaca”,”belajar/memahami”dan”pena”disebutkan
sebanyak enam kali (QS. Al’alaq [96]: 1-5).

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1], dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”

Al-Quran tidak dimulai secara kronologis seperti halnya Kitab Perjanjian Lama, atau secara
genealogis seperti Kitab Perjanjian Baru, tetapi-sebagaimana sering dikemukakakan oleh para
penulis Muslim modern pemerhati masalah pendidikan-berbicara langsung soal membaca,
mengajar, memahami dan menulis.[2] Bagian awal al-Quran juga tidak menyerupai bagian
awal karya-karya sastra Arab yang pernah dikenal sebelumnya. Kecuali setelah turunnya
wahyu pertama di gua Hira, Muhammad tidak dikanal orang sebagai pernah menyusun
sepotong syair atau menyampaikan sepenggal pidato. Al Qur’an justru menggunakan
kernyataan ini untuk menyangkal pendapat orang-orang kafir:

“Katakanlah :”Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak akan membacakannya


kepadamu, dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah
tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya[3]. Maka, apakah kamu tidak
memikirkannya? (QS. Yunus [10]:16).”

“Dan kamu tidak pernah membaca sebuah kitab sebelumnya (al-Quran) sesuatu kitabpun,
dan tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu. Andaikata (kamu pernah
membaca atau menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya al-
Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan
tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Al
ankabut [29]:48)”

BAB II

PENGERTIAN DAN FUNGSI AL-QURAN

(Etimologi,Terminology, Keberadaan dan Kedudukan Al-Qur’an serta

Pokok-Pokok Kandungannya)
1. Pengertian Al- Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu dan mu’jizat terbesar yang diberikan Allah kepada Rasullullah,
SWT. Al-Qur’an mempunyai dua pengertian yaitu arti menurut bahasa adalah bacaan atau
yang dibaca kata Al-Qur’an  (                 ) adalah bentuk masdar dari fi’il qoro’a (               ) 
yang diartikan dengan isim maf’ul, yaitu                     (yang dibaca /bacaan).

Pengertian diatas dapat ditemui dalam (QS Al Qiyaamah [75]:17-18)

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu


pandai)membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya
itu.”

Sedangkan pengertian yang kedua adalah pengertian menurut syar’i (istilah) ialah nama
untuk kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam bentuk
mushaf.

Secara lengkap Dr. Bakri Syaikh Anin mengartikan Al-Qur’an adalah kalam Allah sebagai
mu’jizat yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan rasul (Nabi Muhammad S.A.W)
dengan perantaraan Al-Amin (Jibril as.), ditulis dalam mashahif, terpelihara dalam dada
manusia, disampaikan secara mutawatir, bacaannya diberi nilai ibadah dimulai dengan
surah Al-Fatihah, dan diakhiri dengan surah An-Nas[4].

1. Secara harfiah Al-Quran adalah bacaan yang sempurna. Ini adalah sebuah nama
pilihan dari Allah yang sangat tepat, tidak ada satupun bacaan yang sempurna sejak
manusia mengenalnya sampai hari Kiamat. Nama Al-Quran merupakan kitab Allah
yang Maha Sempurna.

Tidak ada satu kitab apapun, yang dapat dihapal kecuali Al-Quran sekalipun oleh orang buta,
bahkan sampai hapal 30 zuz.

Dalam menjalani hidup ini ketika kita ingin sempurna sebagai manusia, maka tidak ada
pilihan lain kecuali kita harus membaca, memahami Al- Quran, karena Al-Quran adalah kitab
yang paling sempurna. Sudah sejauhmaanakah kita mencintai Allah dan Al-Quran?

Tanda cinta itu adalah : sering membaca suratnya (Al Qur’an), senang bertemu (Allah), selalu
ingat”Dzikrullah”, ta’at , berani berkorban.

Sudahkah mengatakan cinta kepada Allah, dengan konsep”Tanda Cinta”diatas? pertolongan


Allah akan datang kepada umat nya ketika menggunakan akal dan kalbu, piker dan dzikir,
Iman dan ilmu, seperti yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab (Wawasan Al-Quran)”Akal
tanpa kalbu menjadikan manusia seperti rabat, pikir tanpa dzikir menjadikan manusia seperti
setan, Iman tanpa Ilmu bagaikan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan
pelita ditangan pencuri“[5].

2. Nama lain dari Al-Qur’an adalah Al-Kitab atau Kitabullah, Kitabullah ini dijelaskan
dalam ( Al Baqarah [2]:2)

“Kitab (Al–Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Al-furqon (pembeda) antara yang hak dan yang bathil, ini dijelaskan dalam (QS. Al-Furqon
[25]:1)

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”

3. Al-Quran diistilahkan pula dengan nama Adz-dzikr (Peringatan), yaitu peringatan


untuk orang- orang yang beriman. (QS. An-Nahl [16]:44)

“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al


Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka[6] dan supaya mereka memikirkan.”

Al-Quran Al-Karim adalah kitab yang oleh Rasulullah SAW, dikatakan sebagai
”Ma’dubatullah“/Hidangan ilahi. Hidangan ini tentunya bukan sembarang  hidangan,
hidangan ini membantu manusia untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang
Islam dan merupakan pelita bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

Al-Quran merupakan mu’jizat terbesar yang masih ada sampai saat ini, bahkan sampai hari
qiamat. Allah menantang manusia dan jin untuk membuatnya  seperti yang difirmankan
dalam (QS. Al-Isra [17]:88).

“Katakanlah:”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.”

Bahasanya begitu mempesona, redaksinya begitu teliti, dan mutiara pesan-pesannya yang
demikian agung, membuat kita  yang membacanya begitu kagum, walaupun sebagian nalar
mereka menolaknya, tetapi mereka tidak bisa memungkirinya akan keindahan bahasanya.

Fungsi Al-Quran adalah sebagai ”Hudan” ditujukan kepada seluruh umat manusia yang
memfungsikan Al-Qur’an sebagai Hudan dengan baik hanyal orang yang bertaqwa, seperti
firman Allah (QS. Al-Baqarah [2]:1-2)

“Alif laam miin[7].Kitab[8] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa[9].”

Banyak masyarakat dewasa ini mengagumi Al-Quran tetapi hanya sebatas dalam pesona
bacaan, ketika dilantunkan dengan suara merdu. Jadi seolah-olah kitab suci ini dituturunkan
untuk dibaca, bahkan anehnya orang yang membacanya dengan suara merdu diberi hadiah
(MTQ) tetapi orang yang menerangkan bahkan orang yang mengamalkan Al-Quran dibenci,
dicaci bahkan adapula yang masuk jeruji besi.

Al-Quran menjelaskan bahwa di hari kemudian nanti, Rasulullah SAW akan mengadu kepada
Allah SWT dan beliau berkata, Q.S Al-Furqan 25:30

“Berkatalah Rasul:”Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu


yang tidak diacuhkan”.”
Menurut Ibnu Al Qoyim banyak hal yang dicakup oleh kata           __________  (Mahjura),
antara lain :

1. Tidak tekun mendengarkannya.


2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya walaupun dipercaya dan dibaca
3. Tidak menjadikan rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut ushuludin (prinsip-
prinsip ajaran agama) dan rinciannya
4. Tidak berupaya memelihara dan memahami apa yang dikehendaki oleh Allah yang
menurunkannya
5. Tidak menjadikan sebagai obat bagi semua penyakit kejiwaan[10]

1. Kedudukan Al-Quran
2. Sebagai pelajaran dan penerangan. Firman Allah SWT, ”Al-Quran itu tidak lain
adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan” (QS. Yaa-siin: 69)

“Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak
baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.”

1. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat,Zabur, dan Injil. Firman
Allah SWT,” dan apa yang telah kami wahyukan kepada mu (Muhammad) adalah
kitab (Al-Quran) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya” S
Al- Fathir:31

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang
benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.”

1. Sebagai pembimbing yang lurus. Firman Allah SWT. ”Segala puji bagi Allah yang
telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Quran dan Dia tidak mengadakan
pembengkokan (penyimpangan) didalamna, melainkan sebagai bimbingan yang lurus
(QS. Al-Kahfi : 1-2)

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan
Dia tidak Mengadakan kebengkokandi dalamnya; Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira
kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik.”

1. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Firman
Allah SWT”Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakininya” (QS. Al-Jatsiyah: 20)

“Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.”

1. Isi Pokok Al Qur’an


Setiap muslim tenu menyadari, bahwa Al Qur’an  adalah Kitab Suci yang merupakan
pedoman hidup, dan dasar setiap langkah hidup. Al Qur’an bukan sekedar mengatur
hubungan manusia dengan Rabb-nya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam sekitarnya. Pendeknya, Al Qur’an mengatur dan memimpin semua segi
kehidupan manusia demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Perhatikan firman Allah.

“dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan
sesuatupun dalam Al-Kitab[11], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”

 Al Qur’an sebagai sumber hukum tidak semua syariatnya mesti dijelaskan dengan mendetail.
Hal ini karena selain Al Qur’an masih ada sumber hukum yang kedua, yakni Al Hadits yang
merupakan penjelasan Al Qur’an. Selain itu, manusia juga diberi kesempatan dan dituntut
untuk berijtihad dengan menggunakan aklanya dalam rangka mengatur hidupnya di dunia ini
sesuai dengan perkembangan situasi zaman. Itulah fleksiilitas ajaran Islam sebagai ajaran
yang bersifat universal dan abadi. Namun demikian, perlu diingat bahwa setiap gerak langkah
manusia senantiasa harus tetap memegang dua sumber hukum utama tersebut agar selamat
dan tak tersesat.

Nabi Muhammad bersabda :

“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya,
selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah
Rasul-Nya.” (Al Hadits)

Seseorang dikatakan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Al Hadits, apabila dia
mengimani dan mengamalkan apa yang menjadi ajaran keduanya. Inilah yang menunjukkan
setiap muslim dituntut untuk tidak hanya sekedar membaca Al Qur’an dengan fasih. Lebih
dari itu dia harus memahami, menghayati, dan mengamalkan isinya dalam perilaku hidupnya.
Pada langkah selanjutnya dia wajib menyebarluaskan kepada orang lain sebagai tugas
kemanusiaan yang tinggi, yaitu berdakwah.

Al Qur’an mecakup dan menyempurnakan pokok-pokok ajaran dari kitab-kitab Allah S.W.T.,
yang terdahulu (Taurat, Injil dan Zabur) sebagian ulama mengatakan bahwa Al Qur’an
mengandung 3 pokok ajaran yaitu (a) Keimanan; (b) akhlak dan Budi Pekerti; dan (c) aturan
hidup sehari-hari antar manusia. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Al Qur’an
berisi dua peraturan pokok (a) Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT., (b) Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam
sekitar[12].

Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al Qur’an ini diakui juga oleh para pakar Barat
diantaranya oleh Edward Gibbon. Seorang ahli sejarah Inggris (1737-1794) ini mengatakan :
“Al Qur’an sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan,
kenegaraan, perniagaan, peradilan dan undang-undang, kemiliteran dalam Islam.” Isi Al
Qur’an sangat lengkap mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-
hari, mulai dari masalah sehari-hari sampai masalah jasmani, mulai dari pembicaraan tentang
hak-hak dan kewajiban segalanya umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan
perangai serta hukum siksa di dunia?, karena itu umat besar perbedaan antara Al Qur’an
dengan Bibel.
Bibel tidak mengandung aturan yang bertahan dengan keduniaan yang ada hanyalah cerita-
verita unutk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al Qur’an, karena Al Qur’an itu tidak
hanya menerangkan amalan keagamaan tetapi juga mengupas asas-asas politik kenegaraan.
Al Qur’an lah yang menjadi sumber peraturan negara, sumber undang-undang dasar,
memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan[13].

Al Quran memiliki 3 Aspek[14] : (1) Aqidah; (2) Syariah; dan (3) Akhlak. Pencapaian ketiga
tujuan pokok ini di usahakan oleh Al Qur’an melalui empat cara perintah melalui empat cara;

1. Perintah memperhatikan alam raya


2. Perintah mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia;
3. Kisah-kisah; dan
4. Janji serta ancaman duniawi dan ukhrowi[15].

Sedangkan munurut Quraish Syihab, mengatakan ada aspek yang ada di dalam Al Qur’an :

1. Ketelitian dan keindahan dan redaksinya


2. Syariat-syariat islam.
3. Pemberitaan hal gaib masa lalu dan masa datang yang di ungkapkannya.

Secara kuantitatif, persoalan keimanan menempati bagian terbesar Al Qur’an. Persoalan


moral datang berikutnya, disusul ritual, dan kemudian aturan-aturan hukum. Jadi, Al Qur’an
seluruhnya berisi kurang lebih 6200 ayat. Dari jumlah itu, hanya 100 ayat yang membahas
persoalan peribadatan. Urusan-urusan pribadi mengambil tujuh puluh ayat, hukum perdata
tujuh puluh, hukum pidana tiga puluh, persoalan peradilan dan kesaksian dua puluh ayat[16].

Al Qur’an berbeda dengan buku acuan hukum yang membahas setiap subjek dalam bab
terpisah. Sebaliknya Al Qur’an mungkin saja membahas persoalan keimanan, moral, ritual
dan peraturan hukum secara sekaligus dalam satu surah yang sama. Ini memberikan kepada
ajaran-ajarannya kekuatan dan daya persuasi yang lebih besar, karena semuanya dilandasi
oleh keimanan kepada Allah dan keimanan kepada hari akhirat. Dengan demikian, ajaran
hukum memiliki nilai sakral di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Isi Al Qur’an terbagi ke dalam surah, atau bagian, yang secara konvensional diterjemahkan
ke dalam bahasa inggris menjadi “chapter” (bab). Ini merupakan penerjemahkan yang tak
membantu, mengingat sebuah surah bisa saja berisi tidak lebih  dari satu baris. Misalnya
Surah 108 dan Surah 112. Sementara itu Surah 2, adalah surat terpanjang dalam Al Qur’an
yang menempati 40 halaman Al Qur’an. Setiap surah berisikan sejumlah ayat yang dalam 
bahasa Arab dikenal sebagai âyah (tanda kekuasaan dari Allah). Semuanya ada 114 surah.
Kecuali Surat 9, semuanya dimulai dengan “penyebutan nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang”. Beberapa surat berisi ayat-ayat Madaniyah dan Makkiyah sekaligus.
Bagian judul setiap surah umumnya memuat nomor urut, nama, penggolongan ke dalam
kelompok surat Madaniyah, Makkiyah atau campuran, dan ayat mana saja yang termasuk ke
dalam kedua periode itu. Urutan ayat dalam setiap surah ditetapkan oleh Nabi, yang diyakini
bertindak atas petunjuk langsung dari Malaikat pembawa wahyu. Sarjana-sarjana Barat dan
bahkan sebagian sarjana Muslim pada masa-masa lampau-berpadangan bahwa orang-orang
yang melakukan kompilasi atas ayat Al Qur’an setelah wafatnya Nabi itulah yang
menetapkan urutan surah berdasarkan perbedaan panjangnya. Namun, bukti terkuat
menunjukkan bahwa semua ini dilakukan oleh Nabi selama bertahun-tahun membacanya
menurut urutan yang berlaku sekarang ini. Para sahabat, yang meneladani Nabi dan isi
kandungan Al Qur’an tidak mungkin mengubah segala sesuatu yang mereka peroleh dari
Nabi, demikian pula firman Allah yang tidak boleh diubah dengan cara apapun[17].

BAB III

KESIMPULAN

Al Qur’an menurut bahasa.             –                –             , sedangkan menurut istilah kitab
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang diturunkan
secara berangsur-angsur selama 23 tahun.

Kedudukan Al Quran adalah sebagai pelajaran dan penerangan, sebagai pembenar kitab-kitab
suci sebelumnya, sebagai pembimbing yang lurus, dan sebagai pedoman bagi manusia.

Adapun isi pokok Al Qur’an adalah masalah akidah, akhlak, syariat, hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan tuhannya dan manusia dengan sesama serta alam sekitar.
Membicarakan hal-hal yang gaib serta kejadian masa yang lalu dan yang akan datang.

Intinya adalah semua masalah yang mengatur kehidupan manusia makluk Allah lainnya
semuanya diatur dan di bahas secara global didalam Al Qur’an.

BAB IV

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan- kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai