Anda di halaman 1dari 3

Jamur bermanfaat dalam pertanian

Beauveria bassiana,Trichoderma,Metharizium

Sabtu, 19 Januari 2008

Beauveria bassiana

JAMUR BERMANFAAT DALAM PERTANIAN

Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus
(hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat
memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.

Gambar a. inokulan murni bioinsectisida

Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi
secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B.
bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan
tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti
kutu gajah.

Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran
pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh
serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk
menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan
mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang
membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu,
miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B.
bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa
berwarna putih.

Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana.
Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan
wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphids sp.) pada
tanaman sayuran.Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati
yaitu :

Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti
predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.

Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.

Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman

Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr
air, tambahkan 3 sendok gula pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan formulasi
B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat dikembangbiakan secara konvensional,
sehingga lebih menghemat pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida biologis dari
jamur ini memberikan dampak positif terhadap pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan
lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya
sosialisasi yang lebih intensif.

Jamur entomopatogen, B. bassiana dapat diperoleh dari tanah terutama pada bagian atas (top soil) 5 –
15 cm dari permukaan tanah, karena pada horizon ini diperkirakan banyak terdapat inokulum B.
bassiana. Teknik untuk memperoleh jamur entomopatogen, B. bassiana dari tanah adalah dengan
menggunakan metoda umpan serangga (insect bait method) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Morfologi Beauveria bassiana


Cendawan Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemen, termasuk klas Deuteromycetes (Fungi
imperfecti), ordo Moniliales dan famili Moniliaceae. Cendawan ini mempunyai beberapa nama yaitu B.
stephanoderis (Bally) Petch., Botrytis bassiana (Balsamo), dan Botrytis stephanoderis (Bally). Cendawan
ini mempunyai miselia yang bersekat dan berwarna putih, dan bila menginfeksi kedalam tubuh serangga,
maka Cendawan ini terdiri atas banyak sel, dengan diameter 4 μm, dan diluar tubuh serangga ukurannya
lebih kecil yaitu 2 μm. Hifa fertil terdapat pada cabang (branchlets), tersusun melingkar (verticillate) dan
biasanya menggelembung atau menebal. Konidia menempel pada ujung sisi konidiofor atau cabang-
cabangnya. Konidia bersel satu, bentuknya oval agak bulat (globose) sampai dengan bulat telur
(obovate), berwarna hialin dengan diameter 2 – 3 um. Konidiofor berbentuk zig-zag dan berkelompok,
sedang miselium di bawahnya menggelembung. Bentuk konidiofor yang zigzag merupakan ciri khas dari
genus Beauveria (Friederichs & Billy, 1923 dalam Wiryadiputra, 1994; Suntoro, 1991; Utomo et al., 1988)

Mekanisme Infeksi Beauveria bassiana pada Serangga

Proses infeksi cendawan B. bassiana melalui kutikula atau saluran pencernaan serangga. Menurut Sila,
(1983) dalam Yasin et al., (2005) sebelum konidia B. bassiana mencapai organ vital, terlebih dahulu
berkecambah membentuk tabung kecambah dan hifa dipermukaan kulit. Hifa ini secara bersama-sama
membentuk myselium, kemudian mengadakan penetrasi kedalam tubuh serangga, dan aliran darah
serangga, sehingga menyebar keseluruh tubuh serangga. Di dalam tubuh serangga B. bassiana
memperbanyak diri dan memproduksi toksin Beauverisin. Toksin inilah yang merusakstruktur membran
sel, sehingga serangga mati (Riyatno dan Suntoro, 1991 dalam Yasin et al., 2005), juga merusak fungsi
utama haemolimfa dan menyebabkan perubahan inti dan mempengaruhi perpindahan sel dalam
deretan sel (Tanada dan Kaya, 1983 dalam Yasin 2005).

Pengaruh Kerapatan Konidia terhadap Efikasi Jamur B. bassiana

Kerapatan konidia tidak kalah pentingnya dalam menentukan tingkat keefektifan jamur terhadap
serangga inang yang akan dikendalikan (Vu et al. 2007). Pada umumnya semakin tinggi tingkat kerapatan
konidia yang diaplikasikan pada serangga uji, semakin tinggi mortalitas yang dicapai (Prayogo, 2009).
Aplikasi L. lecanii pada Nephotettix virescens dan Trialeurodes vaporariorum dengan kerapatan 104-107
konidia/ml menyebabkan kematian serangga hanya dibawah 40%. Apabia kerapatan konidianya
ditingkatkan menjadi 108/ml mampu menyebabkan kematian T. vaporariorum hingga mencapai 100%
hanya dalam kurun waktu lima hari setelah aplikasi (Kim et al. 2001 dalam Prayogo, 2009). Berdasarkan
hasil penelitian Jauharlina (1999), cendawan B. bassiana pada konsentrasi 25 g L-1 atau 47,2 × 106
konidia mL-1 hanya dapat menimbulkan kematian serangga sebesar 36%.

Anda mungkin juga menyukai