Anda di halaman 1dari 12

Kegiatan pembelajaran Ke 12

a. Pemanfaatan Agens Hayati dalam Pengendalian Hama dan Penyakit


Mendukung Pertanian Organik
b. Tujuan :
Dengan mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan pemanfaatan agens hayati sebagai pengendali OPT yang aman
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, juga makhluk lainnya
c. Materi :
Pemanfaatan Agens Hayati yang banyak digunakan untuk pengendali OPT
Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
Bakteri yang paling banyak dimanfaatkan sebagai insektisida hayati adalah
species Bacillus thuringiensis (Bt). Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah
satu jenis bakteri yang sering digunakan sebagai insektisida mikroba untuk
mengontrol serangga hama seperti Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu
protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama seranggga dari ordo
Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi toksik, terutama
setelah masuk ke dalam saluran pencernaan serangga. Ada 2 kelompok yaitu :
1. Bakteri yang tidak membentuk spora ( terdapat dalam saluran pencernaan
serangga) tingkat kematian serangga rendah
2. Bakteri yang membentuk spora ( menginpeksi larva di dalam mesofagus,
kemudian membentuk spora dan sporanya menyerang bagian tubuh
serangga), tingkat kematian serangga tinggi.
Kebanyakan spesies bakteri entomopatogen yang diisolasi dari serangga
yang sakit adalah bakteri yang tidak membentuk spora, untuk produksi komersial,
bakteri yang membentuk spora lebih mudah untuk diformulasikan dan dapat di
simpan lebih lama karena dalam bentuk spora bakteri tidak membutuhkan makanan.
Keunggulan Bakteri ini adalah :
1. Kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik artinya bakteri dapat
mematikan serangga tertentu saja sehingga tidak beracun terhadap hama
bukan sasaran atau manusia
2. Ramah lingkungan karena mudah terurai dan tidak menimbulkan residu yang
mencemari lingkungan.
Substansi aktif
Substansi aktif yaitu bahan-bahan yang mempunyai aktivitas tertentu yang
dihasilkan oleh makhluk hidup, bahan aktif ini biasanya dapat bersifat positif pada
makhluknya sendiri akan tetapi dapat bersifat negatif atau positif pada makhluk
hidup lain. Substansi aktif yang dihasilkan oleh mikroorganisme
1. Metabolit primer : Substansi aktif primer biasanya terdapat didalam sel
dengan jumlah yang relatif sedikit
2. Metabolit sekunder : Substansi sekunder adalah hasil metabolisme didalam
sel lalu disekresikan keluar sel atau dikumpulkan dalam kantong-kantong
khusus diantara sel atau jaringan didalam tubuhnya.
Mekanisme kerja dari toksin bakteri B. Thuringiensis : Terjadinya mekanisme
intraseluler dari β-eksotoksin, sebagai substansi protein aktif yang bersifat racun,
senyawa ini akan menghambat sintesa asam ribonukleat, dengan cara
menghentikan proses katalisa polimerasi oleh DNA-dependen RNA-polymerisase.
Mekanisme Patogenisitas kristal protein yang termakan oleh serangga akan larut
dalam lingkungan basa pada usus serangga target, protein tersebut akan teraktifkan
oleh enzim pencerna protein serangga. Protein yang teraktifkan akan menempel
pada protein receptor yang berada pada permukaan sel epitel usus. Penempelan
tersebut mengakibatkan terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga sel
mengalami lisis, akhirnya serangga mengalami gangguan pencernaan dan mati.
Cara Isolasi
Isolat Bacillus thuringiensis dapat diisolasi dari tanah, bagian tumbuhan,
kotoran hewan, bangkai serangga. Salah satu cara isolasi yang cukup efektif adalah
dengan seleksi asetat. Beberapa gram sumber isolat disuspensikan ke dalam media
pertumbuhan bakteri (misal LB) yang mengandung natrium asetat kemudian
dikocok. Media asetat tersebut menghambat pertumbuhan spora B. thuringiensis
menjadi sel vegetatif. Setelah beberapa jam media tersebut dipanaskan pada suhu
80°C selama beberapa menit. Pemanasan ini akan membunuh sel-sel bakteri atau
mikroorganisme yang sedang tumbuh termasuk spora-spora bakteri lain yang
tumbuh. Kemudian sebagian kecil dari suspensi yang telah dipanaskan diratakan
pada media padat. Koloni-koloni yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media
sporulasi B. thuringiensis. Koloni yang tumbuh pada media ini dicek keberadaan
spora atau protein kristalnya untuk menentukan apakah koloni tersebut termasuk
isolat B. thuringiensis.
Penapisan Isolat yang Toksik
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk hal ini. Pertama dengan
pendekatan molekular dan kedua dengan bioasai.
1. Pendekatan Molekular dilakukan dengan PCR menggunakan primer-primer
yang dapat menggandakan bagian-bagian tertentu dari gen-gen penyandi
protein kristal (gen cry). Hasil PCR ini dapat dipakai untuk memprediksi
potensi racun dari suatu isolat tanpa terlebih dulu melakukan bioasai terhadap
serangga target. Dengan demikian penapisan banyak isolat untuk kandungan
gen-gen cry tertentu dapat dilakukan dengan cepat.
2. Pendekatan Bioasai dengan mengumpankan isolat atau kristal protein dari
isolat tersebut kepada serangga target. Dari bioasai ini dapat dibandingkan
daya racun antar isolat.
Cara Perbanyakan
Perbanyakan bakteri B. thuringiensis dalam media cair dapat dilakukan dengan
cara yang mudah dan sederhana. Karena yang diperlukan sebagai bioinsektisida
adalah protein kristalnya, maka diperlukan media yang dapat memicu terbentuknya
kristal tersebut. Media yang mengandung tryptose telah diuji cukup efektif untuk
memicu sporulasi B. thuringiensis. Dalam 2–5 hari B. thuringiensis akan bersporulasi
dalam media ini dengan pengocokan pada suhu 30°C. Perbanyakan B. thuringiensis
ini dapat pula dilakukan dalam skala yang lebih besar dengan fermentor.
Jamur Beauveria bassiana
1. Menimbulkan penyakit pada serangga. Contoh serangga hama wereng,
walang sangit, ulat, lembing dan sundep beluk (penggerek batang).
2. Secara alami terdapat didalam tanah sebagai jamur saprofit
3. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan
serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi
4. Secara umum, suhu di atas 30 C, kelembapan tanah yang berkurang dan
adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.
Karakteristik Beauveria bassiana
1. Berwarna putih
2. Penyebaran spora melalui air atau terbawa angin
3. Menginfeksi serangga melalui integument/jaringan lunak
4. Hifa tumbuh dari konidia
5. Merusak jaringan
6. Tumbuh diluar tubuh inang
7. Saat siap menghasilkan spora kemudian
8. Kondisi tidak mendukung, perkembangan berlangsung didalam tubuh inang
tanpa keluar menembus integument
9. Tubuh serangga hama yang mati yang terinfeksi mengeras seperti mumi.
Mekanisme infeksi Beauveria bassiana
1. Kontak, masuk ke dalam tubuh inang
2. Reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang
3. Masuk ke tubuh tubuh inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan
lubang lainnya
4. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan
berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian
masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan
atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses
selanjutnya, jamur akan bereproduksi di dalam tubuh inang. Jamur akan
berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh,
sehingga serangga mati
5. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh
inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga inang
akan mati.
6. Serangga Inang yang mati ubuh mengeras seperti mumi , tubuhnya ditutupi
warna putih terlihat mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages)
seperti antara segmen-segmen antena, antara segmen kepala dengan
toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen
abdomen dengan cauda (ekor)
7. Beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh serangga yang
terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna putih
8. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara
kapsul kepala dengan toraks atau diantara segmen-segmen apendages
demikian pula miselium jamur keluar pertama kali pada bagian-bagian
tersebut.
Penggunaan jamur ini untuk membasmi hama dapat dilakukan dengan beberapa
metode:
1. Metode jebakan hama. Caranya dengan memasukkan Beauveria bassiana
beserta alat pemikat berupa aroma yang diminati serangga (feromon) ke
dalam botol mineral. Serangga akan masuk ke dalam botol dan terkena
spora. Akhirnya menyebabkan serangga tersebut terinfeksi
2. Metode penyemprotan. Cara dengan mengeluarkan spora menembus
kutikula keluar tubuh inang, maupun melalui fesesnya yang terkontaminasi.
Serangga sehat kemudian akan terinfeksi.

Pestisida Nabati sebagai Pengendali OPT


Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang
diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Di lain pihak, tanpa penggunaan
pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT. Untuk
menghadapi berbagai tantangan tersebut, pemerintah bersama masyarakat harus
mampu membuat trobosan-trobosan dengan berbagai alternatif yang dapat
mengatasi permasalahan dengan tidak mengabaikan lingkungan dan
mengutamakan keberpihakan kepada petani. Suatu alternatif pengendalian hama
penyakit yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat
diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi petaninya
yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintetis. Oleh sebab itu sudah
saatnya memasyaratkan pestisida nabati yang ramah lingkungan.
Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami
nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang. Dengan demikian tanaman juga akan
terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati adalah
bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat
digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas
(pemandul), pembunuh dan bentuklainnya.
Pestisida Nabati Berdasarkan Mekanisme Kerja yaitu : Menghambat proses
reproduksi serangga betina,Menolak makan, mengurangi nafsu makan, Merusak
perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga perkembangbiakan serangga hama
terhambat. Menghambat pergantian kulit. Pestisida Nabati berdasarkan Golongan
yaitu : Repelant, sebagai menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang
menyengat, Antifidan, sebagai mencegah serangga memakan tanaman yang telah
disemprot merusak perkembangan telur, larva, dan pupa menghambat reproduksi
serangga betina, Racun syaraf, sebagai mengacaukan sistem hormon dalam tubuh
serangga, Atraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada
perangkap seranggaMengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.

Pembuatan Pestisida Nabati


Cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat
dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku
umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif di
suatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena
ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu
penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan
yang berbeda maka kandungan bahan aktifnyapun dapat berbeda pula. Oleh sebab
itu, dosis atau konsentrasi bahan aktif yang digunakannya pun akan berbeda pula.
Berkaitan dengan masalah ini, maka ramuan pestisida nabati akan tergantung
kepada hasil pengujian di lokasi setempat dan mungkin tidak akan berlaku di tempat
lain (tidak berlaku umum). Pembuatan pestisida nabati ada dua cara, yaitu cara
sederhana ( jangka pendek ) dan laboratorium ( jangka panjang ). Untuk
menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut:
penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan
produk berupa tepung, abu, atau pasta, rendaman untuk produk ekstrak. Ekstraksi
dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga
yang terampil dan dengan peralatan yang khusus. Di Indonesia Jenis Tumbuhan
Penghasil Pestisida Nabati cukup banyak. Tumbuhan penghasil nabati antara lain :
Kelompok Tumbuhan Insektisida Nabati : Piretrum (Chrysantemum
cinerarinefolum Trev.), Famili Compositae. Aglaia (Aglaia odorata), Famili
Meliaceae. Babadotan (Ageratum conyzoides L.), Famili Asteraceae. Bengkuang
(Phachyrrhyzus erosus Urban), Famili Leguminosae. Bitung
(Barringtoniaacutangula), FamiliLecythidaceae. Jeringau (Acoruscalamus),
FamiliAraceae. Saga (Abrusprecatorius), FamiliLeguminosae. Serai
(Andropogon nardus), Famili Graminae. Sirsak (Annona muricata), Famili
Annonaceae. Srikaya (Annona squamosa ), Famili Annonaceae
Kelompok Tumbuhan Atraktan atau Pemikat ( menyerupai Sex Feromon ) :
DaunWangi (Malaleucabracteata), FamiliMyrtaceae. Selasih (Ocimum sanctum),
Famili Labiatae
Kelompok Tumbuhan Rodentisida Nabati : Gadung KB (Dioscorea
composita L.), Famili Dioscoreaceae dan gadung racun (Dioscorea hispida Denst),
Famili Dioscoreaceae.
Kelompok Tumbuhan Moluskisida Nabati : Tefrosia (Tephrosia vogelii Hook),
Famili Leguminosae. Tuba (Derris eliptica (Roxh.) Bentha), Famili Papilionaceae.
Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC), Famili Compositae
Kelompok Tumbuhan serba guna (Pestisida Fungisida, bakterisida,
nematisida, moluskisida) : Jambu Mente (Anacardiumoccidentale), Famili
Anacardiaceae. Lada (Piper ningrum ), Famili Piperaceae. Mimba
(Azadirachtaindica Juss), FamiliMeliaceae. Mindi (Melia azedarach ),
FamiliMeliaceae. Tembakau (Nicotinatabacum),FamiliSolanaceae. Cengkih
(Syzygnumaromaticum), Famili Myrtaceae

Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Pestisida Nabati untuk pengendali OPT


1. Mimba (Azadirachta indica). Daun dan biji mimba mengandung senyawa
aktif azadirachtin sebagai senyawa utama meliantriol, salanin dan nimbin.
Berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti
kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya
tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin, pemandul. Efektif
mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain : belalang,
thrips, ulat, kupu-kupu putih. Disemprotkan awal perkembangan serangga ke
daun tanaman bisa juga disiramkan pada akar untuk mengendalikan
serangga di dalam tanah, juga untuk mengendalikan jamur (fungisida)
sebagai pencegahan agar spora jamur gagal berkecambah antara lain :
embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak
daun. Dan dapat mencegah bakteri embun tepung (powdery mildew).
Cara pembuatannya : Merebus 1 kg daun nimba dengan 10 liter air hingga
mendidih. Dinginkan larutan sebelum diaplikasikan pada tanaman. Untuk
mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau, 5 -10 gr biji
mimba ditumbuk halus, kemudian masukkan ke setiap lubang tanaman
tembakau. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium 2 -6 gr
biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter. Lalu disaring
dan siap di semprotkan ke tanaman
2. Sirsak (Annona muricata), mengandung senyawa annonain dan resin yang
efektif untuk hama trips. Jika ditambah daun tembakau, sirsak efektif untuk
hama belalang dan ulat. Dan jika ditambah jeringau dan bawang putih, efektif
untuk hama wereng coklat
Cara pembuatannya : Daun sirsak di rebus dengan 1,5 liter air, hingga air
yang tersisa1 liter.,Setelah itu ditambahkan sabun colek kedalam larutan
tersebut. Untuk pemakaiannya perbandingan campuran pestisida 1liter Air 14
liter ( 1 : 14 )
Cara penggunaan : Disemprotkan pada tanaman pagi hari sebelum jam 10.00
atau sore jam 15.00 hingga maghrib di aplikasikan 2 kali dalam seminggu
( harus dilakukan beberapa kali ), Sebab penggunaan rutin agar tanaman
terlindungi dan mencegah hama kutu daun dan thrips. Ekstrak dapat disimpan
hingga 1 tahun, sejak pembuatan, tetapi sebaiknya segera digunakan agar
manfaatnya lebih maksimal.
3. Bawang Putih (Allium sativum) Bawang putih, bawang bombai dan cabai,
digiling, tambahkan air sedikit, dan didiamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1
sendok makan deterjen, diaduk rata, kemudian ditutup. Disimpan di tempat
yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakan ekstrak dicampur
ekstrak dengan air. Dapat digunakan pada berbagai hama khususnya hama
tanaman hortikultura
Cara Pembuatannya : 1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan
gula pasir 100 gr, kemudian aduk sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air.
Kemudian didiamkan selama 1 minggu, Setelah itu di saring dan siap di
aplikasikan terlebih dahulu dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20,
Larutan ini efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai
4. Pepaya (Carica papaya). Daun papaya sebanyak 1 kg dihaluskan lalu
dicampurkan dengan 1 liter air, kemudian dibiarkan 1jam, setelah itu disaring.
Hasil saringan tambah 1liter air dan 1 sendok besar sabun. Ampas bisa
dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Ekstrak
cairan dapat digunakan sebagai pestisida alami untuk hama-hama yang
mengganggu tanaman seperti kutu daun, rayap, ulat bulu, hama kecil lainnya.
Cara Pembuatannya : Daun papaya 1 kg di tumbuk hingga halus kemudian
direndam dalam 10 liter air dan tambahkan 2 sendok makan minyak tanah
dan 30 gr detergen. Hasil campuran didiamkan satu malam, kemudian
disaring dengan kain halus, setelah itu diaplikasikan dengan cara di
semprotkan ke tanaman
5. Gadung (Dioscorea hispida) Gadung mengandung racun sianida (HCN) yang
digunakan untuk mengendalikan tikus akibatnya reproduksi tikus terhambat
atau bahkan mandul. Cara Pembuatan : Gadung 500 gr, di tumbuk halus
kemudian di peras dengan kain halus setelah itu tambahkan 10 liter air , aduk
rata dan siap di semprotkan ke tanaman
6. Akar Tuba (Derris elliptica) mengandung senyawa rotenon dan berisifat
kontak berspektrum luas, racun perut. Retenon dapat diekstrak
menggunakan eter/aseton dan dapat menghasilkan 2 - 4 % Resin rotenone,
dibuat menjadi konsentrat air. Senyawa ini bekerja sebagai racun sel yang
sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang mengakibatkan
serangga berhenti makan. serangga akan mati setelah beberapa jam.
Rotenon apat dicampur dengan belerang. Digunakan sebagai moluskisida,
insektisida dan akarisida
7. Temu-Temuan (Temulawak, Kencur, Kunyit). Yang digunakan adalah
rimpangnya, ditumbuk halus dengan dicampur urine sapi dan air dengan
perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis serangga penyerang tanaman.
Cara membuatnya : Tuang urine sapi ke dalam tong. Kemudian campur
kunyit, temulawak, temu hitam yang telah halus, lalu masukkan campuran ini
kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan
aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan
pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi
8. Tembakau (Nicotium tabacum) mengandung senyawa nikotin. Turunannya
antara lain Alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya. Bekerja
sebagai racun kontak, racun perut dan fumigan, merupakan racun syaraf
yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak untuk serangga
seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan jamur
9. Bawang Merah (Allium cepa), Kulit bawang merah mengandung senyawa
acetogenin. Memiliki keistimewaan sebagai anti-feeden pada konsentrasi
yang tinggi menyebabkan serangga tidak nafsu makan. Sedangkan pada
konsentrasi rendah, akan terganggu proses pencernaan dan merusak organ-
organ pencernaan, yang mengakibatkan kematian. Selain itu juga
mengandung senyawa squamosin, senyawa ini mampu menghambat
transport elektron pada sistem respirasi sel hama serangga, yang
menyebabkan hama serangga tidak dapat menerima nutrisi makanan
akhirnya, secara perlahan serangga akan mati. Selain untuk membunuh ulat
hama, juda dapat bermanfaat untuk kesuburan
10. Tembelekan (Lantara camara), mengandung senyawa yang termasuk
alelokimia yaitu lantaden A dan lantaden B yang termasuk golongan terpenoid
serta 14 senyawa fenolik. Disebutkan juga bahwa genus Lantana camara
mengandung triterpenoid, flavonoid, fenilpropanoid, furanophthaquinon, dan
beberapa senyawa hidrokarbon, dan memiliki efek alelopati yang
menghambat perkecambahan biji, pemanjangan akar, dan pertumbuhan
beberapa spesies tanaman. Daun dan cabang dikeringkan lalu dibakar.
Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama,
kumbang maupun pengerek daun
11. Cengkeh (Syzgium aromaticum). Daun dan bunga mengandung minyak atsiri
Eugenol 80%, yang di dapatkan melalui proses ekstraksi maupun
penyulingan. Efektif membunuh nematoda penyebab puru pada akar
12. Mindi (Melia Azedarach L.) Biji mengandung bahan aktif Alkaloid sampai
40%, yang larut dalam air. Minyak mindi mengandung carotinoid dan
meliatin. Kandungan bahan aktif mindi mirip seperti mimba, yaitu:
azadirachtin, triol, dan salanin. Digunakan sebagai pestisida nabati, untuk
mengusir hama, menghambat hama untuk bertelur. Bersifat racun kontak
perut bagi serangga hama. Dimanfaatkan untuk mengendalikan Hama
Aphis citri, Ulat grayak ( Spodoptera spp ) ,Ngengat Phtorimaea operculella
yang menyerang umbi kentang, (Ostrinia furnacalis) pengerek tanaman
jagung di Asia, kutu kubis (Brevicoryne brassica), perusak daun jeruk
(Phyllocnistis citrella), Kutu sisik jeruk Panonychus citri, Ngengat punggung
berlian Plutella xylostella, Kumbang Epilachna varivestis, Belalang Locusta
migratoria, Wereng padi hijau Nephotettix virescens, Penggerek batang padi
Tryporyza incertulas, Ulat kuncung tembakau Helicoverpa virescens, Wereng
punggung putih Sogatella furcifera dan Hama gudang Ephestia cautella,
Rhizopertha domonica. Aman terhadap laba-laba, dan bisa meracuni manusia
dan hewan menyusui lainnya.

Kendala Penggunaan Pestisida Nabati antara lain :


1. Pestisida sintetis tetap lebih disukai dengan alasan mudah didapat, praktis
mengaplikasikannya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat
sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu
membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida.
2. Kurangnya rekomendasi atau dorongan dari pengambil kebijakan. Hal ini
terlihat dari kurangnya atau tidak adanya penyuluhan dan pengenalan
penggunaan pestisida nabati kepada petani atau pengguna.
3. Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam jumlah yang
memadai saat diperlukan.
4. Frekuensi penggunaannya tinggi karena sifatnya mudah terlarut di alam
sehingga memerlukan pengaplikasian yang lebih sering.
5. Sulitnya registrasi pestisida nabati mengingat pada umumnya jenis pestisida
ini memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan pada
beberapa kasus tidak semua bahan aktif bisa dideteksi.

d. Latihan
1. Jelaskan mekanisme kerja agens hayati dalam mengendalikan OPT
2. Jelaskan proses pembuatan pestisida nabati dan cara penggunaannya dan
berikan contohnya.
3. Jelaskan cara memperbanyak agens hayati entomopatogen.
4. Jelaskan metode penggunaan agens hayati jamur untuk mengendalikan
hama

Anda mungkin juga menyukai