Anda di halaman 1dari 5

Dalam konsep PHT, pengendalian OPT merupakan satu kesatuan sistem

pengelolaan ekosistem pertanian dengan penekanan pada upaya memadukan


secara optimal semua teknologi pengendalian OPT yang cocok dan mendorong
berfungsinya proses pengendalian alami yang mampu mempertahankan populasi
OPT pada tingkat keseimbangan yang rendah. Tujuannya adalah: a) menurunkan
status OPT; b) menjamin keuntungan petani; c) melestarikan kualitas lingkungan;
dan d) menyelesaikan masalah OPT secara berkelanjutan. \
Untuk menerapkan PHT seoptimal mungkin diperlukan pengetahuan
mengenai unsur dasar PHT, yakni: a) ekosistem, khususnya komponen ekosistem
yang berperanan sebagai pengendali populasi OPT secara alamiah; b) biologi dan
ekologi berbagai jenis organisme untuk menentukan peranan tiap jenis organisme
tersebut dalam ekosistem; c) batas toleransi tanaman terhadap kerusakan yang
ditimbulkan oleh serangan OPT untuk mengusahakan agar populasi OPT dapat
dipertahankan tetap berada di bawah batas tersebut; dan d) teknik pemantauan
populasi OPT serta komponen fisik dan biologis yang menentukan keberadaan dan
mengatur kepadatan populasi OPT. Keempat pengetahuan tersebut dipadukan
dalam suatu kesatuan yang serasi agar produktivitas tanaman dapat dioptimalkan
dan ekosistem dapat diusahakan stabil.
Salah satu bentuk pengendalian OPT adalah dengan pengendalian secara
hayati. Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan sengaja
dengan memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan
pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh
alami yang dilakukan di laboratorium.
Pendekatan dalam Pengendalian Hayati
1. Introduksi
Introduksi musuh alami dilakukan apabila hama yang akan
dikendalikan itu merupakan hama yang eksotik yang berasal dari negeri lain
atau tempat lain. Introduksi dilakukan dengan cara mengimpor atau
memasukkan musuh alami dari negeri lain. Karena introduksi melibatkan
hubungan antar dua negara, maka introduksi umumnya dilakukan pada level
pemerintah. Misalnya, Departemen Pertanian, Republik Indonesia pada bulan
Agustus 1986 memasukkan predator kutu loncat lamtoro, Curinus coeruleus
Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) dari Hawaii untuk mengendalikan kutu
loncat, Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae) yang
menyerang lamtoro di Indonesia
2. Augmentasi
Augmentasi dilakukan apabila musuh alami itu tidak cukup efektif atau
tidak efektif pada waktu tertentu. Augmentasi bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan musuh alami dalam mengendalikan hama. Augmentasi
dilakukan dengan cara menambahkan musuh alami melalui pelepasan.
Augmentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi dan inundasi.
Inokulasi adalah pelepasan sejumlah kecil musuh alami pada saat populasi
hama masih rendah, biasanya pada awal musim tanam. Berbeda dengan
inokulasi, inundasi merupakan pelepasan musuh alami dalam jumlah besar
dengan tujuan musuh alami tersebut langsung dapat menurunkan populasi
hama dengan segera sampai tingkat yang tidak merugikan. Musuh alami ini
digunakan sebagai insektisida biologis (bioinsecticide)
3. Konservasi
Lingkungan hama dan musuh alaminya dapat dimanipulasi untuk
meningkatkan kehidupan dan dampak musuh alami yang sudah ada. Cara ini
disebut juga sebagai metode konservasi. Jadi, konservasi merupakan usaha
untuk memanfaatkan musuh alami yang sudah ada di lapangan atau
pertanaman dengan cara memanipulasi lingkungan sedemikian rupa agar
perannya dalam menekan populasi hama dapat ditingkatkan. Manipulasi
lingkungan dapat dilakukan dengan cara pengembangan teknik bercocok
tanam yang sesuai, penyediaan sumber daya pakan bagi musuh alami, inang
alternatif, sinkronisasi fenologi hama dan musuh alami, pengendalian pesaing
biologi, modifikasi praktek bercocok tanam, dan mengurangi gangguan dan
kematian musuh alami. Musuh alami sering lebih memilih habitat yang
berbeda dari tanaman pokok yang diusahakan

DEFINISI MUSUH ALAMI


Musuh alami merupakan agens hayati yang berperan sebagai salah satu
faktor pembatas perkembangan populasi hama. Musuh alami ini berperan dalam
menekan meningkatnya populasi hama. Musuh alami terdiri atas empat kelompok
yaitu:
1. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebagian hidupnya memarasit
kehidupan inangnya, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian pada
inangnya tersebut. Batasan umum dari istilah parasitoid adalah serangga
yang untuk melengkapi hidupanya memerlukan serangga lain sebagai
inangnya. Pada umumnya parasitoid bersifat spesifik pada inangnya yaitu
menyerang satu atau beberapa spesies inang.
Berdasarkan jumlahnya yang dapat berkembang pada inangnya
parasitoid dikelompokkan menjadi dua yaitu parasitoid gregarious dan soliter.
Parasitoid gregarious adalah parasitoid yang meletakkan telurnya lebih dari
satu pada inangnya, sehingga dalam satu inang dapat berkembang lebih dari
satu individu parasitoid. Sedangkan parasitoid soliter adalah parasitoid yang
meletakkan satu atau beberapa telur pada inangnya, tetapi hanya satu
individu yang dapat berkembang.
Berdasarkan letak penempatan telur parasitoid dibagi menjadi
endoparasitoid dan eksoparasitoid. Endoparasitoid adalah parasitoid yang
berkembang didalam tubuh inangnya. Sebaliknya eksoparasitoid adalah
parasitoid yang berkembang di luar tubuh inangnya.
Berdasarkan stadia inang yang diserang parasitoid dibedakan menjadi
parasitoid telur dan parasitoid larva atau pupa. Parasitoid telur artinya
parasitoid yang menyerang inangnya pada saat fase telur. Parasitoid larva
parasitoid yang menyerang larva. Parasitoid pupa parasitoid yang menyerang
pupa. Ada parasitoid yang menyerang inangnya pada stadium larva, tetapi
inangnya mati pada satdium pupa. Parasitoid ini disebut parasitoid larva
pupa.
Berdasarkan cara membunuh inangnya parasitoid dikelompokkan
menjadi parasitoid idiobion dan koinobion. Parasitoid idiobion adalah
parasitoid yang membunuh atau menyebabkan inangnya berhenti
berkembang sesaat setelah terjadi oviposisi parasitoid. Oviposisi adalah
menempatkan telur pada habitat yang cocok. Parasitoid koinobion adalah
parasitoid yang membiarkan inangnya tetap hidup dan berkembang.
Parasitoid koinobion kurang ampuh digunakan sebagai agens hayati.
Contoh: Trichogramma spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae)
2. Predator
Predator adalah pemangsa yang memangsa mangsanya secara langsung,
dengan cara memakan atau mengisap cairan tubuh mangsa sehingga segera
menyebabkan kematian. Contohnya Coccinellidae, Menochilus sexmaculatus,
Coccinella transversalis, dll. (Lihat di modul).

3. Entomopatogen
Entomopatogen merupakan mikroorganisme jasad renik yang
menginfeksi dan menyebabkan serangga menjadi sakit dan kemudian mati.
Mikroorganisme yang biasa dijadikan musuh alami serangga adalah bakteri,
jamur, virus, dan nematoda.
Bakteri yang biasa digunakan adalah bakteri yang menghasilkan
spora. Bakteri yang menyerang serangga dapat bakteri yang tidak
membentuk spora dan bakteri yang membentuk spora. Bakteri penghasil
spora merupakan bakteri yang sangat penting yang saat ini banyak digunakan
sebagai insektisida mikrobia. Contoh bakteri yang biasa digunakan sebagai
berikut. Cth - Bacillus popiliae sebagai patogen dari kumbang jepang Popillia
japonica dan kumbang skarabia lainya – Bacillus thuringiensis sangat efektif
dalam mengendaliakan larva dari ordo Lepidoptera dan larva nyamuk.
Jamur yang menginfeksi serangga disebut jamur entomopatogenik.
Jamur patogen langsung masuk ke dalam tubuh serangga tidak melalui
saluran pencernaan tetapi langsung masuk ke tubuh melalui kulit atau
integumen. Setelah masuk, jamur akan memperbanyak diri didalam jaringan
dan akhirnya terpenuhi oleh jamur. Ada beberapa jamur yang dapat
menghasilkan toksin yang dapat memengaruhi fisiologi hama serangga.
Contohnya Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae.
Virus yang penting adalah Nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan
Granulosis virus. NPV umumnya dapat menyerang kelompok lepidoptera dan
coleoptera terjadi pada stadia larva. Mekanisme infeksinya melalui mulut dan
berkembang biak di dalam saluran pencernaan. NPV memperbanyak diri
dalam inangnya sehingga seluruh organ internal larva akan terserang.

Nematoda
Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp.

4. Agens Antagonis (Mikroorganisme yang dapat menyerang patogen yang


menjadi penyebab penyakit pada tanaman)
Jamur, Trichoderma spp.
Bakteri, Bacillus subtilis

Anda mungkin juga menyukai