Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NURFADILAH

NPM : 16.3.01.0027
KELAS/SEMESTER : A/VII
M.K : PENGETAHUAN LINGKUNGAN
DOSEN PEMBIMBING : ARIYANSYAH, S.Pd, M.Sc

PERUBAHAN GLOBAL DAN MENIPISNYA LAPISAN OZON

Masalah lingkungan yang kita hadapi dari tahun ke tahun semakin meningkat baik yang
berasal dari pencemaran air maupun pencemaran udara. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh
kegiatan industrinya, tetapi juga oleh aktivitas manusia dalam rumah tangga. Banyak orang kurang
menyadari akan telah terjadinya pencemaran udara, padahal sekitar 15% kematian disebabkan
pencemaran udara. Pencemaran udara di kota-kota besar seperti Jakarta telah cukup
memprihatinkan. Jakarta sebagai kota metropolitan dibebani oleh kegiatan transportasi yang cukup
padat yang memberi sumbangan bahan pencemar udara yang cukup signifikan, demikian halnya
untuk kota-kota besar lainnya. Pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor kurang
disadari oleh masyarakat pada umumnya, padahal dampak dari pembakaran bahan bakar ini
sungguh luar biasa dalam jangka panjang, seperti yang sedang dialami oleh penduduk seluruh
dunia yaitu terjadinya pemanasan global (global warming). Di samping pemanasan global,
terjadinya hujan asam (acid rain) dan penipisan lapisan ozon merupakan masalah lingkungan masa
kini yang juga menjadi masalah global karena dapat terjadi di seluruh dunia.
Lebih dari setengah abad lamanya telah dirasakan adanya kerusakan lapisan ozon sehingga
terjadi penipisan lapisan di stratosfer. Hal ini teramati pada setiap musim semi di wilayah selatan
bumi, sebuah lubang terbuka pada lapisan bagian atas ozon. Pada ketinggian 15–20 km di atas
Antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap. Lubang ini bertambah besar sejak tahun 1979 dan
sepuluh tahun kemudian semakin besar pula. Penipisan lapisan ozon ini juga telah dibuktikan oleh
data satelit cuaca Nimbus 7 milik NASA dan terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa
penipisan lapisan ozon telah terjadi di seluruh dunia. Belum lama hasil penelitian menemukan
bahwa gas CFC (chlorofluorocarbon) yang bertanggung jawab atas terjadinya lubang di lapisan
ozon. CFC merupakan gas yang berwarna biru tua, stabil, tidak mudah terbakar, mudah disimpan,
dan murah harganya. Oleh karena sifat-sifat itulah penggunaan CFC meluas di mana-mana. CFC
pertama kali digunakan pada lemari es, kemudian digunakan sebagai pendorong aerosol dalam
kaleng atau botol penyemprot, juga digunakan untuk membersihkan sirkuit komputer yang halus.
Sifat stabil dari CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini memberi peluang baginya untuk merusak
lapisan ozon. CFC yang terdifusi ke stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh
radiasi UV-C menghasilkan khlor-khlor bebas yang sangat reaktif, kemudian mengikat sebuah
atom oksigen biasa (O2).
Radiasi ultraviolet sangat berbahaya karena dapat merusak sel hidup dengan berbagai efek
yang ditimbulkannya. Radiasi UV-B yang dapat menembus lapisan ozon dapat merusak materi
genetik DNA dan penyebab utama kanker kulit. Selain menimbulkan kanker kulit, radiasi
ultraviolet juga melemahkan kemampuan tubuh untuk mengatasinya dengan jalan menekan
efisiensi sistem kekebalan sehingga memudahkan kanker menyebar luas. Untuk setiap penipisan
1% lapisan ozon diperkirakan sebanyak 2% radiasi ultraviolet sampai di permukaan bumi dan akan
menyebabkan peningkatan terjadinya kanker kulit 2% sampai 5%. Selain itu, diketahui pula bahwa
peningkatan kadar gas CO2 di atmosfer dapat menyebabkan reaksi pembentukan ozon di stratosfer
menurun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan ozon tidak teratasi.
Termasuk dalam salah satu pencemaran lingkungan global, penipisan lapisan ozon tidak
dapat ditanggulangi tanpa kerja sama internasional. Upaya perlindungan terhadap lapisan ozon
dilakukan melalui Konvensi Wina pada tahun 1985 dan tahun 1987 Amerika Serikat melarang
penggunaan CFC yang digunakan pada aerosol. Dua tahun kemudian sejumlah peraturan selesai
disusun dalam Protokol Montreal dan diberlakukan mulai Januari 1989. Protokol ini diratifikasi
36 negara yang menjadi 80% konsumen CFC dunia, mengusulkan agar diturunkan produksi dan
penggunaan lima bahan CFC dan tiga jenis halon secara bertahap sampai tuntas tahun 2005.
Indonesia, meskipun agak terlambat juga meratifikasi Konvensi Wina dan Protokol Montreal pada
tahun 1992. Indonesia sepakat menghentikan pembuatan dan penggunaan bahan perusak ozon
tersebut dan di awal tahun 1997 telah dilakukan larangan impor CFC. Sebagai penggantinya adalah
Hidroklorofluorokarbon (HCFC) yang mendapat subsidi dari pemerintah dalam bentuk bea masuk
yang lebih kecil. Dengan berlakunya ketentuan tersebut, Indonesia akan mengeluarkan sanksi bagi
importir produk yang mengandung zat perusak lapisan ozon (Ozon Depletion Subtances/ODS),
antara lain dengan jalan mengembalikan produk impor tersebut ke negara asal.
PENANGGULANGAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Banjir, tanah longsor, dan kelangkaan air bersih yang terjadi di beberapa daerah membuat
manusia mau tak mau menyadari akan kerusakan lingkungan. Berikut ini adalah upaya manusia
untuk menanggulangi kerusakan lingkungan.
1. Reboisasi dan Penghijauan
Reboisasi merupakan kegiatan penghutanan kembali kawasan hutan bekas tebangan
maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan. Reboisasi meliputi
kegiatan permudaan pohon, penanaman jenis pohon lainnya di area hutan negara dan area lain
sesuai rencana tata guna lahan yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian,
membangun hutan baru pada area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, atau pada lahan
kosong lain yang terdapat di dalam kawasan hutan termasuk reboisasi.
Penghijauan merupakan kegiatan penanaman pada lahan kosong di luar kawasan hutan,
terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan,
pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras, tanaman pupuk hijau, dan rumput
pekan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan, dan
ditingkatkan kembali kesuburannya. Penghijauan merupakan upaya yang termasuk dalam
rangkaian kegiatan penghijauan, yang sudah disebutkan berupa pembuatan bangunan
pencegah erosi tanah, misalnya pembuatan sengkedan (teras) dan bendungan (check dam)
yang dilakukan pada area di luar kawasan hutan. Penghutanan kembali pada daerah hutan
gundul dan penghijauan di berbagai tempat dapat menanggulangi banjir, polusi udara, tanah
longsor dan mendukung sumber air.

2. Pembangunan Berwawasan lingkungan


Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat
negatif maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
seharusnya selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.
Empat hal pokok dalam upaya penyelamatan lingkungan. Diantaranya,
- konservasi untuk kelangsungan hidup bio-fisik.
- perdamaian dan keadilan (pemerataan) untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari dalam
hidup bersama.
- pembangunan ekonomi yang tepat, yang memperhitungkan keharusan konservasi bagi
kelangsungan hidup biofisik dan harus adanya perdamaian dan pemerataan (keadilan)
dalam melaksanakan hidup bersama.
- demokrasi yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk turut berpartisipasi
dalam melaksanakan kekuasaan, kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam
meningkatkan mutu kehidupan bangsa.
Untuk menanggulangi berbagai polusi maka pembangunan pabrik, kantor, perumahan, dan
pertokoan/pasar harus mempertimbangkan pembuangan limbah, sanitasi, kesehatan
lingkungan dan hal-hal lain yang mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme.
Sebelum membangun proyek harus dibuat dahulu AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).

3. Penggunaan Pupuk Organik


Untuk mengurangi pencemaran tanah dan air, serta mengembalikan kesuburan tanah,
sebaiknya digunakan pupuk organik, misalnya pupuk kandang dan pupuk hijau serta
mengurangi penggunaan pupuk buatan secara bertahap. Hasil pertanian dengan pupuk organik
terbukti lebih aman dan sekarang lebih diminati oleh konsumen.
Selain upaya-upaya secara fisik yang sejak awal telah memepertimbangkan keseimbangan
dan kelestarian maka untuk mencegah kerusakan lingkungan perlu upaya-upaya yang
berkaitan dengan mental dan moral manusia serta penegak hukum. Upaya untuk penegakan
hukum sudah mulai terlihat dengan disahkan dan dilaksanakannya UU lingkungan hidup serta
UU perlindungan dan pelestarian sumber daya Alam. Sedangkan sisi moral manusia harus
selalu disosialisasikan pada seluruh lapisan masyarakat mengenai etika lingkungan.
Etika lingkungan adalah lebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. etika lingkungan diperlukan manusia untuk menjadikan manusia hidup selaras
dan seimbang dengan lingkungan.
Etika lingkungan dan keselarasan antara lain sebagai berikut :
- Manusia bukanlah dari segala sumber nilai dan bukan penguasaan alam.
- Lingkungan diciptakan untuk semua kehidupan sehingga manusia harus menjadi bagian
lingkungan yang benar dan jujur.
- Manusia harus menjadi penjaga dan pemelihara lingkungan maka manusia harus bekerja
sama dengan alam.
- Sumber daya alam yang tersedia bagi manusia terbatas.
- Hubungan manusia dengan alam bersifat sirkuler sehingga harus dijaga untuk tetap saling
menguntungkan.
- Manusia harus menjaga kelestarian keanekaragaman fisik dan biologis serta budaya agar
kualitas kehidupannya terjamin.

Anda mungkin juga menyukai