NPM : 2008109010037
Kelas : B
Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang berbeda dari bakteri dan prokariota lainnya.
Jamur adalah protista eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding
sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof dengan menyerap nutrient melalui dinding selnya, dan
melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual. Klasifikasi jamur terdiri dari dua yaitu klasifikasi
morfologis dan klasifikasi sistematis. Klasifikasi morfologi terdiri dari ragi, ragi seperti jamur, jamur
berserabut (molds), dan jamur dimorfik. Sedangkan Klasifikasi sistematis terdiri dari 4 kelas
berdasarkan pembentukan sporanya yaitu Zygomycetes, Ascemycetes, dan Basidiomycetes yang
bereproduksi secara seksual, sedangkan Deuteromycetes adalah jamur tidak sempurna yang tidak
diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ada yang bersifat patogen, dimana menurut klasifikasi klinis
nya terdiri dari mikosis superfisial, mikosis subkutan, dan mikosis sistemik yang dibagi menjadi
patogen primer dan oportunistik.
Mikroba tidak hanya terdapat dilikungan saja, tetapi juga terdapat di dalam tubuh manusia dan
umunya tidak merugikan yang Flora normal. Dalam kondisi normal, mikroba tidak menyebabkan
penyakit, tetapi jika kondisi menjadi kondusif dapat menyebabkan penyakit. Berdasarkan bentuk dan
sifat kehadirannya flora normal ada 2 jenis. Mikroorganisme tetap (resident flora) adalah
mikroorganisme yang biasanya ditemukan dibagian tubuh tertentu, dimana keberadaannya tetap dan
jika berubah akan kembali seperti semula. Mikroorganisme sementara (transient flora) adalah
mikroorganisme yang berada di suatu bagian tubuh dalam jangka waktu pendek, dimana keberadaannya
secara tiba-tiba (tidak tetap) dan berasal dari lingkungan. Flora normal memiliki keuntungan dimana
dapat mensintesis dan mengeluarkan vitamin, mencegah kolonisasi oleh patogen, antogonis terhadap
bakteri lain, dapat merangsang pengembangan jaringan tertentu, dan lain-lain. Disisi lain, flora normal
juga memiliki kerugian dimana dapat menyebabkan penyakit Ketika bakteri bersifat patogen atau
patogen oportunistik sehingga menyebabkan virulensi. Faktor virulensi bakteri yaitu transmisibilitas
(mikroba masuk kedalam tubuh inang), pelekatan (molekul adhesin/pili), kemapuan invasif (adanya
enzim, ex: hyluronidase), dan toksin bakteri (eksotoksin/endotoksin).
Mikroorganisme yang bersifat patogen dapat diatasi dengan cara sterilisasi. Sterilisasi
merupakan proses membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen. Sterilisasi merupakan prosedur
penting dalam penyiapan produk obat steril. Metode sterilisasi terdiri dari metode fisik, metode
mekanik, dan metode kimia. Metode pertama yaitu metode fisik yang terdiri dari pemanasan dan
penyinaran. Pemanasan memiliki dua cara yaitu panas kering (pemijaran langsung menggunakan api,
atau menggunakan oven) dan panas basah (direbus, steam (uap), atau menggunakan uap bertekanan
(autoklaf)). Sedangkan penyinaran menggunakan radiasi sinar UV. Metode kedua yaitu metode
mekanik dengan menggunakan sistem penyaringan yang bertujuan untuk menahan mikroba agar tidak
lagi bercampur dengan zat tersebut. Sedangkan Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-
bahan kimia yang bersifat desinfektan dan antiseptik. Dalam bidang farmasi, sterilisasi juga berfungsi
dalam pembuatan sediaan steril, dimana metodenya disesuaikan dengan jenis sediaan yang akan dibuat.