Sudah kita ketahui bersama bahwasanya Keanekaragaman Hayati di Negri syurga ini, negri yang
tongkat kayu dan batu menjadi tanaman, yakni Indonesia. begitu tinggi keanekaragamannya baik itu
flora maupun Faunanya, hal ini tentu saja haruslah di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahtraan
masyarakat Indonesia dan juga masyarakat Dunia. Keanekaragaman hayati adalah istilah yang di
gunakan secara umum untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah
maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah.
Keanekaragaman gen merupakan variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam satu jenis atau
spesies makhluk hidup. Keanekaragaman gen dapat menyebabkan variasi antarindividu sejenis.
Contohnya Seperti keanekaragaman tanaman padi dan mangga, yang memiliki banyak sekali ragam
dan jenisnya, walaupun mereka sama-sama mangga ataupun sama-sama padi. Tanaman padi
terdapat beberapa macam atau varietas seperti IR, PB, kapuas, rojolele, dan sedani. Tanaman
mangga memiliki banyak varietas seperti arum manis, manalagi, gadung, dan golek.
Keanekaragaman mangga dan padi disebabkan oleh variasi gen, bagai mana kamu sudah mulai
faham sekarang bukan.?
Perbedaan ini mampu menyebabkan sifat yang tidak tampak (genotipe) dan sifat yang tampak
(fenotipe) pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda. Variasi makhluk hidup dapat terjadi akibat
perkawinan sehingga susunan gen keterunannya berbeda dari susunan gen induknya. Selain itu,
variasi makhluk hidup dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan.
2. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman Spesies merupakan keragaman yang dapat di temukan di suatu kelompok maupun
komunitas di suatu tempat tertentu, Perbedaan ini sangatlah mudah di bedakan karena dapat di lihat
dengan mata terbuka, hal ini karena perbedaan itu begitu ketara,
Sebagai contoh agar kita mudah dalam Memahaminya, Seperti keanekaragaman yang terjadi antara
kurma, sagu dan kelapa. Meskipun tumbuh-tumbuhan itu merupakan satu kelompok tumbuhan
palem-paleman,akan tetapi masing-masing memiliki fisik yang berbeda dan hidup di tempat yang
berbeda. Seperti kelapa tumbuh di pantai, kurma tumbuh di daerah kering dan sagu tumbuh di
pegunungan basah (rawah gambut).
Jika kita melihat lagi Contoh Keragaman yang ada pada binatang, karena contoh di atas merupakan
keragaman pada tumbuhan, nah contoh untuk binatang adalah : Kucing, Singa dan Harimau. Ketiga
hewan teramsuk dalam satu kelompok kucing. Akan tetapi singa, kucing dan harimau terdapat
perbedaan fisik yang sangat jauh, habitat dan tingkah lakunya.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman yang terjadi pada tingkat ekosistem merupakan akibat dari interaksi yang sangat
kompleks melalui komponen biotik dengan komponen abiotik.
Interaksi biotik
Interaksi biotik dapat terjadi pada makhluk hidup satu dengan makhluk hidup yang lainya(baik di
dalam jenisnya ataupun antar jenisnya) yang membentuk suatu komunitas. sedangkan Interaksi
Biotik.
Interaksi abiotik
interaksi abiotik dapat terjadi antara mahluk hidup dengan lingkungan fisik, yaitu suhu, cahaya dan
lingkungan kimiawi, antara lain, air, mineral dan keasaman .
Dengan adanya beranekaragamnya kondisi lingkungan dan keaneka ragaman hayati, maka
terbentuklah keanekaragaman ekosistem. yang mana Tiap-tiap ekosistem memiliki keanekaragaman
makhluk hidup tertentu pula. Cotohnya, ekosistem padang rumput, ekosistem pantai, ekosistem hutan
hujan trofik, dan ekosistem air laut. Tiap-tipa ekosistem mempunyai ciri fisik, kimiawi, dan biologis
tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat dsalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna
yang terdapat didalam ekosistem yang lain.
Perubahan iklim Juga mempengaruhi suhu udara dan laut, panjang musim, permukaan air laut, pola
arus laut dan angin, tingkat curah hujan, serta hal-hal lainnya. Perubahan ini mempengaruhi habitat
dan perilaku banyak spesies yang berbeda. Banyak yang tidak akan mampu beradaptasi cukup cepat
dan dapat punah. Maka dari itu Mulai sekarang adalah menjadi Tugas manusia utuk bersama-sama
lebih sadar dan menjaga Lingkungan sekitar untuk Kebaikan bersama juga.
Dengan adanya artikel Pengertian Keanekaragaman Hayati ini semoga bisa membantu adik-adik
yang masih duduk di bangku sekolah bisa lebih mudah lagi belajarnya, Oleh karena itu alangkah
Bahagianya saya jika anda yang membaca ini mau membagikan artikel ini kepada teman-teman atau
siapa saja melalui media sosial, seperti facebook dan juga yang lainya, karena merupakan suatu
kebahagiaan yang tidak dapat di lukiskan ketika apa yang kita buat, apa yang kita tulis bisa
bermanfaat dan dapat membantu banyak orang, teirma kasih, kamu bisa juga membaca artikel
sebelumnya yang sudah saya bagikan pada kesempatan yang lalu yakni macam-macam jaringan
tumbuhan.
Keanekaragaman hayati
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hutan hujan adalah contoh keanekaragaman hayati di planet ini, dan biasanya memiliki banyak
keanekaragaman spesies. Ini adalah Sungai Gambia di Senegal yang Niokolo-Koba National Park.
Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal s. Salah satu
perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah yang masih
ada. [1]
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah
menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para
eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam
keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul.[2] 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan
hewan.[3]Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;.
Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun [4] Yang paling terakhir, peristiwa kepunahan
Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang
lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus s.[5]
Daftar isi
[sembunyikan]
1Etimologi
2Definisi
3Distribusi
o 3.1Latitudinal gradien
o 3.2Hotspot
4Evolusi.
o 4.1Evolusi diversifikasi
5Manusia manfaat
o 5.1Pertanian
o 5.2Kesehatan Manusia
o 5.5Ekologi jasa
6Jumlah spesies
8Ancaman
o 8.1Perusakan habitat
8.2.1Genetik polusi
o 8.3Eksploitasi berlebihan
o 8.5Perubahan iklim
o 8.6Manusia overpopulasi
9Kepunahan Holocene
10,
12Status hukum
o 12.1Internasional
13Analytical batas
14Lihat pula
15Referensi
17Pranala luar
o 17.1Dokumen
o 17.2Alat-alat
o 17.3Materi pelatihan
o 17.4Sumber Informasi
Keanekaragaman hayati bentuk kontrak Istilah itu mungkin telah diciptakan oleh WG Rosen
pada tahun 1985 ketika merencanakan Forum Nasional 1986 Keanekaragaman Hayati yang
diselenggarakan oleh Dewan Riset Nasional (NRC). Ini pertama kali muncul dalam suatu
publikasi pada tahun 1988 ketika sociobiologist EO Wilson digunakan sebagai judul
prosiding [10] dari forum itu.[11]
Sejak periode ini istilah telah dicapai digunakan secara luas di kalangan ahli biologi, lingkungan,
pemimpin politik, dan warga masyarakat yang peduli.
Sebuah istilah yang sama di Amerika Serikat adalah "warisan alam." Ini mendahului orang lain
serta yang lebih diterima oleh khalayak yang lebih luas tertarik pada konservasi. Lebih luas dari
keanekaragaman hayati, itu termasuk geologi dan bentang alam.
Sebuah contoh dari jamur dikumpulkan selama musim panas 2008 di hutan campuran Utara
Saskatchewan, dekat LaRonge adalah contoh mengenai keragaman jenis jamur. Di foto ini, ada juga daun
lumut dan lumut.
Keragaman istilah biologi atau keanekaragaman hayati dapat memiliki banyak interpretasi. Hal
ini paling sering digunakan untuk menggantikan istilah yang lebih jelas dan lama didirikan,
keragaman spesies dan kekayaan spesies. Ahli biologi paling sering mendefinisikan
keanekaragaman hayati sebagai "totalitas gen, spesies, dan ekosistem suatu daerah". [12]
[13]
Sebuah keuntungan dari definisi ini adalah bahwa tampaknya untuk menggambarkan
keadaan paling dan menyajikan pandangan terpadu dari tiga tingkat tradisional di berbagai
biologis yang telah diidentifikasi:
keanekaragaman jenis
ekosistem keanekaragaman
Keanekaragaman genetik
Pada tahun 2003 Profesor Anthony Campbell di Cardiff University, Inggris dan Pusat Darwin,
Pembrokeshire, yang didefinisikan tingkat keempat: Keragaman Molekuler.[14]
Ini membangun bertingkat konsisten dengan Dasmann dan Lovejoy. Definisi eksplisit yang
konsisten dengan penafsiran ini pertama kali diberikan dalam makalah oleh Bruce A. Wilcox
ditugaskan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam (IUCN)
untuk Konferensi Dunia 1982 Nasional Taman.[15] Definisi Wilcox adalah "Keanekaragaman
hayati adalah berbagai bentuk kehidupan ... di semua tingkat sistem biologis (yaitu, molekul,
organismic, populasi, spesies dan ekosistem) ...". Tahun 1992 PBB KTT Bumi didefinisikan
"keanekaragaman hayati" sebagai "variabilitas antara organisme hidup dari semua sumber,
termasuk, 'antara lain', darat, laut, dan ekosistem air lainnya, dan kompleks ekologi yang mereka
adalah bagian: ini termasuk keragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem ".
[16]
Definisi ini digunakan dalam Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati. [16]
Satu definisi buku teks adalah "variasi kehidupan di semua tingkat organisasi biologis". [17]
Mengukur keragaman di satu tingkat dalam kelompok organisme mungkin tidak tepat sesuai
dengan keragaman pada tingkat lainnya. Namun, tetrapod (vertebrata darat) taksonomi dan
keragaman ekologi menunjukkan korelasi yang sangat dekat. [18]
Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun di
dalam daerah. Di antara faktor lain, keragaman makhluk hidup (biota) tergantung pada suhu,
curah hujan, ketinggian, geografi tanah s, dan kehadiran spesies lainnya. Studi tentang distribusi
spasial organisme s, spesies, dan ekosistem s, adalah ilmu biogeografi.
Keanekaragaman konsisten mengukur lebih tinggi di daerah tropis dan di daerah lokal lain
seperti Cape Provinsi flora dan lebih rendah di daerah kutub umumnya. Pada tahun 2006
banyak spesies secara resmi diklasifikasikan sebagai langka atau terancam punah atau
terancam, apalagi, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa jutaan spesies yang lebih berisiko
yang belum secara resmi diakui. Sekitar 40 persen dari 40.177 spesies dinilai menggunakan
kriteria IUCN Red List kini terdaftar sebagai terancam punah-total 16.119.[19]
Keanekaragaman hayati terestrial umumnya adalah sampai 25 kali lebih besar dari laut
keanekaragaman hayati.[20]
Meskipun penurunan keanekaragaman hayati terestrial dari khatulistiwa ke kutub, [23] beberapa
studi menyatakan bahwa karakteristik ini adalah diverifikasi pada ekosistem perairan, terutama di
ekosistem laut.[24] Distribusi garis lintang parasit tidak mengikuti aturan ini. [25] Contoh lain
keragaman besar di lintang yang lebih tinggi juga telah direkam.[butuh rujukan]
Hutan Atlantik Brasil dianggap sebagai salah satu hotspot tersebut, berisi spesies tanaman
sekitar 20.000, 1.350 vertebrata, dan jutaan serangga, sekitar setengah dari yang terdapat di
tempat lain. Pulau Madagaskar, khususnya keunikan hutan gugur kering dan hutan hujan
dataran rendah Madagaskar, memiliki rasio endemisme tinggi. Sejak pulau ini terpisah dari
daratan Afrika 65 juta tahun yang lalu, banyak spesies dan ekosistem telah berevolusi secara
independen. Indonesia yang meliputi 17.000 pulau seluas 735,355 square mile (1,904,560 km2)
memiliki 10% dari tanaman berbunga di dunia, 12% mamalia, dan 17% dari reptil, amfibi,
dan burung hidup bersama dengan hampir 240 juta orang.[29] Banyak daerah keanekaragaman
hayati tinggi dan / atau endemik timbul dari habitat khusus yang memerlukan adaptasi yang tidak
biasa, misalnya lingkungan pegunungan di gunung tinggi, atau rawa gambut di Eropa Utara.
Secara akurat mengukur perbedaan dalam keanekaragaman hayati bisa sulit. Seleksi Bias
antara peneliti dapat berkontribusi pada riset empiris bias untuk perkiraan modern
keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman Hayati adalah hasil dari 3,5 miliar tahun evolusi. Asal usul kehidupan belum
pasti didirikan oleh ilmu pengetahuan, namun beberapa bukti menunjukkan bahwa kehidupan
mungkin sudah telah mapan hanya beberapa ratus juta tahun setelah pembentukan
Bumi. Sampai sekitar 600 juta tahun lalu, semua kehidupan terdiri dari archaea, bakteri, protozoa
dan mirip bersel tunggal s organisme.
Sejarah keanekaragaman hayati selama Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir), dimulai
dengan pertumbuhan yang cepat selama ledakan Kambrium-sebuah periode di mana hampir
setiap filum dari organisme multiseluler pertama muncul. Selama 400 juta tahun depan atau
lebih, keanekaragaman invertebrata menunjukkan tren secara keseluruhan sedikit, dan
keragaman vertebrata menunjukkan tren eksponensial secara keseluruhan. [18] Ini peningkatan
yang dramatis dalam keragaman ditandai dengan periodik, kerugian besar keragaman
diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.[18] Sebuah kerugian yang signifikan terjadi ketika
hutan hujan runtuh pada Karbon.[3] Yang terburuk adalah kepunahan Permo-Trias, 251 juta tahun
lalu. Vertebrata butuh waktu 30 juta tahun untuk pulih dari acara ini. [4]
Catatan fosil menunjukkan bahwa beberapa juta tahun terakhir menampilkan keanekaragaman
hayati terbesar dalam sejarah.[18] Namun, tidak semua ilmuwan mendukung pandangan ini,
karena ada ketidakpastian seberapa kuat catatan fosil bias oleh ketersediaan yang lebih besar
dan pelestarian bagian geologi terakhir. Beberapa ilmuwan percaya bahwa artefak dikoreksi
untuk sampling, keanekaragaman hayati modern tidak mungkin jauh berbeda dari
keanekaragaman hayati 300 juta tahun yang lalu,.[30] sedangkan yang lain menganggap catatan
fosil cukup mencerminkan diversifikasi kehidupan.[18] Perkiraan keragaman spesies makroskopik
global yang bervariasi 2.000.000-100000000, dengan perkiraan terbaik dari suatu tempat di
dekat 13-14 juta, sebagian besar arthropoda s.[31] Keanekaragaman tampaknya meningkatkan
terus-menerus tanpa adanya seleksi alam.[32]
Evolusi diversifikasi[sunting | sunting sumber]
Keberadaan "daya dukung global", membatasi jumlah kehidupan yang dapat hidup sekaligus,
diperdebatkan, seperti pertanyaan apakah seperti batas juga akan membatasi jumlah spesies.
Sementara catatan hidup di laut menunjukkan pola pertumbuhan logistik, kehidupan di tanah
(serangga, tanaman dan tetrapoda) menunjukkan kenaikan eksponensial dalam keragaman.
Sebagai salah satu penulis menyatakan, "Tetrapoda belum menyerang 64 persen dari mode
potensial dihuni, dan bisa jadi bahwa tanpa pengaruh manusia keragaman ekologi dan
taksonomi dari tetrapoda akan terus meningkat dengan cara yang eksponensial sampai
sebagian atau seluruh ecospace tersedia diisi ".[18]
Di sisi lain, perubahan melalui Fanerozoikum berkorelasi lebih baik dengan model hiperbolik
(banyak digunakan dalam biologi populasi, demografi dan macrosociology, serta
keanekaragaman hayati fosil) dibandingkan dengan model eksponensial dan logistik. Model
yang terakhir menyiratkan bahwa perubahan dalam keragaman dipandu oleh orde pertama
umpan balik positif (nenek moyang lebih, lebih banyak keturunan) dan / atau umpan balik negatif
yang timbul dari keterbatasan sumber daya. Model hiperbolik menyiratkan orde kedua umpan
balik positif. Pola hiperbolik pertumbuhan penduduk dunia muncul dari umpan balik orde kedua
positif antara ukuran populasi dan laju pertumbuhan teknologi.[33] Karakter hiperbolik
pertumbuhan keanekaragaman hayati dapat juga dicatat oleh umpan balik antara keragaman
dan kompleksitas struktur komunitas. Kesamaan antara kurva keanekaragaman hayati dan
populasi manusia mungkin berasal dari fakta bahwa keduanya berasal dari campur tangan
kecenderungan hiperbolik dengan dinamika siklus dan stokastik.[33][34]
Ahli biologi setuju bagaimanapun bahwa periode sejak munculnya manusia adalah bagian dari
kepunahan massa baru, yang disebut peristiwa kepunahan Holocene, terutama disebabkan oleh
manusia mengalami dampak terhadap lingkungan. [35] Telah dikemukakan bahwa tingkat
sekarang dari kepunahan cukup untuk menghilangkan spesies yang paling di planet bumi dalam
100 tahun.[36]
Spesies baru ditemukan secara teratur (rata-rata antara 5-10,000 spesies baru setiap tahun,
kebanyakan dari mereka serangga s) dan banyak, meskipun ditemukan, belum diklasifikasikan
(perkiraan adalah bahwa hampir 90% dari semua arthropoda s belum diklasifikasikan).
[31]
Sebagian besar keanekaragaman terestrial ditemukan di hutan tropis s.
Keanekaragaman hayati mendukung jasa ekosistem termasuk kualitas udara, [37] iklim
(misalnya, CO2 penyerapan), pemurnian air, penyerbukan, dan pencegahan erosi.[37]
Sejak zaman batu, spesies rugi telah dipercepat di atas tingkat sebelumnya, didorong oleh
aktivitas manusia. Perkiraan kerugian spesies pada tingkat 100-10,000 kali lebih cepat seperti
yang khas dalam catatan fosil.[38]
Non-material manfaat termasuk nilai-nilai spiritual dan estetika, sistem pengetahuan dan nilai
pendidikan.[38]
Keanekaragaman tanaman membantu pemulihan ketika kultivar dominan diserang oleh penyakit
atau predator:
Wabah Kelaparan Besar Irlandia tahun 1846 akibat matinya tanaman kentang
merupakan faktor utama dalam kematian satu juta orang dan emigrasi jutaan lainnya. Hal ini
diakibatkan oleh penanaman varietas kentang yang hanya dua kultivar, yang keduanya
rentan terhadap wabah tersebut.
Ketika rice grassy stunt virus melanda sawah di Indonesia dan India pada tahun 1970an,
6.273 varietas diuji ketahanannya.[39]Hanya satu yang tahan, yaitu varietas India, dan telah
dikenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1966. [39] Varietas ini membentuk hibrida
dengan varietas lainnya dan sekarang banyak ditanam. [39]
Hemileia vastatrix menyerang perkebunan kopi di Sri Lanka, Brasil, dan Amerika Tengah
pada tahun 1970an. Berbagai varietas yang tahan virus tersebut ditemukan di Ethiopia. [40]
Monokultur adalah faktor yang berkontribusi terhadap bencana pertanian, termasuk runtuhnya
industri anggur Eropa di akhir abad 19, dan epidemi leaf blight pada jagung di Amerika Serikat
bagian selatan pada tahun 1970.[41]
Meskipun sekitar 80 persen dari pasokan makanan manusia berasal dari 20 jenis tanaman saja,
[butuh rujukan]
manusia menggunakan setidaknya 40.000 spesies. [butuh rujukan] Banyak orang tergantung
pada spesies ini untuk makanan, tempat tinggal, dan pakaian. [butuh rujukan] Keanekaragaman hayati
bumi yang masih hidup menyediakan sumber daya untuk meningkatkan berbagai makanan dan
produk lainnya yang cocok untuk digunakan manusia, meski laju kepunahan memperkecil
potensi tersebut.[36]
Kesehatan Manusia[sunting | sunting sumber]
Kanopi hutan beragam di Pulau Barro Colorado, Panama, menghasilkan tampilan ini buah yang berbeda
Relevansi keanekaragaman hayati untuk kesehatan manusia menjadi isu politik internasional,
sebagai bukti ilmiah dibangun di atas implikasi kesehatan dunia kehilangan keanekaragaman
hayati.[42][43][44] Masalah ini terkait erat dengan isu perubahan iklim,[45] karena banyak risiko
kesehatan mengantisipasi perubahan iklim berhubungan dengan perubahan dalam
keanekaragaman hayati (misalnya perubahan pada populasi dan distribusi vektor penyakit,
kelangkaan air bersih, dampak pada pertanian keanekaragaman hayati dan sumber makanan
dll) Hal ini karena spesies yang paling mungkin adalah mereka yang hilang penyangga terhadap
penularan penyakit menular, sedangkan spesies yang masih hidup cenderung menjadi orang-
orang yang meningkatkan penularan penyakit, seperti yang dari West Nile Virus, Lyme penyakit
dan hantavirus, menurut sebuah penelitian yang dilakukan bersama -ditulis oleh Felicia Keesing,
dan ekologi di Bard College, dan Drew Harvell, associate director untuk Lingkungan dari Pusat
Atkinson untuk Masa Depan yang Berkelanjutan (ACSF) di Cornell University. [46]
Meningkatnya permintaan dan kurangnya air minum di planet ini merupakan tantangan
tambahan bagi masa depan kesehatan manusia. Sebagian, masalahnya terletak pada
keberhasilan pemasok air untuk meningkatkan pasokan, dan kegagalan kelompok
mempromosikan pelestarian sumber daya air.[47] Sementara distribusi kenaikan air bersih, di
beberapa bagian dunia tetap tidak setara. Menurut 2008 World Lembar Data Penduduk, hanya
62% dari negara-negara berkembang dapat mengakses air bersih. [48]
Beberapa masalah kesehatan dipengaruhi oleh keanekaragaman hayati meliputi kesehatan dan
keamanan makanan gizi, penyakit menular, ilmu kedokteran dan sumber daya obat, sosial dan
kesehatan psikologis.[49] Keanekaragaman hayati juga dikenal memiliki peranan penting dalam
mengurangi risiko bencana, dan pasca-bencana dan upaya pemulihan. [50][51]
Banyak bahan industri berasal langsung dari sumber biologis. Ini termasuk bahan bangunan,
serat, pewarna, karet dan minyak. Keanekaragaman hayati juga penting untuk keamanan
sumber daya seperti air, kayu, kertas, serat, dan makanan. [59][60][61] Akibatnya, hilangnya
keanekaragaman hayati merupakan faktor risiko yang signifikan dalam pengembangan bisnis
dan ancaman bagi keberlanjutan ekonomi jangka panjang. [62]
Keanekaragaman Hayati kegiatan rekreasi memperkaya seperti hiking, mengamati burung atau
belajar sejarah alam. Keanekaragaman Hayati mengilhami s musisi, pelukis, pemahat,
sastrawan dan seniman lainnya. Banyak kebudayaan melihat diri mereka sebagai bagian
integral dari alam yang mengharuskan mereka untuk menghormati organisme hidup lainnya.
Kegiatan populer seperti berkebun, fishkeeping dan spesimen mengumpulkan sangat tergantung
pada keanekaragaman hayati. Jumlah spesies terlibat dalam kegiatan tersebut di puluhan ribu,
meskipun sebagian besar tidak masuk commerce.
Hubungan antara daerah alam asli dari hewan-hewan ini sering eksotis dan tanaman dan
kolektor komersial, pemasok, peternak, dai dan mereka yang mempromosikan pemahaman dan
kenikmatan yang kompleks dan kurang dipahami. Masyarakat umum respon yang baik terhadap
paparan organisme langka dan tidak biasa, yang mencerminkan nilai yang melekat mereka.
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa keanekaragaman hayati memiliki nilai estetika dan
spiritual intrinsik untuk umat manusia itu sendiri. Ide ini dapat digunakan sebagai penyeimbang
dengan anggapan bahwa hutan tropis dan ekologi alam lain hanya layak konservasi karena
layanan yang mereka sediakan.[butuh rujukan]
Keanekaragaman hayati mendukung jasa ekosistem banyak yang seringkali tidak mudah
terlihat. Hal ini memainkan peranan dalam mengatur kimia atmosfer kita dan pasokan air.
Keanekaragaman hayati secara langsung terlibat dalam pemurnian air, daur ulang s nutrisi dan
memberikan tanah yang subur. Percobaan dengan lingkungan yang dikendalikan telah
menunjukkan bahwa manusia tidak dapat dengan mudah membangun ekosistem untuk
mendukung kebutuhan manusia;. Misalnya penyerbukan serangga tidak dapat menirukan, dan
bahwa aktivitas sendiri merupakan puluhan miliar dolar dalam jasa ekosistem per tahun kepada
umat manusia[butuh rujukan]
Simulasi Daisyworld, didukung oleh bukti dari penelitian ilmiah, telah terbukti positif co-hubungan
keanekaragaman hayati dengan stabilitas ekosistem, melindungi terhadap gangguan oleh cuaca
ekstrim atau eksploitasi manusia.[63]
Menurut Initiative Taksonomi global [64] dan Institut Eropa Distributed dari Taksonomi,
jumlah total spesies untuk beberapa filum mungkin jauh lebih tinggi dari apa yang dikenal pada
tahun 2010:
10-30000000 s serangga; [65] (dari beberapa 0,9 juta yang kita kenal sekarang) [66]
1,5 juta jamur, (dari beberapa 0.075.000 yang kita kenal sekarang) [68]
Jumlah spesies mikroba tidak andal diketahui, tetapi Ekspedisi Ocean Global Sampling
secara dramatis meningkatkan perkiraan keragaman genetik dengan mengidentifikasi
sejumlah besar gen baru dari dekat-permukaan sampel plankton di lokasi laut berbagai,
awalnya selama periode 2004-2006.[70] Temuan akhirnya dapat menyebabkan perubahan
signifikan dalam cara ilmu mendefinisikan spesies dan kategori taksonomi lainnya.[71][72]
Karena laju kepunahan telah meningkat, banyak spesies yang tersisa mungkin menjadi punah
sebelum mereka digambarkan.[73]
Selama abad terakhir, penurunan keanekaragaman hayati telah semakin diamati. Pada tahun
2007, Federal Jerman Menteri Lingkungan Sigmar Gabriel dikutip memperkirakan bahwa sampai
30% dari semua spesies akan punah pada tahun 2050. [75] Dari jumlah tersebut, sekitar
seperdelapan jenis tumbuhan dikenal terancam punah. [76] Perkiraan mencapai setinggi 140.000
spesies per tahun (berdasarkan Spesies-area teori). [77] Angka ini menunjukkan praktik-praktik
ekologi yang tidak berkelanjutan, karena beberapa spesies muncul setiap tahun. [butuh rujukan] Hampir
semua ilmuwan mengakui bahwa laju kehilangan spesies lebih besar sekarang daripada setiap
saat dalam sejarah manusia, dengan kepunahan terjadi pada tingkat ratusan kali lebih tinggi dari
tingkat kepunahan latar belakang.[76] Pada 2012, beberapa studi menunjukkan bahwa 25% dari
semua spesies mamalia bisa punah dalam 20 tahun. [78]
Deforestasi dan meningkatkan pembangunan jalan di Amazon Rainforest menjadi keprihatinan yang
signifikan karena perambahan manusia meningkat pada daerah liar, peningkatan ekstraksi sumberdaya
dan ancaman lebih lanjut untuk keanekaragaman hayati.
Habitat ukuran dan jumlah spesies secara sistematis terkait. Spesies secara fisik lebih besar dan
mereka yang tinggal di lintang rendah atau di hutan atau lautan lebih sensitif terhadap
pengurangan di daerah habitat.[85] Konversi ke "sepele" ekosistem standar (misalnya, monokultur
berikut deforestasi) secara efektif menghancurkan habitat spesies yang lebih beragam yang
mendahului konversi. Di beberapa negara tidak memiliki hak milik atau hukum longgar /
penegakan peraturan selalu menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati (biaya degradasi
harus didukung oleh masyarakat).[butuh rujukan]
Sebuah studi 2007 yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan bahwa
keanekaragaman hayati dan keanekaragaman genetik kodependen-bahwa keragaman di antara
spesies membutuhkan keanekaragaman dalam satu spesies, dan sebaliknya. "Jika salah satu
jenis dihapus dari sistem, siklus dapat mengurai, dan masyarakat menjadi didominasi oleh satu
spesies." [86] Saat ini, sebagian besar ekosistem yang terancam ditemukan di air tawar, menurut
Millennium Ecosystem, Penilaian 2005 yang dikonfirmasikan oleh "Penilaian Air Tawar Hewan
Ika", yang diselenggarakan oleh platform keanekaragaman hayati, dan Institut Prancis de pour le
Dveloppement halus (MNHNP ).[87]
Co-kepunahan adalah bentuk kerusakan habitat. Co-kepunahan terjadi ketika kepunahan atau
penurunan satu menyertai lainnya, seperti pada tanaman dan serangga. [88]
Pria Lophura nycthemera (Silver Pheasant), yang berasal dari Asia Timur yang telah diperkenalkan ke
bagian Eropa karena alasan hias
Hambatan seperti sungai besar, laut s, lautan, gunung dan gurun mendorong keragaman
dengan memungkinkan evolusi independen di kedua sisi penghalang. Spesies invasif terjadi
ketika hambatan yang kabur. Tanpa hambatan spesies tersebut menempati relung baru, secara
substansial mengurangi keanekaragaman. Berulang kali manusia telah membantu spesies
menghindari hambatan-hambatan ini, memperkenalkan mereka untuk makanan dan keperluan
lainnya. Hal ini terjadi pada skala waktu yang jauh lebih pendek dari ribuan tahun yang secara
historis telah diperlukan untuk suatu spesies untuk memperpanjang jangkauan.
Tidak semua spesies dikenali adalah invasif, dan tidak semua spesies invasif sengaja
diperkenalkan. Dalam kasus seperti kerang zebra, invasi AS saluran air itu tidak disengaja.
Dalam kasus lain, seperti luwak di Hawaii, pendahuluan disengaja tetapi tidak efektif (tikus
malam s tidak rentan terhadap luwak diurnal). Dalam kasus lain, seperti minyak sawit di
Indonesia dan Malaysia, pendahuluan menghasilkan manfaat ekonomi yang besar, tetapi
imbalan tersebut disertai dengan konsekuensi yang tidak diinginkan mahal.
Akhirnya, sebuah spesies dikenali tidak sengaja dapat melukai spesies yang tergantung pada
spesies yang digantikannya. Di Belgia, spinosa Prunus dari Eropa Timur daun lebih cepat
daripada rekan-rekan Baratnya Eropa, mengganggu kebiasaan makan Tekla betulae kupu-kupu
(yang feed pada daun). Memperkenalkan spesies baru sering membuat spesies endemik lokal
dan lainnya kalah bersaing dengan spesies eksotis dan tidak mampu bertahan hidup. Organisme
eksotis mungkin predator s, parasit s, atau mungkin hanya outcompete spesies asli untuk nutrisi,
air dan cahaya.
Saat ini, beberapa negara telah mengimpor begitu banyak spesies eksotik, terutama pertanian
dan tanaman hias, bahwa fauna mereka sendiri adat / flora yang mungkin kalah jumlah.
Spesies endemik dapat terancam punah [89] melalui proses pencemaran genetik,
yaitu hibridisasi yang tidak terkontrol, introgresi dan genetik swamping. Polusi genetik
menyebabkan homogenisasi atau penggantian genom lokal sebagai akibat dari baik numerik
keuntungan dan / atau kesesuaian dari suatu spesies dikenali.[90] Hibridisasi dan introgresi
adalah efek samping dari pengenalan dan invasi. Fenomena ini dapat sangat merugikan spesies
langka yang bersentuhan dengan yang lebih berlimpah. Spesies yang berlimpah dapat kawin
silang dengan spesies langka, membanjiri kolam gen. Masalah ini tidak selalu jelas dari
morfologi (penampilan luar) pengamatan saja. Beberapa tingkat aliran gen adalah adaptasi
normal, dan tidak semua konstelasi gen dan genotipe dapat dilestarikan. Namun, hibridisasi
dengan atau tanpa introgresi mungkin, namun, mengancam keberadaan spesies langka '. [91][92]
Eksploitasi berlebihan terjadi ketika sumber daya yang dikonsumsi pada tingkat yang tidak
berkelanjutan. Hal ini terjadi di darat dalam bentuk overhunting, penebangan
berlebihan, konservasi tanah yang buruk di bidang pertanian dan perdagangan satwa liar ilegal.
Joe Walston, direktur program Asia Wildlife Conservation Society, yang disebut terakhir ini
"ancaman terbesar" bagi keanekaragaman hayati di Asia. Hasil penelitian Dr. Anton Muhibuddin,
seorang peneliti keragaman hayati jamur dari Universitas Brawijaya, Malang-Indonesia
menunjukkan bahwa eksploitasi berlebihan pada tanah pertanian mengakibatkan menurunnya
keragaman jamur filoplane/ jamur yang diperoleh dari permukaan daun tanaman kangkung
sebagai berikut: 1.Jamur filoplan yang didapat di lahan organik dan konvensional yaitu
Acremonium sp., Aspergillus sp, Botrytis sp., Cephalosporium sp., Cladosporium sp.,
Colletotrichum sp., Curvularia sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Mucor sp., Mycothypa sp.,
Nigrospora sp., Penicillium sp., Pestalotia sp., Syncephalastrum sp., Trichoderma sp. dan
beberapa jamur yang tidak teridentifikasi. 2. Terdapat jamur yang hanya terdapat pada pertanian
organik yakni Botrytis sp., Mycothypa sp. dan Nigrospora sp.. Jamur yang hanya ada pada
pertanian konvensional yakni Fusarium sp. dan Trichoderma sp. 3. Indeks keanekaragaman
lahan organik (1,06920) dan konvensional (1,00075) termasuk dalam kategori keanekaragaman
sedang dengan penyebaran sedang di alam. Indeks Keseragamannya tinggi yakni pada lahan
organik 0,90911 dan konvensional 0,89838 artinya persebaran jamur dengan jenis sama
tersebar pada permukaan daun. 4. Indeks Dominasi pada lahan organik lebih rendah daripada
lahan konvensional yaitu 0,1032 dan 0,1275, semakin rendah indeks dominasi maka semakin
rendah dominasi jamur filoplan terhadap jamur filoplan yang lain. Jamur filoplan yang
mendominasi adalah dari genus Penicillium sp. dan Aspergillus sp. yang berperan sebagai
dekomposer dan pengurai fosfat dalam tanah. [93] Perdagangan internasional satwa
langka adalah yang kedua dalam ukuran hanya untuk perdagangan narkoba. [94]
Sekitar 25% dari perikanan dunia sekarang overfished ke titik di mana biomassa mereka saat ini
kurang dari tingkat yang memaksimalkan kelestarian hasil mereka.[95]
Gandum Yecoro (kanan) kultivar peka terhadap salinitas, tanaman yang dihasilkan dari persilangan hibrida
dengan kultivar W4910 (kiri) menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap salinitas tinggi
Erosi genetik ditambah dengan polusi genetik dapat menghancurkan genotipe unik, sehingga
menciptakan krisis tersembunyi yang bisa mengakibatkan ancaman berat terhadap ketahanan
pangan manusia. Materi genetik yang beragam bisa tidak ada lagi yang akan mempengaruhi
kemampuan manusia untuk lebih menghibridisasi tanaman pangan dan ternak terhadap penyakit
dan perubahan iklim.[97]
Beruang kutub di es laut dari Samudra Arktik, dekat Kutub Utara. Perubahan iklim telah mulai
mempengaruhi populasi beruang.
Pemanasan global juga dianggap menjadi ancaman besar bagi keanekaragaman hayati global.
[103]
Misalnya terumbu karang-yang-hotspot keanekaragaman hayati akan hilang dalam 20
sampai 40 tahun jika pemanasan global berlanjut pada tren saat ini. [104]
Pada tahun 2004, sebuah studi kolaboratif internasional di empat benua diperkirakan bahwa 10
persen spesies akan punah pada tahun 2050 karena pemanasan global. "Kita harus membatasi
perubahan iklim atau kita angin dengan banyak spesies dalam kesulitan, mungkin punah," kata
Dr Lee Hana, seorang penulis dari kertas dan biologi perubahan iklim kepala di Pusat Ilmu
Keanekaragaman Hayati Terapan di Konservasi Internasional. [105]
Dari 1950 hingga 2011, populasi dunia meningkat 2500000000-7000000000 dan diperkirakan
akan mencapai dataran tinggi lebih dari 9 miliar selama abad 21.[106] Sir David King, penasihat
ilmiah mantan kepala ke pemerintah Inggris, mengatakan dalam penyelidikan parlemen: "Ini
adalah jelas bahwa pertumbuhan besar dalam populasi manusia melalui abad ke-20 telah
memiliki dampak yang lebih pada keanekaragaman hayati dari faktor apa pun lainnya." [107][108]
Mundur dari Aletsch Glacier di Pegunungan Alpen Swiss (situasi pada tahun 1979, 1991 dan 2002), akibat
pemanasan global.
Konservasi biologi jatuh tempo pada pertengahan abad ke-20 sebagai ekologi, naturalis, dan
ilmuwan lain mulai isu penelitian dan alamat yang berkaitan dengan penurunan
keanekaragaman hayati global.[116][117][118]
Etika konservasi pendukung pengelolaan s sumber daya alam untuk tujuan mempertahankan
keanekaragaman hayati dalam spesies, ekosistem, proses evolusi, dan budaya manusia dan
masyarakat.[109][116][118][119][120]
Biologi konservasi reformasi sekitar rencana strategis untuk melindungi keanekaragaman hayati.
[116][121][122]
Melestarikan keanekaragaman hayati global merupakan prioritas dalam rencana
konservasi strategis yang dirancang untuk melakukan kebijakan publik dan keprihatinan
mempengaruhi skala lokal, regional dan global masyarakat, ekosistem, dan budaya. [123] Rencana
aksi mengidentifikasi cara mempertahankan kesejahteraan manusia, menggunakan modal alam,
pasar modal, dan jasa ekosistem.[124][125]
Sebagai populasi berkelanjutan dari spesies asli yang tersisa di suatu daerah menjadi terjamin,
"hilang" spesies yang adalah kandidat untuk reintroduksi dapat diidentifikasi dengan
menggunakan database seperti Encyclopedia of Life dan Fasilitas Keanekaragaman Hayati
Informasi Global.
Gene bank milik adalah koleksi spesimen dan bahan genetik. Beberapa bank bermaksud
untuk memperkenalkan kembali spesies miring terhadap ekosistem (misalnya melalui
pembibitan pohon).[128]
Pengurangan dan lebih baik menargetkan pestisida memungkinkan lebih banyak spesies
untuk bertahan hidup di daerah pertanian dan urban.
Fokus pada area terbatas keanekaragaman hayati potensial yang lebih tinggi menjanjikan
segera kembali lebih besar atas investasi dari penyebaran sumber daya secara merata atau
dengan fokus pada bidang keanekaragaman sedikit tetapi kepentingan yang lebih besar dalam
keanekaragaman hayati.
Strategi kedua berfokus pada daerah yang mempertahankan sebagian besar keragaman asli
mereka, yang biasanya membutuhkan restorasi sedikit atau tidak ada. Ini biasanya non-urban,
non-pertanian daerah. Daerah tropis sering cocok kedua kriteria, mengingat keanekaragaman
mereka native tinggi dan relatif kurangnya pembangunan. [129]
Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (1992) dan Protokol Cartagena tentang
Keamanan Hayati;
Prinsip Kedaulatan dapat mengandalkan pada apa yang lebih dikenal sebagai Akses dan
Pembagian Manfaat Perjanjian (ABAS). Konvensi Keanekaragaman Hayati menyiratkan
persetujuan antara negara sumber dan kolektor, untuk membangun sumber daya yang akan
digunakan dan untuk apa, dan untuk menyelesaikan perjanjian wajar pada pembagian
keuntungan.
Undang-Undang tentang spesies lebih baru. Ini mendefinisikan spesies yang harus
dilindungi karena mereka mungkin terancam punah. AS Endangered Species Act adalah
contoh dari upaya untuk mengatasi "hukum dan spesies" masalah.
Hukum mengenai kolam gen hanya sekitar seabad lamanya. [butuh rujukan] Domestikasi dan
metode pemuliaan tanaman bukanlah hal baru, namun kemajuan dalam rekayasa
genetik telah menyebabkan undang-undang ketat meliputi distribusi organisme rekayasa
genetika, gen paten dan paten proses.[130] Pemerintah berjuang untuk memutuskan apakah
akan fokus pada misalnya, gen, genom, atau organisme dan spesies. [butuh rujukan]
Seragam persetujuan untuk penggunaan keanekaragaman hayati sebagai standar hukum belum
tercapai, namun. Bosselman berpendapat bahwa keanekaragaman hayati tidak boleh digunakan
sebagai standar hukum, mengklaim bahwa daerah sisa ketidakpastian ilmiah menyebabkan
limbah administratif tidak dapat diterima dan litigasi meningkat tanpa mempromosikan tujuan
pelestarian.[131]
Kurang dari 1% dari semua spesies yang telah dijelaskan telah diteliti lebih dari sekadar
mencatat keberadaan mereka.[132] Sebagian besar spesies bumi adalah mikroba. Kontemporer
keanekaragaman hayati fisika "tegas terpaku pada dunia terlihat [makroskopik]". [133] Sebagai
contoh, kehidupan mikroba secara metabolik dan lingkungan lebih beragam dari kehidupan
multisel (lihat misalnya, extremophile). "Di pohon kehidupan, didasarkan pada analisis kecil-
subunit RNA ribosom, hidup terlihat terdiri dari ranting hampir tak terlihat. Hubungan terbalik dari
ukuran dan populasi berulang lebih tinggi pada tangga evolusi "ke pendekatan pertama, semua
spesies multisel di Bumi adalah serangga".[134] Tingkat kepunahan Serangga yang tinggi
mendukung hipotesis kepunahan Holocene.
TERBITAN SAYA PERTAMAKALINYA DI JURNAL..PERJANJIAN INTERNASIONAL BIDANG LH..
Feb 27
BIODIVERSITY & INTERNATIONAL LAW
UncategorizedAdd comments
Keanekaragaman Hayati Dalam Perkembangan Hukum Lingkungan Internasional
Andreas Pramudianto,SH
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati merupakan salah satu potensi kekayaan sumberdaya alam hayati yang pada saat ini
menjadi masalah yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan potensi keanekaragaman hayati merupakan salah
satu pendorong bagi berkembangnya bioteknologi.
Kekayaan sumberdaya alam hayati ini tergolong yang dapat diperbaharui (Renewable Resources), sehingga
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara terus menerus sebagai salah satu komponen aset pembangunan
suatu negara. Namun banyak negara belum melihat potensi yang patut dikembangkan ini sebagai aset yang
bermanfaat
dan berguna bagi peningkatan ekonomi suatu negara. Karena diabaikannya dalam keikutsertaan sebagai bagian
dari konsep pembangunan nasional di banyak negara, tingkat penurunan dan perusakan keanekaragaman
hayati meningkat tajam.
Di lain pihak, beberapa negara sudah mulai memanfaatkan keanekaragaman hayati ini. Tapi hanya sebagian
kecil saja yang berhasil karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya seperti : keterbatasan riset, teknologi
yang belum memadai, dana yang belum diprioritaskan dan beberapa masalah lainnya. Keadaan ini menimbulkan
keinginan negara-negara di dunia untuk meningkatkan kerjasama internasional. Tujuan kerjasama ini tidak hanya
untuk memanfaatkan serta mengembangkan keanekaragaman hayati sebagai suatu kekayaan dunia, akan tetapi
juga melakukan tindakan konservasi agar tidak mengalami degradasi yang cepat. Dan hal yang terpenting
adalah diterapkannya konsep sustainable use yaitu penggunaan berkelanjutan terhadap sumber genetika
keanekaragaman hayati ini yang akan diwariskan pada generasi mendatang.
Ada tiga hal yang merupakan pokok utama dari perlunya suatu konservasi terhadap keanekaragaman hayati
yaitu : pentingnya dalam peran pembangunan berkelanjutan (sustainable development), memiliki fungsi yang
penting dalam biosfere dan kepentingan kehidupan umat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Konsep hukum mengenai keanekaragaman hayati semakin tegas ketika dalam KTT Bumi 1992 (Earth Summit
92) telah berhasil direalisasikan menjadi produk hukum internasional dalam bentuk konvensi internasional.
Perkembangan baru ini masih belum selesai, karena konvensi ini masih harus diratifikasi minimal 30 negara
penandatangan yang merupakan syarat berlakunya konvensi ini. Baru pada tanggal 29 Desember 1993,
Mongolia menjadi negara ke 30 yang meratifikasi konvensi ini sehingga menjadi produk hukum internasional
yang berlaku secara efektif (enter into force).
Keanekaragaman hayati (Biodiversity) dapat dikatakan sebagai suatu variasi atau perbedaan yang ada pada
organisme-organisme hidup dan lingkungan ekologi. Karena adanya variasi maka sering dikatakan
sebagai jumlah jenis yang ada. Maka makin besar jumlah jenis, makin tinggi tingkat keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati juga dapat dikatakan sebagai suatu istilah yang menekankan pada semua jenis spesies
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme juga dengan ekosistimnya dimana mereka merupakan bagian yang tak
terpisahkan, termasuk jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies dan gen yang saling berkaitan. Namun ini
semua, menurut Burhenne sebenarnya menyangkut 3 hal yang penting yaitu :
Terbentuk oleh adanya kesesuaian kandungan genetika yang mengatur sifat dari kebakaan dengan lingkungan
terhadap anggota jenis yang sama yang dalam hal ini memiliki kerangka dasar, komponen genetika khususnya
kromosom yang sama.
Merupakan suatu kesatuan lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik, faktor fisik (iklim, tanah dan air) dan
faktor kimia (keasaman) yang saling berinteraksi.
a. Ekosistem bahari
b. Ekosistem darat
Terdiri dari vegetasi dataran rendah, vegetasi pegunungan dan vegetasi munson.
Setiap kerangka dasar komponen genetika tersusun ribuan faktor kebakaan keturunan. Satu faktor pengatur
kebakaan disebut gen, suatu lingkungan yang memuat tumbuhan yang liar/sudah didomestikasi.
Konsep keanekaragaman hayati diatas, masih merupakan konsep dasar yang selama ini diketahui oleh para
pakar. Sehingga konsep ini sering digunakan dan merupakan konsep yang berlaku umum. Hal yang diperhatikan
adalah keterkaitan konsep ini dengan konsep lain seperti lahirnya jenis baru terjadi melalui proses evolusi
dengan terus menerus. Apabila laju terjadinya jenis baru lebih besar daripada laju kepunahan, jumlah jenis
bertambah maka keanekaragaman hayatipun naik. Hal yang sebaliknya akan terjadi penurunan.
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang terdapat dalam sumberdaya alam. Dalam hukum
internasional kekayaan sumberdaya alam sudah ada dalam konsep ini baik dalam bentuk hukum kebiasaan
maupun dalam perjanjian internasional. Beberapa pengaturan mengenai sumber-sumber kekayaan alam di laut
yang melewati batas negara telah lama diatur melalui hukum perjanjian. Namun beberapa perjanjian yang telah
disetujui oleh beberapa negara masih merupakan hukum internasional khusus atau hukum internasional regional
seperti : Konvensi Internasional mengenai Ikan Paus ( International Convention for the Regulation of
Whaling) yang berlaku pada tanggal 10 November 1948, Konvensi Jenewa mengenai perikanan (Convention on
Fishing and Conservation for Living Resources of The High Seas) yang berlaku pada tanggal 20 Maret 1966,
Konvensi mengenai perikanan di Laut Hitam (Convention Concerning Fishing in The Black Sea) yang
ditandatangani 7 Juli 1959. Konvensi mengenai sumberdaya alam yang berada di daratan telah diatur pula
dalam hukum perjanjian internasional seperti: Konvensi Internasional mengenai Lahan Basah (Convention of
Wetlands of International Important,Especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani pada tanggal 2
Februari 1971.
Konvensi internasional maupun beberapa hukum kebiasaan internasional yang berlaku pada waktu itu,
nampaknya bertujuan untuk melindungi kekayaan sumberdaya alam yang ada di muka bumi ini, khususnya
spesies tertentu. Dengan dilindunginya spesies tersebut dari ancaman kepunahan maka tingkat
keanekaragaman hayati minimal dapat dipertahankan dari ancaman kepunahan.
Ternyata meningkatnya pembangunan di berbagai negara serta makin berkurangnya lahan tempat
tinggal (habitat) hewan serta tumbuhan telah menimbulkan konsekuensi adanya krisis keanekaragaman hayati.
Menurunnya jumlah spesies hingga kepunahan yang serius dari spesies jenis tertentu telah menuntut adanya
upaya mengatasi hal ini. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam kerangka ilmiah saja tapi harus melalui suatu
kerangka politik dan kerjasama internasional yang bersifat luas. Konperensi PBB mengenai Lingkungan Hidup
Manusia tahun 1972 yang mengeluarkan Deklarasi Stockhlom sebagai landasan global untuk kemudian
menghasilkan beberapa tindakan-tindakan yang perlu untuk mengatasi timbulnya degradasi lingkungan.
Tindakan yang paling penting dilaksanakan adalah para pihak diharuskan mulai mengaitkan masalah lingkungan
kedalam program pembangunan nasionalnya. Dengan adanya tindakan ini maka masalah lingkungan kini
menjadi masalah politik bagi suatu negara. Dalam konperensi ini juga dinyatakan bahwa sumberdaya alam
hayati yang merupakan bagian eksklusif dari suatu negara, adalah juga merupakan bagian dari dunia. Tema
konperensi yaitu One Earth One Man adalah merupakan upaya kampanye menyelamatkan bumi dari
kehancuran yang lebih parah. Akhirnya, untuk melaksanakan semua kegiatan ini para pihak peserta konperensi
telah menyetujui pendirian United Nations Environment Programme (UNEP)
Setelah dilaksanakannya konperensi ini, menipisnya sumberdaya alam khususnya krisis keanekaragaman hayati
justru semakin cepat. Untuk mengatasi hal ini maka UNEP bersama WWF (World Wildlife Fund) telah
menugaskan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources Sekarang: The World
Conservation Union) untuk mengembangkan pemikiran dasar mengenai upaya konservasi. Usaha ini pada
akhirnya berhasil menghasilkan suatu dokumen yang dinamakan World Conservation Startegy. Di lain pihak,
pada tanggal 29 Oktober 1982 Majelis Umum PBB telah mengadopsi World Charter for Nature. Pada tahun 1983
dalam sidang Majelis Umum PBB telah disetujui pembentukan the World Commission on Environment and
Development atau Komisi Dunia mengenai Lingkungan dan Pembangunan yang juga dikenal dikenal sebagai
Komisi Bruntland, karena diketuai oleh Gro Harlem Brundtland (PM Norwegia). Komisi ini memiliki keanggotaan
dari berbagai tokoh yang memiliki reputasi internasional baik dari negara utara maupun selatan. Dalam
laporannya, komisi ini menyebutkan bahwa tingkat kepunahan spesies sudah sangat tinggi. Karena itu perlu
diambil tindakan-tindakan yang penting.
Upaya diatas nampaknya masih belum mencapai hasil yang memadai. Kemajuan teknologi di negara-negara
utara yang ternyata telah berhasil memanfaatkan keanekaragaman hayati, membuat negara-negara selatan
mulai memperhatikan masalah ini secara sungguh-sungguh. Walaupun diakui bahwa penggunaan bahan-bahan
plasma nuftah sudah dipakai di negara-negara selatan sejak lama namun caranya masih bersifat tradisionil atau
hanya menggunakan teknologi yang sederhana.
Untuk mengurangi hilangnya berbagai plasma nuftah yang ada, maka para ahli, wakil-wakil negara, industri
maupun LSM internasional dengan melalui Perserikatan Bangsa-bangsa telah membentuk suatu rancangan
konvensi mengenai keanekaragaman hayati. Rancangan Konvensi ini kemudian diajukan dalam Konperensi
PBB mengenai Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conferences Environment and
Development) atau yang dikenal sebagai KTT Bumi 1992 yang pada akhirnya ditandatangani oleh lebih dari 150
kepala negara dan kepala pemerintahan.
Konvensi keanekaragaman hayati merupakan konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa yang ditandatangani oleh
157 kepala negara atau wakil pemerintahan pada waktu diadakannya Konperensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth
Summit). KTT Bumi dengan dukungan Perserikatan Bangsa-bangsa ini diadakan antara tanggal 3-14 Juni di kota
Rio de Janerio, Brazil. Karena itu konvensi ini dikenal dengan nama United Nations Conventions on Biological
Diversity atau Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.
Sebelum konvensi ini diajukan dalam KTT Bumi, telah diadakan 3 pertemuan penting yang membahas persiapan
konvensi ini. Ke tiga pertemuan tersebut diantaranya ada pertemuan yang bersifat tehnis dan pertemuan para
pakar yang diadakan antara bulan November 1988 dan Mei 1992. Pada tanggal 17 Juni 1987 Governing Council
mengeluarkan suatu keputusan No 14/17 yang berisi pembentukan Ad Hoc Working Group of Experts on
Biological Diversity. Dari hasil pembentukan kelompok kerja ahli, maka diadakan tiga sidang dalam masa antara
November 1988 dan Juli 1990. Melalui laporan akhir Ad Hoc Working Group of Experts, Governing Council No
15/34 tertanggal 25 Mei 1989 dibentuk Ad Hoc Working Group of Legal and Technical Experts. Kelompok kerja
yang dibentuk sementara ini memiliki kewenangan dalam merundingkan perangkat hukum internasional untuk
pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari.
a. First Session Ad Hoc Working Group of Legal and Technical Experts on Biological Diversity di Nairobi, Kenya.
Pertemuan pertama diselenggarakan antara tanggal 19 sampai dengan 23 November 1990.
b. Second Session Ad Hoc Working Group of Legal and Technical Experts on Biological Diversity di Nairobi,
Kenya antara tanggal 25 Pebruari sampai dengan 6 Maret 1991.
c. Third Session of International Negotiating Committee for a Convention on Biological Diversity di Madrid,
Spanyol. Pertemuan ini diselenggarakan pada tanggal 24 Juni sampai dengan 31 Juli 1991. Nama ini menjadi
masalah karena disebutkannya Third Session yang sebetulnya pertemuan ini pertama kali untuk membahas
rancangan hasil pertemuan di Nairobi.
Walaupun demikian sidang pada akhirnya menyetujui nama pertemuan tersebut. Dalam sidang ini disajikan dan
dibahas konsep (draft) Konvensi Keanekaragaman Hayati.
d. Fourth Session International Negotiating Committee for a Convention Biological Diversity (INC-CBD) di
Nairobi, Kenya pada tanggal 23 September sampai dengan 2 Oktober 1991.
e. Fifth Session INC-CBD di Jenewa, Swiss pada tanggal 25 November sampai dengan 4 Desember 1991.
f. Sixth Session INC-CBD di Nairobi, Kenya antara tanggal 6 sampai dengan tanggal 15 Februari 1992.
g. Sidang terakhir diadakan di Nairobi, Kenya pada tanggal 11 sampai dengan 22 Mei 1992. Pada sidang terakhir
ini disusun Nairobi Final Act of the Conference for the Adoption of the Agreed Text of the Convention on
Biological Diversity. Hampir semua negara diundang untuk berpartisipasi dalam pertemuan pengesahan teks
Konvensi yang telah disetujui. Selain negara-negara ini, ikut hadir pula Masyarakat Eropa dan beberapa badan-
badan dalam Perserikatan Bangsa-bangsa dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional sebagai
peninjau.
Sesudah pengesahan ini dikeluarkan Resolution Adopted by the Conference for the Adoption of the Agreed Text
of the Convention on Biological Diversity berjumlah 4 buah yang semuanya ini disahkan pada tanggal 22 Mei
1992. Keempat resolusi tersebut adalah :
2. International Cooperation for The Conservation of Biological Diversity and the Sustainable Use of its
Components Pending the Entry into Force of the Convention on Biological Diversity.
3. The Interrelationship between the Convention on Biological Diversity and the Promotion of Sustainable
Agriculture.
Selain itu dikeluarkan juga Declarations Made at the Time of Adoption of the Agreed Text of the Convention on
Biological Diversity, yang diantaranya berisi saran, keberatan, usul perubahan dan penyempurnaan.
Setelah berbagai persoalan yang menyangkut draft konvensi dapat dipersiapkan maka draft tersebut diajukan
dalam KTT Bumi yang kemudian ditandatangani oleh para wakil negara. Lebih dari 160 negara telah
menandatangani konvensi ini. Namun konvensi ini akan berlaku effektif setelah 90 hari dengan terpenuhinya
syarat ratifikasi. Syarat ratifikasi tersebut adalah negara ke 30 yang menandatangani konvensi ini. Pada tanggal
30 September Mongolia menjadi negara ke 30 yang menandatangani konvensi ini. Sehingga Konvensi
Keanekaragaman hayati ini berlaku efektif pada tanggal 29 Desember 1993, setelah 18 bulan sejak terbuka
untuk ditandatangani pada KTT Bumi 1992. Dibawah ini akan disebutkan negara-negara yang telah
menandatangani Konvensi ini hingga akhir Desember 1993.
Countries that have ratified the Biological Convention
============================================
Armenia Monaco
Australia Mongolia
Bahama Nauru
Barbados Nepal
Belize Norway
Canada Phillipines
China Portugal
Denmark Seychelles
Ecuador Spain
Fiji Sweden
Germany Tunisia
Guinea Uganda
Maldives Vanatau
Mauritius
Sejak Konvensi ini telah memenuhi syarat ratifikasi, beberapa negara kemudian menyusul untuk meratifikasi
konvensi ini sehingga pada akhir tahun 1993 dari daftar diatas telah 42 negara meratifikasi dengan 2 negara
melakukan acceptance dan accedance.
Pada tanggal 11-15 Oktober 1993 Intergovernmental Committee on the Convention on Biological
Diversity (ICCBD) telah mengadakan pertemuan, yang bertujuan untuk mempersiapkan pertemuan I para pihak
penandatangan konvensi. Pertemuan ini mendiskusikan kebijakan, kelembagaan serta membuat beberapa
rekomendasi.
a. Batang Tubuh
yaitu :
pendayagunaan berkelanjutan
Pasal 24 : sekretariat
Pasal 25 : badan penunjang untuk nasihat-nasihat ilmiah teknis dan teknologi
Pasal 33 : penandatangan
Pasal 35 : keikutsertaan
Pasal 37 : reservasi
Pasal 41 : depositary
b. Lampiran (Annexes)
Part II Conciliation
c. Daftar Negara Penandatangan pada masa Konferensi dari tanggal 3 sampai dengan 14 Juni 1992.
Konvensi keanekaragaman hayati ini mengatur banyak persoalan di hampir seluruh bidang seperti politik, sosial,
biologi,ekonomi, hukum, hingga masalah teknologi. Namun demikian hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
dan memperlancar operasionalisasi konvensi ini.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Bahkan Indonesia
dikatakan sebagai salah satu megabiodeversity country di dunia. Lebih dari 15 hingga 25 % total
keanekaragaman hayati ada di Indonesia. Dari jumlah tersebut Indonesia memiliki pula jenis spesies yang tidak
dimiliki oleh negara lain. Dibawah ini beberapa data penting mengenai banyaknya jenis mamalia, reptilia serta
unggas yang dimiliki oleh 10 negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.
=============================================
============================================
Data diatas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki spesies mamalia terbesar di dunia. Selain itu untuk jenis
reptil berada di urutan ke tiga dan jenis unggas khususnya burung berada di urutan ke empat. Jumlah tersebut
ternyata dari tahun ke tahun mengalami penurunan bahkan cenderung menuju kepunahan.
Kondisi alam Indonesia sangat menguntungkan bagi kehidupan beratus-ratus spesies tumbuhan dan hewan
karena iklim di wilayah ini telah membentuk berbagai tipe habitat. Banyaknya wilayah hutan tropik serta rawa-
rawa, mangrove, pantai berkarang serta jenis-jenis habitat lainnya, merupakan ciri yang jarang dimiliki negara
lain. Di bawah ini akan disajikan data mengenai beberapa tipe habitat darat yang dimilikki oleh Indonesia.
=============================================
Dari data diatas nampak bahwa tipe habitat yang terluas adalah Lowland Rainforest atau hutan yang berada di
dataran rendah. Padahal tipe habitat ini memiliki kerentanan yang sangat lemah. Tingginya risiko akibat
kerusakan sangat besar mengingat populasi manusia sebagian besar berada di dataran rendah. Proyek
pembangunan dapat merusak wilayah ini seperti peruntukkan untuk perluasan kota, jalan, daerah pemukiman
dll.
Data diatas juga menunjukkan bahwa wilayah habitat yang dilindungi hanya 6.6 % saja dari total yang ada.
Sehingga perlu diperluas areal wilayah perlindungan agar tidak semakin mengecil.
Pemerintah kolonial Belanda sejak dahulu menyadari bahwa Hindia Belanda memiliki kekayaan berbagai jenis
tumbuhan serta hewan yang unik. Karena itu mereka berusaha memanfaatkan apa yang ada di Hindia Belanda.
Namun demikian mereka tetap melakukan usaha konservasi, hanya terbatas pada jenis-jenis spesies yang
menguntungkan secara ekonomis. Usaha pemerintah kolonial Belanda dalam melakukan konservasi ini ternyata
dipengaruhi oleh gerakan konservasi di negeri Belanda.
a. Parelvisscherijz Sponsen Viscserchijz Ordonnantie, Staablaad No.157 tahun 1916. Berisi ketentuan-ketentuan
mengenai pengambilan mutiara serta bunga karang di wilayah perairan Hindia Belanda.
Berisi peraturan mengenai perikanan yang bertujuan untuk melindungi jenis dan keadaan ikan.
c. Dieren Bescharmings Ordonnantie, Staablaad No. 134 tahun 1931 yang dikenal sebagai Ordonansi
Perlindungan Binatang Liar.
d. Jacht Ordonnantie, Staablaad No. 133 tahun 1931 tentang peraturan perburuan.
e. Jacht Ordonnantie Java en Madura, Staablaad No. 733 Tahun 1939 yang dikenal dengan Undang-undang
Perburuan di Jawa dan Madura.
f. Natuur Beschamings Ordonnantie, Staatblaad No. 167 Tahun 1941 atau disebut dengan nama Ordonansi
tentang Perlindungan Alam 1941.
Setelah jaman kemerdekaan peraturan-peraturan di atas masih berlaku. Undang-undang Dasar 1945 sebagai
sumber hukum memberikan landasan hukum bagi pemanfaatan kekayaan alam bagi kepentingan seluruh rakyat
Indonesia. Pasal 33 (3) menyatakan :
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap MPR No II/MPR/1993 Bab IV Pembangunan Lima Tahun
Ke 6 bidang Ekonomi bagian 18 mengenai Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa :
Konservasi kawasan hutan nasional termasuk flora dan faunanya serta keunikan alam terus ditingkatkan untuk
melindungi keanekaragaman plasma nuftah, jenis spesies dan ekosistem. Penelitian dan
Dari GBHN diatas nampak bahwa arah pembangunan di Indonesia tetap memperhatikan pentingnya
keanekaragaman hayati dengan penekanan pada perlindungan kawasan yang kaya akan keanekaragaman
hayati. Dalam usaha melindungi keanekaragaman hayati tersebut beberapa undang-undang yang berkaitan
dengan masalah ini antara lain :
a. Undang-undang No 2 Tahun 1961 tentang pengeluaran dan pemasukkan tanaman dan bibit tanaman (TLN
No.2147)
b. Undang-undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan (LN. 1967 N0. 8)
c. Undang-undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (LN. 1967
No. 10)
d. Undang-undang No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia (LN.1973 No.1)
g. Undang-undang No. 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi Konvensi Hukum Laut Internasional.
Hayati. UU ini merupakan ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati yang ditandatangani dalam KTT Bumi di
Rio De Janerio.
Undang-undang yang dikeluarkan diatas, tidak semuanya menyinggung secara langsung keanekaragaman
hayati. Namun berbagai jenis spesies yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi sangat
bergantung pada perlindungan dari undang-undang diatas. Terhindarnya ancaman bahaya ekspor impor spesies
yang tak terkendali, pencegahan kerusakan habitat, kondisi lingkungan yang baik, penunjukkan kawasan yang
dilindungi serta penempatan tata ruang yang sesuai dan terkendali, sangat membantu dalam menaikkan tingkat
keanekaragaman hayati. Dalam proses pembangunan saat ini perlindungan semakin penting mengingat
keanekaragaman hayati sangat mudah rusak dan tergolong rapuh (fragil) dari gangguan manusia yang
menggunakan serta mengeksploitasi secara berlebihan.
Proyek pembangunan di Indonesia hendaknya juga harus memperhatikan keberadaan wilayah yang kaya akan
keanekaragaman hayati ini. Jika hal ini diabaikan maka dalam sekejap suatu proyek pembangunan dapat
menghancurkan ribuan spesies yang jelas hal ini akan merugikan.
1) Keanekaragaman hayati merupakan aset nasional suatu bangsa yang sangat potensial dalam
mengembangkan berbagai bidang seperti ecotourisme, biotechnology, agrobisnis, dan berbagai bidang lainnya
yang berkaitan dengan pengembangan sumber-sumber keanekaragaman hayati. Namun semuanya ini
diharapkan tidak dieksploitasikan secara besar-besaran tapi haruslah digunakan secara
berkelanjutan (sustainable use) demi generasi mendatang.
2) Perlu didorong dan ditingkatkan pengembangan pengetahuan keanekaragaman hayati dari berbagai disiplin
ilmu seperti sosiologi, politik, ekonomi, hukum, teknik, pertanian dan berbagai bidang ilmu lain yang berkaitan
dengan hal ini.
Perlindungan terhadap masyarakat asli yang bergantung pada keanekaragaman hayati adalah penting karena
keterkaitan keduanya kadang-kadang tidak terpisahkan dan saling membutuhkan. Masyarakat asli membutuhkan
sumber daya alam disekitarnya sebagai bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari dan karena itu mereka juga
mengkonservasi agar sumber daya alam tersebut tidak punah. Kebutuhan yang mereka ambil sebatas
pemenuhan sehari-hari, sehingga rusaknya keanekaragaman hayati yang ada berarti hilangnya sumber untuk
pemenuhan kebutuhan mereka.
4) Berkaitan dengan perkembangan bioteknologi, pemanfaatan sumber genetika terhadap berbagai jenis spesies
ternyata berkembang dengan pesat. Bahkan kecenderungan dipatenkannya bahan-bahan hasil bioteknologi
semakin gencar. Hal ini sempat menjadi bahan perdebatan dalam pertemuan GATT putaran Uruguay.
Karena itu Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi serta telah
meratifikasi Konvensi Keanekaragaman hayati, memiliki hak dan kewajiban dalam mengembangkan serta
mendorong pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai bagian dari peningkatan pertumbuhan ekonomi
negara dan masyarakat.
5) Hukum internasional harus menjadi bagian penting dari kerjasama internasional dalam menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati. Sumber-sumber hukum internasional hendaknya dapat berkembang dan mampu
diterapkan dalam menghadapi kasus-kasus yang akan terjadi berkenaan dengan keanekaragaman hayati.
Nampaknya masalah ini menuntut pengembangan norma dan hukum internasional sebagai kerangka
pengaturan kerjasama global yang diharapkan mampu sebagai pelindung bagi pihak yang lemah. Elisabeth
Dowdesel, Direktur Eksekutif UNEP menyatakan bahwa berlakunya konvensi keanekaragaman hayati
merupakan suatu perkembangan baru dalam hukum internasional dan hubungan internasional yang berkenaan
dengan lingkungan dan pembangunan. Dari pernyataan ini menunjukkan juga peran PBB melalui United
Nations Environment Programme (UNEP) turut mendorong pengembangan hukum internasional secara progresif
seperti yang diamanatkan dalam Pasal 13 1(a) Piagam PBB. Dengan diberlakukannya Konvensi PBB mengenai
Keanekaragaman Hayati ini sebagai suatu produk hukum internasional yang baru, maka PBB sebagai lembaga
internasional telah memainkan peran yang penting dalam upaya penyelamatan planet bumi dari kerusakan
lingkungan global.
6) Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, harus mulai memikirkan sejauh mana aset yang ada ini
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keanekaragaman hayati harus merupakan bagian dari proses
pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan dengan pemanfaatan komiditi tanaman yang laku di pasaran
internasional dan sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable development). Sehingga
diharapkan akan mampu bersaing dalam pasar global era GATT Pasca Uruguay Round yang menuju
perdagangan bebas dunia (Global Free Trade Era), dimana Indonesia merupakan
7) Indonesia juga diharapkan melengkapi serta memperkuat perangkat hukum serta kelembagaan yang
berkaitan dengan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Selain itu penegakkan hukum serta
mengefektifkan institusi yang terkait merupakan upaya untuk melindungi sekaligus memanfaatkan potensi
keanekaragaman hayati yang dimilikinya.
8) Dalam menghadapi perkembangan pesat bioteknologi, perlu dibuat protokol keamanan hayati (Biosafety
Protokol) sebagai kelanjutan pengaturan dari pasal 2 Konvensi Keanekaragaman Hayati. Hal ini diperlukan untuk
mencegah terjadinya proses mutasi gen yang dapat mengacaukan sistem ekologis alami. Dampak dari rekayasa
genetika yang bersifat negatif belum terlihat jelas, tapi upaya preventif harus segara dilakukan mengingat bahaya
pengeksploitasian dan pemerkosaan gen sedang dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu.
DAFTAR BACAAN
A.
Birnie, Patricia W & Boyle, Alan E, International Law and The Environment, Oxford University Press, London,
1992
Danusaputro, Munadjat, Environmental Legislation and Administration in Indonesia, Alumni, Bandung, 1981
Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Perlindungan Lingkungan : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1991
ICBP, Putting Biodeversity on The Map, Priority Areas for Global Conservation, ICBP, Cambridge, 1992
Mac Kinnon, Kathy, Alam Asli Indonesia, Yayasan Hijau-PT Gramedia, Jakarta, 1986
McNeely, Jeffrey A, Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992
Ministry of State for Population and Environment, Indonesian Country Study on Biological Diversity, Jakarta,
1991
Pramudianto, Andreas, Bioteknologi: Propsek Cerah Atau Suram Bagi Indonesia ? Buletin BKPSL No 88, Forum
Komunikasi antar Pusat Studi lingkungan, Jakarta, Agustus 1994
United Nations, The Global Partnership for Environment and development, A Guide to Agenda 21, UNCED,
Geneva, April 1992
WECD, Our Common Future, Diterjemahkan: Hari Depan Kita Bersama, PT Gramedia, Jakarta, 1988
B.
Surat Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 tentang Bunga dan Satwa Nasional
APS/94
1. Indonesia terletak di antara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua Australia
3. Indonesia terletak di antara 2 paparan atau sirkum, yaitu sirkum Mediterania dan
paparan Pasifik.
Alasan lain bahwa Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati adalah bahwa
Indonesia:
2. kebutuhan utama manusia, hewan, dan tumbuhan adalah cahaya matahari dan
air. Indonesia memiliki posisi yang amat menguntungkan
3. sumber daya alam yang melimpah dan terjaga dengan baik, menyebabkan
makhluk hidup dapat berkembang dengan baik dan memiliki tempat ekosistem
ideal untuk kehidupannya.
4. karena tumbuhan dapat tumbuh dengan subur, sehingga makhluk hidup lainnya
juga dapat tumbuh dengan baik.
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati karena letak antara bumi Indonesia
dengan matahari sangat menguntungkan, sehingga makhluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik.
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga oleh
beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah negara mega
biodiversity atau negara dengan keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi.
Bedasarkan penelitian bahwa 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17% burung,
dan 25% ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3
% dari luas Bumi.
1. Australia
2. Brasil
4. Kolombia
6. Ekuador
7. India
8. Indonesia
9. Madagaskar
10. Malaysia
11. Meksiko
13. Peru
14. Filipina
17. Venezuela
WILAYAH FLORA DAN FAUNA BARAT TIPE
ASIATIS
PULAU SUMATERA
2. Sumatera Utara
Flora : Bunga Kenanga
3. Riau
Flora : Nibung
4. Kepulauan Riau
5. Jambi
Flora : Pinang Merah
6. Sumatera Barat
Flora : Pohon Andalas
7. Bengkulu
9. Bangka-Belitung
Flora : Jeruk Kunci
10. Lampung
Flora : Bunga Ashar
PULAU JAWA
1. Banten
Flora : Kokoleceran
Fauna : Badak Jawa
2. DKI Jakarta
3. Jawa Barat
Flora : Gandaria
4. Jawa Tengah
5. DI Jogjakarta
Flora : Pohon Burahol
6. Jawa Timur
Flora : Bunga Sedap Malam
PULAU KALIMANTAN
1. Kalimantan Barat
Flora : Tengkawan Tungkul
2. Kalimantan Tengah
Flora : Tenggaring
3. Kalimantan Timur
Flora : Anggrek Hitam
4. Kalimantan Selatan
Flora : Kasturi
Bali
NUSA TENGGARA
Fauna : Komodo
PULAU SULAWESI
1. Sulawesi Selatan
2. Gorontalo
Flora : Gaupasa
3. Sulawesi Barat
Flora : Cempaka Hutan Kasar
4. Sulawesi Tengah
Flora : Kayu Eboni
5. Sulawesi Tenggara
Fauna : Anoa
1. Maluku
Flora : Anggrek Larat
2. Maluku Utara
Flora : Cengkeh
PULAU PAPUA
1. Papua Barat
2. Papua
Flora : Matoa
Persebaran flora di indonesia bagian barat, tengah, dan timur terbentuk pada jaman
es. Pada waktu itu daratan yang masih menyatu kemudian mengalami retakan dan berpisah.
Peristiwa itu berlangsung selama jutaan tahun yang lalu dan terbentuklah kepualauan di
Indonesia. Setiap pulau memiliki beragam jenis flora atau tumbuhan yang berbeda-beda.
Raflesia Arnoldi endemik dari Sumatra
Flora dibagian barat ini terdiri dari hutan hujan tropis. Mengapa demikian? Apakah ada yang
tahu? Karena di bagian barat ini curah hujannya tinggi. Berbeda dengan di bagian tengah
yang curah hujannya lebih sedikit.
Menurut sejarah dahulu kala dunia ini hanya terdapat satu benua yaitu pengea. Kemudian karena
adanya proses tektonik dari dalam perut bumi yang menyebabkan pergerakan lempeng bumi di
bagian lapisan atmosfer dan kemudian berdampak pada pergesera daratan yang ada di atasnya.
Benua yang tadinya satu kemudian bergeser dan menjadi bentuk benua seperti keadaan yang bisa
dilihat saat ini. daerah Indonesia bagian barat dulunya menyatu dengan daratan asia dan wilayah
Indonesia bagian timur berada satu dengan benua Australia. Oleh karena itu flora dan fauna yang ada
di wilayah Indonesia bagian barat hampir sama dengan yang ada di benua asia dan flora fauna yang
ada di wilayah Indonesia bagian timur hampir sama dengan yang ada di benua Australia.
Persebaran flora
Persebaran flora (dunia tumbuhan) di Indonesia juga terbagi menjadi tiga wilayah yaitu bagian barat,
timur dan tengah atau peralihan. Setiap wilayah memiliki karakterisktik masing-masing yang khas dan
berbeda satu sama lainnya. Keadaan flora dan fauna yang di lindungi di Indonesia saat ini jumlahnya
sudah semakin menyusut karena adanya eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia. Menurut ahli
biologi dari belanda Van Steenis di Indonesia setidaknya terdapat kurang lebih 4000 jenis pohon,
1500 jenis tumbuhan pakis-pakisan dan terdapat 5000 jenis bunga anggrek. Bukan itu saja bahkan
van steenis mengelompokan terdapat kurang lebih 25.000 jenis tanaman yang memiliki bunga dan
kurang lebih 1,700 tumbuhan yang tidak memiliki bunga.
Flora di Indonesia mencapai 10% dari yang ada di dunia, lumut dan ganggang yang ada di Indonesia
mencapai 35.000 jenis. 40% dari flora di Indonesia merupakan flora endemik yang hanya bisa
ditemukan di Indonesia saja dengan total jenisnya sebanyak 202 dan 59 diantaranya berada di pulau
Kalimantan. Vegetasi anggrek merupakan vegetasi yang terbesar di dalam flora ini. Dengan fakta ini
menjadikan Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis Flora di Indonesia bagian Barat, Timur
dan Tengah :
Jika di Kalimantan terdapat 59 jenis flora endemik maka di paparan sahul ini terdapat 10 jenis
tumbuhan endemik yang hanya bisa tumbuh di daerah paparan sahul saja. wilayah paparan sahul
meliputi pulau Kalimantan, sumatera dan jawa yang memiliki hutan hujan tropis terbesar dan terluas di
dunia. flora di paparan sunda terbagi menjadi tiga macam yaitu flora endemik seperti bunga bangkai
atau raflesia arnoldi yang hanya terdapat di wilayah Bengkulu, jambi, dan sumatera selatan serta
bunga anggrek tien Suharto yang hanya ada di wilayah sumatera utara. Selanjutnya flora khas
paparan sunda adalah pada bagian pantai timur di dominasi hutan mangrove dan rawa gambut.
Kemudian flora di bagian pantai barat didominasi oleh meranti-merantian, rawa gambut, kemuning,
rotan dan hutan rawa air tawar. (baca : ciri ciri hutan hujan tropis)
Flora atau tumbuhan sahul yang ada di wilayah Indonesia bagian timur atau bisa juga disebut dengan
flora australis. Mengapa disebut dengan flora australis? Hal ini dikarenakan seperti yang sudah
dibicarakan sebelumnya bahwa wilayah Indonesia bagian timur dahulu menyatu dengan benua
australia sehingga jenis floranya juga hampir sama. Wilayah flora sahul meliputi daerah pulau papua
dan beberapa pulau-pulau kecil disekitarnya.
Hutan sahul memiliki ciri-ciri seperti sama dengan hutan Australia wilayah utara dengan beribu-ribu
jenis tumbuhan dengan daunnya yang lebat dan hijau, ketinggian pohon di wilayah ini bisa mencapai
50 meter tingginya.Karena lebatnya daun pohon di hutan sahul membuat sinar matahari tidak
menembus tanah sehingga kelembapan dan memiliki ciri ciri air tanah yang baik dan membuat tanah
subur dengan organisme yang ada di dalamnya. Karena hal ini pula terdapat banyak tumbuhan
merambat atau epifit.
Pohon-pohon yang menghasilkan kualitas kayu yang sangat berkualitas tumbuh di hutan ini seperti :
Di daerah pesisir pantai terdapat hutan mangrove yang sangat lebat dan sangat bagus untuk
keamanan pantai. Sedangkan di daerah rawa terdapat pohon sagu yang merupakan makanan pokok
daerah papua.
Sponsors Link
3. Flora daerah tengah atau peralihan
Seperti dengan namanya flora ini terletak di wilayah tengah atau peralihan dari wilayah timur dan
barat. Wilayah yang termasuk di dalamnya adalah wilayah pulau Sulawesi, Maluku dan nusa
tenggara. Di pulau Sulawesi setidaknya terdapat 4.222 jenis flora yang memiliki karakteristik yang
hampir mirip dengan yang ada di Flipina, Maluku, nusa tenggara, dan jawa. Flora di bagian peralihan
ini jika terdapat di pantai akan mirip dengan yang ada di papua namun untuk flora yang berada di
gurun sangat mirip dengan yang ada di Kalimantan.
Jenis flora endemik di wilayah ini adalah kayu ebonu atau yang biasa dikenal dengan kayu besi di
pulau Sulawesi. Saat ini kayu eboni atau kayu besi masuk dalam jajaran flora yang dilindungi karena
sudah terancam punah keberadaannya. Kualitas kayu yang kuat dan awet membuatnya memiliki
harga mahal.
Terdapat berbagai jenis tumbuhan yang sejenis dengan nangka (Arcotapus ssp)
Setelah kita mengetahui mengenai perbedaan Paparan Sunda dan Paparan Sahul, kita akan
menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran flora di Indonesia, yaitu faktor fisik atau
biotic.
1. Faktor fisik
Ada faktor fisik yang mempengaruhi flora yang hidup di bumi, beberapa faktor fisik yang memerlukan
adaptasi dengan lingkungan dimana flora tersebut hidup dan berkembang biak.
Sponsors Link
Iklim Faktor iklim sangat erat kaitannya dengan suhu udara dan jumlah curah hujan yang
ada di daerah tersebut. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi biasanya akan memiliki hutan yang
lebat dengan pohon menjulang tinggi dan berdaun hijau. Karena lebatnya daun ini, sinar matahari
sukar menembus tanah mengakibatakan kelembapan tanah yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan
kecil seperti jamur dan bunga-bunga. Untuk daerah yang memiliki tingkat curah hujan rendah tidak
memiliki hutan yang lebat melainkan tanahnya akan kering sehingga tumbuhan yang dapat hidup
hanya sedikit saja. contohnya di daerah nusa tenggara yang curah hujan rendah tidak terdapat hutan
lebat. (baca : manfaat curah hujan yang tinggi)
Suhu udara Suhu udara sangat berpengaruh pada tumbuh kembang tumbuh-tumbuhan itu
sendiri. Semakin tinggi suatu tempat maka akan semakin rendah suhu udaranya begitu pula
sebaliknya. jadi, tanaman akan tumbuh saat suhu udaranya sesuai dengan perkembangannya.
Misalnya pohon teh akan tumbuh subur pada suhu udara dingin sedangkan semangka akan tumbuh
subur pada tempat yang suhu udaranya tinggi.
Tanah dan relief Jenis jenis tanah dan relief ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan
flora itu sendiri. Misalnya tekstur tanah yang kasar dan merupakan tanah kapur hanya bisa ditumbuhi
tumbuhan tertentu yang kuat sepert pohon jati, pinus dan lainnya.
Air Air merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan flora karena
merupakan jenis jenis sumber daya alam utama makanan flora selain sinar matahari. Berdasarkan
kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman akan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
Xerofita Merupakan tumbuh-tumbuhan yang bisa tumbuh di daerah yang panas dan kering
atau kandungan air di dalam tanahnya sedikit. Contoh, kaktus yang hidup di gurun.
Hidrofita Merupakan tumbuhan yang dapat hidup di daerah yang banyak air atau basah
bahkan hidup diatas air. Contohnya saja teratai dan enceng gondok.
Mesofita Adalah tumbuhan yang dapat hidup di daerah yang sedang tidak terlalu banyak
airnya namun juga tidak sedikit seperti di hutan tropis.
Geologi Faktor yang satu ini berkaitan dengan pembentukan bumi karena adanya
pergeseran lempeng atau paparan. Seperti misalnya paparan sahul dan pulau Australia masih
memiliki jenis flora yang hampir sama dan flora bagian sumatera dengan Kalimantan memiliki
kemiripan 50%. (baca : manfaat letak geologis)
2. Faktor biotik
Persebaran flora dan fauna di Indonesia maupun di dunia juga sangat dipengaruhi oleh faktor biotik.
Faktor biotik di sini adalah hewan dan manusia, hewan mampu berperan dalam persebaran flora
karena membawa biji flora dan membawanya ke tempat lain sehingga biji tumbuhan tersebut bisa
tumbuh di tempat lain. Sedangkan untuk manusia perannya sangat besar karena manusia mampu
memindahkan tumbuhan dengan cepat dan dengan jumlah yang besar. Misalnya saja di daerah
perkotaan tidak ada tumbuhan tertentu kemudian manusia membawa bibitnya dan kemudian
menanamnya di kota sehingga tumbuhan tersebut dapat tumbuh. Manusia juga bisa mengubah ruang
publik untuk kehidupan lingkungan dengan mengubahnya menjadi lebih Baik atau justru merusaknya.
1. FAUNA INDONESIA
Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman
fauna ini karena berbagai hal :
1. Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis
(trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2. Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3. Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau
memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu
sesuai dengan kondisi alamnya.
4. Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis
dan Oriental.
Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan
keanekaragaman fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1. Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2. Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3. Reptil (lebih dari 600 jenis)
4. Burung (lebih dari 1.500 jenis)
5. Amfibi (lebih dari 250 jenis)
Persebaran fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis yaitu fauna Indonesia
Barat, fauna Indonesia Tengah dan fauna Indonesia Timur.
merupakan jenis kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6
kilogram, tetapi ada juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90
sentimeter dengan lebar sekitar 50 sentimeter. Satwa langka yang dilindungi ini
adalah hewan endemik Papua, dan hanya terdapat di Papua di kawasan dataran
rendah di hutan-hutan di wilayah Selatan Papua, dan Papua Niugini. Di
Indonesia Thylogale brunii terdapat antara lain di Taman Nasional Wasur
(Kabupaten Merauke) dan Taman Nasional Gunung Lorentz (Mimika).
Thylogale stigmata (red-legged pademelon)
(Kanguru Pohon Mantel Emas) merupakan sejenis kanguru pohon yang hanya
ditemukan di hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut
halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna
kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan
dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran
terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru pohon Hias.
Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih
terang atau merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih
kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon
Mantel-emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang
paling terancam kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies ini telah
punah di sebagian besar daerah habitat aslinya
Dendrolagus goodfellowi
(disebut Kanguru Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atau Goodfellows
Tree-kangaroo) merupakan jenis kanguru pohon yang paling sering ditemui. Kulit
tubuhnya berwarna cokelat sawo matang dan banyak terdapat di hutan hujan di
pulau Papua
Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau Dingiso)
kanguru ini ditemukan di hutan montane yang tinggi dan subalpine semak belukar
di Puncak Sudirman. Kanguru pohon ini mempunyai bulu hitam dengan kombinasi
putih di bagian dadanya.
Dengrolagus dorianus
Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang
berukuran sedang yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap
identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992,
burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Pertama kali saya
menyaksikan penampakan burung Elang Jawa secara langsung pada pertengahan
tahun 2005 di sekitar air tiga raksadi Gunung Muria Jawa Tengah. Sayang, sampai
sekarang saya belum berkesempatan untuk menyaksikannya untuk yang kedua
kali.
Secara fisik, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan
panjang mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang Kuncung.
Ukuran tubuh dewasa (dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60-70
sentimeter, berbulu coklat gelap pada punggung dan sayap. Bercoretan coklat gelap
pada dada dan bergaris tebal coklat gelap di perut. Ekornya coklat bergaris-garis
hitam.
Ketika terbang, Elang Jawa hampir serupa dengan Elang Brontok (Spizaetus
cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan
perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi,
berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata.
Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini
mirip dengan suara Elang Brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam
nadanya.
Gambaran lainnya, sorot mata dan penglihatannya sangat tajam, berparuh kokoh,
kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika berdiam diri sosoknya
gagah dan berwibawa. Kesan jantan itulah yang barangkali mengilhami 12 negara
menampilkan sosok burung dalam benderanya. Bersama 19 negara lain, Indonesia
bahkan memakai sosoknya sebagai lambang negara dengan burung mitologis
garuda
Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan
Konservasi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam
punah. Konvensi Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang
Terancam Punah memasukkannya dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur
perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari
IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau Genting (Collar et
al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993
tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa
sebagai wakil satwa langka dirgantara.
Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-
wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan
dataran rendah dengan pegunungan.
Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya
ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia, dampak pemanasan global dan
dampak pestisida. Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar,
Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung
Halimun.
Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung
Muria, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan di Jawa Timur terdapat di
Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan
Wilis.
1.17 BURUNG KASUARI
Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat besar
dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang yang dilindungi di
Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga
jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari
Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik
keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika
diganggu. Burung bergrnus Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak
segan-segan mengejar korban atau para pengganggunya. Karenanya di kebun
binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The
Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung paling
berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat melakukan verifikasi
ke situs The Guinness Book of Records.
Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua dan
sekitarnya, kecuali Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) yang dapat juga
ditemukan di benua Australia bagian timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari
Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) disebut (Southern Cassowary), Kasuari
Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) disebut (Northern Cassowary)
dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) disebut sebagai (Dwarf Cassowary).
Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh yang
berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) yang ukuran
tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak dapat terbang. Burung kasuari dewasa
mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras
dan kaku.
Kasuari Kerdil
Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak banyak yang
diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari
Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) merupakan satwa
endemik pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea), sedangkan Kasuari
Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di
pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung
Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah
rawa-rawa.
1.18 BURUNG MALEO
Burung Maleo atau Macrocephalon Maleo, merupakan burung endemik yang hanya
bisa dijumpai di Kepulauan Sulawesi. Burung ini bisa ditemukan di hutan
pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tengah.
Sepintas penampilan burung ini biasa saja, selain jambul di kepalanya, burung ini
mirip dengan ayam. Dari penampilannya, sulit dibedakan antara burung jantan
dan betina.
Daya tarik burung Maleo justru pada telurnya, yang ukurannya lima kali lebih
besar dari telur ayam. Inilah yang menyebabkan telur burung Maleo banyak diburu
orang. Sehingga kelestariannya terancam.
Telur burung Maleo memang memiliki nilai ekonomis, yang lebih tinggi
dibandingkan telur ayam, karena bentuknya yang lebih besar. Harganya di pasar
gelap bisa mencapai 50 ribu rupiah per butir.
Burung Maleo sebenarnya dapat bertelur dua kali dalam sebulan. Namun setiap
bertelur, hanya satu telur yang dihasilkan.
Sang induk meletakkan telurnya di dalam lubang yang berpasir, yang dekat dengan
sumber air panas. Oleh karena itu, habitat asli burung ini berada di sekitar sumber
air panas, yang tanahnya berpasir.
Dari hasil riset The Nature Conservancy, sebuah LSM internasional yang bergerak
dalam konservasi lingkungan, dari sepuluh habitat burung Maleo di Taman
Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, kini hanya tinggal 4 habitat saja. Sisanya
telah rusak dan punah.
Penyebab utama terancamnya kelestarian burung Maleo tidak hanya telurnya
diambil manusia, tetapi juga ganggan dari predator alaminya, yakni biawak dan
tikus hutan.
Selain itu, pembukaan lahan hutan untuk perkebunan, dan kebakaran hutan juga
menjadi penyebab rusaknya habitat asli burung Maleo. Salah satu habitat burung
Maleo yang masih dapat dijumpai di kawasan Sulawesi Tengah adalah di Saluki,
kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Untuk mencapai Saluki, dapat ditempuh dengan menggunakan mobil hingga Desa
Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Donggala.
Desa ini berjarak sekitar 45 kilometer arah selatan dari Kota Palu, ibukota
Sulawesi Tengah. Selepas dari Desa Tuva, perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan sepeda motor sejauh 4 kilo meter.
Di Balai Taman Nasional Lore Lindu di Saluki inilah dilakukan upaya pelestarian
terhadap burung Maleo. Lokasi penangkaran terletak di kawasan habitat aslinya,
karena hanya di tempat semacam inilah burung maleo dapat berkembang biak.
Di lokasi ini terdapat sembilan kandang penangkaran. Telur burung Maleo
disimpan di dalam lubang tanah yang berpasir di dalam kandang, dan akan
menetas sendiri dalam waktu 76 hingga 90 hari.
Penangkaran burung Maleo ini turut melibatkan masyarakat sekitar. Salah seorang
diantaranya adalah Ambo Tuo.
Kakek tiga orang cucu berusia 60 tahun ini, bersama 10 orang warga lainnya secara
sukarela membantu polisi hutan menjaga kelestarian burung Maleo. Di 9 tempat
penangkaran di Saluki ini terdapat sekitar 178 ekor burung Maleo.
Sementara di seluruh Taman Nasional Lore Lindu, jumlah populasi burung Maleo
diperkirakan mencapai 500 ekor.
Menurut Herman Sasia, koordinator lapangan pelestarian burung Maleo Balai
Taman Nasional Lore Lindu, gangguan terbesar dalam melestarikan burung Maleo
datang dari predator alamnya, yakni biawak. Selain itu tangan jahil manusia yang
mengambil telur burung Maleo.
Kawasan Saluki di Taman Nasional Lore Lindu ini merupakan salah satu tempat
penangkaran burung Maleo, yang bisa dijadikan model bagi penyelamatan burung
langka.
Kerjasama antara petugas dan warga setempat terbukti mampu menjaga
kelestarian burung Maleo.
1.19 BURUNG KAKAK TUA RAJA
Burung Kakatua Raja (Probosciger aterrimus) adalah sejenis burung Kakatua
berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini
memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di
kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa
dengan burung jantan.
Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah
sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung
Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat
tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang
berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk
dikonsumsi.
1.20 HELMETED HORNBILL
Burung ini ditemukan di Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan wilayah
Sumatera. Bulu-bulu burung ini dominan berwarna hitam. Satu-satunya warna
lain pada bulu adalah putih di antara perut dan ekor burung. Burung enggang
gading umumnya memiliki kepala dan keriput pada tenggorokan yang berwarna
merah pada burung jantan dan biru pada burung betina. Kepala burung seberat
sepuluh persen dari 5,9-6,8 pon berat badannya.
1.21 KUPU KUPU DI INDONESIA
Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa negeri kita adalah seonggok tanah
surga yang dilemparkan ke bumi.
Sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi berbagai makhluk hidup di dunia ini.
Tidak terkecuali jenis serangga seperti Kupu-kupu. Bahkan diantaranya hanya
terdapat di Indonesia.
Ratusan jenis kupu-kupu hidup di Indonesia.
Menurut sebuah catatan di dunia terdapat sekitar 20.000 spesies Kupu-kupu.
Indonesia adalah negara pemilik kupu-kupu terbanyak di dunia setelah Brazil.
Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu.
Sedangkan Brazil di hutan belantara Amazon, memiliki jenis terbanyak yaitu
sekitar 3.000 jenis kupu-kupu.
Trogonoptera brookiana
Trogonoptera brookiana
Trogonoptera brookiana
Trogonoptera brookiana
Keindahan kupu-kupu dapat kita lihat dari berbagai macam bentuk sayapnya yang
indah.
Bahkan beberapa jenis kupu-kupu di Indonesia menjadi endemik bagi suatu
daerah.Sehingga tidak akan ditemui di belahan dunia manapun seperti
Trogonoptera brookiana yang dikenal sebagai kupu-kupu raja Brooke hanya
dijumpai di Sumatera dan Kalimantan.
Sedangkan seperti Cethosia myrina.
Kupu-kupu ini dikenal sebagai kupu-kupu sayap renda yang hanya dijumpai di
Sulawesi.
Cethosia myrina
Cethosia myrina
Tingkat endemisitas yang tinggi terlihat jelas sekali pada kupu-kupu Indonesia,
yang mencapai lebih dari 35 persen dari total jumlah jenis yang menduduki
peringkat pertama di dunia.
Peru, Brasil, dan negara-negara lain di Amerika Selatan hanya memiliki tingkat
endemisitas kupu-kupu kurang dari 10 persen dari total jumlah jenisnya.
Artinya, keunikan kupu-kupu Indonesia jauh melebihi negara-negara mana pun di
dunia.
Sulawesi adalah pulau yang memiliki keunikan kupu-kupu tertinggi di Indonesia.
Dari 557 jenis yang ada di sana, sebanyak 239 jenis (lebih dari 40 persen)
merupakan jenis yang hanya dapat dijumpai di kawasan itu, contohnya Papilio
blumei.
Papilio blumei
Papilio blumei
Dari sekian banyak jenis kupu-kupu di Indonesia, ada 19 jenis yang telah
dimasukkan ke dalam daftar jenis satwa yang dilindungi di Indonesia,
yaitu Cethosia myrina yang dikenal sebagai kupu-kupu sayap renda dan hanya
dijumpai di Sulawesi,
Trogonoptera brookiana yang dikenal sebagai kupu-kupu raja Brooke yang
dijumpai di Sumatera dan Kalimantan.
Ornithoptera croesus
Ornithoptera paradisea
Ornithoptera Priamus poseidon
16 jenis kupu-kupu dari marga Ornithoptera atau kupu-kupu sayap burung
dijumpai di Maluku dan Papua.
11 jenis kupu-kupu dari marga Troides yang dikenal sebagai kupu-kupu raja
(contohnya Troides hypolitus).
Kebanyakan dijumpai di Indonesia bagian barat dan Sulawesi, serta beberapa jenis
berada di Maluku dan Papua.
Kupu-kupu sayap burung Ornithoptera aesacus yang hanya ditemukan di Pulau Obi
(Maluku Utara).
Kupu-kupu sayap burung Ornithoptera croesus yang hanya ditemukan di pulau-
pulau di Maluku Utara.
60 Spesies Kupu-kupu terdapat di Lampung.
Troides hypolitus
Troides hypolitus
Ikan lopis atau ikan Belida merupakan jenis ikan sungai yang tergolong
dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama
ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi
habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui
di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap
karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk
sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk
pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga
membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias. Karena berpotensi ekonomi dan terancam
punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya
Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta
memperbanyak benih ikan belida. Ikan belida ini sesungguhnya bukan milik khas orang Palembang,
karena sebarannya cukup luas mulai dari India, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Kalimantan. Dalam
bahasa Inggris ikan ini dinamakan clown knife fish. Diberi atribut clown karena di badan ikan ada
corak bulat-bulat menyerupai pakaian badut, dan disebut knife fish karena bentuk tubuhnya yang
panjang pipih menyerupai pisau. Di Surabaya, ikan yang sudah sangat langka ini dinamakan ikan
peso/ikan pisau. Di India, ikan ini dinamakan chitala chitala.Menurut legenda orang Palembang, ikan
ini dinamakan belida, karena dia tergolong ikan yang pandai bersilat lidah.
Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih ada, sementara satu
subspesies telah punah:
Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang
pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional
Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa
di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini tidak diterima secara
luas.
Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnamatau Badak Vietnam, yang
pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal
dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bagian dari tempat hidup spesies ini. Kini
populasinya diperkirakan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat
Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang masih ada memiliki
leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.
Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup
di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-
an. Inermis berarti tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan
tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak memiliki cula. Situasi politik
di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat
dipercaya.
Perkutut Jawa (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis burungberukuran kecil,
berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang karena keindahan suaranya. Dalam
tradisi Indonesia, terutama Jawa, hingga keadaannya di alam mulai terancam. Perkutut masih
berkerabat dekat dengan Tekukur Biasa, Dederuk Jawa, dan merpati. Burung perkutut bertubuh kecil.
Panjangnya berkisar antara 20-25 cm. Kepalanya membulat kecil, berwarna abu-abu. Paruhnya
panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan. Mata burung perkutut bulat dengan iris
berwarna abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu
disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu yang
menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna
cokelat tua. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang. Jari-jari perkutut berjumlah 8
dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah 4. Tiga dari empat jarinya ada di
depan dan sebuah jari di belakang. Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.
16. AYAM BEKISAR (Gallus varius) KHAS JAWA TIMUR
Ayam bekisar atau ayam hutan hijau (bahasa Latin = Gallus varius) adalah nama
sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga
ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam
peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat,
seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.). Memiliki
nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green
Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan
asal tempatnya. Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah
dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan
kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m
diatas permukaan laut, di Jawa Timur hingga 3.000 m diatas permukaan laut dan di Lombok hingga
2.400 m diatas permukaan laut. Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat
terbuka dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk
hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga,
serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil. Ayam ini kerap
terlihat dalam kelompok, 2-7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat
kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik
oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais
kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang
memakan kotoran itu. Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di
rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5-4 m di atas tanah.
Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di
Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak
atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan. Tak seperti keturunannya ayam
kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari
bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke
cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, Ayam hutan Hijau
mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke
pulau yang berdekatan melintasi laut. Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam
peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai
dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain,
ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Ayam hutan dari
Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah
persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk
menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok
yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga
menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.
Cervus timorensis florensis (Heude, 1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau Flores.
Cervus timorensis timorensis (Martens, 1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P. Semau, P.
Kambing, P. Alor, dan P. Pantai.
Cervus timorensis djonga (Bemmel, 1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton.
Cervus timorensis molucensis (Q.&G.,1896) biasa ditemukan Kep. Maluku, P. Halmahera, P. Banda,
dan P. Seram.
Enggang Gading atau Rangkong Gading (Buceros/rhinoplax vigil) adalah burung berukuran
besar dari keluarga Bucerotidae. Burung dini ditemukan di Semenanjung Malaya, Sumatera,
dan Kalimantan. Burung ini juga menjadi maskotProvinsi Kalimantan Barat, dan termasuk dalam
jenis fauna yang dilindungi undang-undang. Dalam budaya Kalimantan, burung Rangkong gading
(tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau
Kalimantan, burung Rangkong gading dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti
di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Barat, satwa identitas provinsi Kalimantan
Barat, simbol Universitas Lambung Mangkuratdan sebagainya. Burung Rangkong (Enggang) adalah
burung yang terdiri dari 57 spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. 14 diantaranya terdapat di
Indonesia. Di antara enggang, jenis enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, baik kepala,
paruh dan tanduknya yang menutupi bagian dahinya. Enggang gading adalah salah satu dari 14 jenis
burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi maskot provinsi Kalimantan Barat. Karena
jumlahnya yang semakin sedikit burung ini termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-
undang. Burung Enggang Gading diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan
dalam budaya Banjar, burung Enggang Gading diukir dalam bentuk tersamar (didistilir)
karena Budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya
ukiran makhluk bernyawa. Enggang Gading juga merupakan simbol budaya suku Naga di India timur.
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih.
Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat
dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang
terletak di bawah ekornya. Burung ini menyukai daun Ara sebagai makanan favoritnya, tapi tidak
jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil. Burung enggang biasa bertengger di
pohon yang tinggi, sebelum terbang Enggang memberikan tanda dengan mengeluarkan suara gak
yang keras. Ketika sudah mengudara kepakan sayap enggang mengeluarkan suara yang dramatik.
Burung ini hidup berkelompok sekitar 2 sampai 10 ekor tiap pohon. Terkadang burung terbang
bersama dalam jumlah antara 20-30 ekor. Suara enggang ini sangat khas dan nyaring sekali seakan-
akan memanggil sekawanannya di balik pohon yang rindang. Musim telurnya dari bulan April sampai
Juli dan anak-anak burung yang lebih besar membantu burung jantan dewasa menyediakan makan
bagi burung betina dan anak-anaknya yang baru menetas. Namun sekarang ini burung enggang
merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di temui di hutan Kalimantan, ini dikarenakan
pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal
logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. Nasib burung enggang ini sekarang
sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Hal ini juga
diperparah dengan maraknya perburuan yang dilakukan masyarakat sekitar. Harga persatu kepala
burung Enggang dihargai Rp. 2,5 juta. Karena harganya yang mahal banyak warga pedalaman
berlomba berburu burung tersebut dihutan.
Tidak ada catatan fosil. Pesut pertama kali dideskripsikan oleh Sir Richard Owen tahun 1866
berdasarkan satu spesiemen yang ditemukan tahun 1852, di pelabuhan Vishakhapatnum di pantai
timur India. Pesut adalah satalh satu spesies dari genus Orcaella. Kadang-kadang pesut terdaftar
dalam beragam famili yang terdiri dari ia sendiri dan pada Monodontidae dan
dalam Delphinapteridae. Sekarang ada persetujuan bahwa pesut termasuk famili Delphinidae. Secara
genetis, pesut berhubungan dekat dengan paus pembunuh. Nama spesies brevirostris berasal dari
bahasa Latin yang berarti berparuh pendek. Tahun 2005, analisis genetik menunjukkan bahwa lumba-
lumba sirip pendek Australia merupakan spesies kedua dari genus Orcaella. Seluruh tubuh berwarna
kelabu hingga biru tua, bagian bawahnya berwarna lebih pucat. Tidak ada pola yang khas. Sirip
punggung kecil dan membulat di tengah punggung. Dahinya tinggi dan membulat; tidak bermoncong.
Sirip tangan lebar membulat. Spesies di Kalimantan yang mirip adalah Porpoise tak
bersirip, Neophocaena phocaenoides, mirip tapi tidak punya sirip punggung: lumba-lumba
bungkuk, Sausa chinensis, lebih besar, moncong lebih panjang dan sirip punggung lebih besar.
Dalam berbagai bahasa Orcaella brevirostris (nama Latin) adalah: Inggris: Irrawaddy dolphin, Dialek
lokal Chilika: Baslnyya Magaratau Bhuasuni Magar (lumba-lumba penghasil
minyak), Oriya: Khem dan Khera, Perancis: Orcelle, Spanyol: Delfn del Irrawaddy, Jerman:Irrawadi
Delphin, Burma: Labai, Indonesia: Pesut, Melayu: Lumbalumba, Khmer: Phsout, Lao: Phaka and Fili
pino: Lampasut. Dalam bahasa Thai, salah satu namanya adalah pa loma hooa baht, karena
kepalanya yang membundar dianggap menyerupai mangkuk rahib Budhha, hooa baht. Penampilan
pesut mirip dengan beluga, meski lebih berkerabat dengan orka. Spesies ini
mempunyai melon(jaringan berlemak dan berminyak di kepala). Moncongnya tidak khas. Sirip
punggung yang terletak dua pertiga posterior di punggung, pendek, tumpul, dan segitiga. Sirip tangan
panjang dan lebar. Secara keseluruhan ia berwarna cerah, namun lebih putih di bawah tubuh
daripada di punggung. Pesut dewasa beratnya lebih dari 130 kg dan panjangnya 2,3 m psaat
dewasa. Panjang maksimum yang tercatat adalah jantan 2,75 m dari Thailand.
Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus
quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang
tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg.
Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan
di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat
ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil
kulitnya, tanduknya dan dagingnya. Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa,
Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa. Sedangkan Anoa
Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta
meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya
anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan
melawan dengan menggunakan tanduknya. Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering
disebut sebagai Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil
ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut
sebagai Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines. Anoa yang menjadi fauna
identitas provinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan dibandingkan anoa pegunungan. Anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk
dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150
cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm. Sedangkan berat
tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg. Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai
usia 30 tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Anoa betina melahirkan satu bayi
dalam setiap masa kehamilan. Masa kehamilannya sendiri sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan
mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga
tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia. Anoa dataran
rendah hidup dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan ketinggian
1000 m diatas permukaan laut. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau mengingat
satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika
sinar matahari menyengat. Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi)sering disebut juga sebagai
Mountain Anoa, Anoa de montagne, Anoa de Quarle, Berganoa, dan Anoa de montaa. Dalam
bahasa latin anoa pegunungan disebut Bubalus quarlesi. Anoa pegunungan mempunyai ukuran
tubuh yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Panjang tubuhnya sekitar 122-153 cm
dengan tinggi sekitar 75 cm. Panjang tanduk anoa pegunungan sekitar 27 cm dengan berat tubuh
dewasa sekitar 150 kg. Anoa pegunungan berusia antara 20-25 tahun yang matang secara seksual
saat berusia 2-3 tahun. Seperti anoa dataran rendah, anoa ini hanya melahirkan satu bayi dalam
setiap masa kehamilan yang berkisar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia
dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat
bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia. Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran
tinggi hingga mencapai ketinggian 3000 m diatas permukaan laut meskipun terkadang anoa jenis ini
terlihat turun ke pantai untuk mencari garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya.
Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Anoa sering
berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam ruang di bawah akar
pohon atau berkubang di lumpur dan kolam. Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak
atau menggali tanah Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi,
sedangkan pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam
upaya untuk melukai lawan. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara
moo. Populasi dan Konservasi. Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan
dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot
provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist
memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi endangered (Terancam Punah). Selain
itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh
diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang
dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang
dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan
TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah). Anoa sebenarnya tida
mempunyai musuh (predator) alami. Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih
disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan pemukiman) dan perburuan
yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit, dan tanduknya.
27. MALEO SENKAWOR (Macrocephalon maleo) KHAS
SULAWESI TENGAH
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah
sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55 cm, dan merupakan satu-
satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik dari maleo adalah, saat baru
menetas anak burung maleo sudah bisa terbang. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram
hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali
lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin
sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor
saat ini. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah
kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas
kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya
betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Tidak semua tempat
di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang
memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik
atau Australasia. Populasi hewan endemikIndonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran
rendah pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi Tengah, yakni di daerah Kabupaten Sigi (Desa
Pakuli dan sekitarnya) dan Kabupaten Banggai. Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan
sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi
Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga
telur-telur yang terus diburu oleh warga. Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah
sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan
telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak
Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan
anak unggas pada umumnya yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap
pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi
yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari
makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung
elang.
Tangkasi atau yang bahasa ilmiahnya Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet
Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna
kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang
memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3
meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang
tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang
panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan
untuk grooming. Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih
besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam
dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala
Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung
hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Tarsius adalah
makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab
itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti
kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-
hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti
Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan
"balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia. Tarsius menghabiskan
sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka
dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini
bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat
berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Cendrawasih merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung
pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33 cm, dari marga Paradisaea. Burung ini
berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72 cm
yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian
sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang
panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung
jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan. Endemik Indonesia,
Cendrawasih merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di
kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat. Cendrawasih merah adalah poligami spesies.
Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya.
Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung
betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari
buah-buahan dan aneka serangga. Beberapa jenis cendrawasih yang dapat ditemui di Indonesia,
yakni cendrawasih gagak (Lycocorax pyrrhopterus), cendrawasih panji (Pteridophora alberti),
cendrawasih kerah (Lophorina superba), cendrawasih paruh-sabit kurikuri (Epimachus fastuosus),
cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), cendrawasih raja (Cicinnurus regius), cendrawasih belah
rotan (Cicinnurus magnificus), cendrawasih bidadari halmahera (Semioptera wallacii), cendrawasih
mati kawat (Seleucidis melanoleuca), cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor), cendrawasih
kuning besar (Paradisaea apoda), cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana), cendrawasih merah
(Paradisaea rubra). Cendrawasih merah bersifat poligami spesies. Burung jantan akan memikat
pasangannya dengan ritual tarian dengan memamerkan bulu-bulu hiasannya. Musim kawin burung
cendrawasih merah terjadi pada bulan Mei hingga Agustus. Saat musim kawin, paling banyak 3-4
jantan akan memperebutkan satu betina. Padahal, di waktu normal 1-2 jantan hanya memperebutkan
satu betina. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah
dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko
hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Tipe fauna Indonesia bagian tengah ini disebut juga fauna peralihan atau fauna
Australis-Asiatis. Daerah persebarannya di antara garis Wallace dan garis Webber.
Pulau dan kepulauan yang termasuk daerah persebaran fauna Indonesia tengah ini
sama dengan daerah persebaran flora Indonesia tengah.
Jenis fauna atau hewan pada daerah ini ada yang bersifat endemis (hanya dijumpai di
daerah itu saja), ada juga yang berasal dari daerah lain.
Contoh fauna tipe Indonesia tengah
Fauna atau hewan-hewan yang termasuk dalam fauna Indonesia tengah antara lain:
babi rusa, anoa, burung maleo, komodo, dan lain-lain.