Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAKTERIOLOGI II

“Corynebacterium sp.”
Dosen pembimbing:
Risa Wahyuningsih, S.ST., M.Si

Disusun oleh : Kelompok 4


Anggota :
Fx. Agung Pinto Laksono P07134218132
Ghina Nu’ma Nabiela P07134218133
Gina Ananda P07134218134
Husnul Khotimah P07134218136
Mega Indriyani. M P07134218139
Muhammad Ihza Saputra P07134218144
Nur Hikmah P07134218151
Nurlianti Azmi P07134218153

KEMENTRIAN KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN


BANJARMASIN JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mata kuliah
Bakteriologi II ini dengan sebaik-baiknya. Dalam pengerjaan makalah ini,
terdapat beberapa kesulitan yang kami alami. Terimakasih juga tak lupa kami
tuturkan kepada Ibu Risa Wahyuningsih, S.ST., M.Si sebagai dosen mata kuliah
Bakteriologi II yang telah memberikan bimbingan dalam berbagai hal. Kami
berharap makalah ini berguna dalam rangka mengetahui tentang bakteri
Corynebacterium sp.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata atau terdapat kata yang kurang berkenan. Tak ada
gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Banjarbaru, 5 September 2019

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1Definisi Corynebacterium sp. .................................................................................... 3
2.2 Morfologi Corynebacterium sp. .......................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Corynebacterium sp. ...................................................................... 4
2.4 Uji Biokimia Corynebacterium sp. ..................................................................... 7
2.5 Identifikasi Corynebacterium sp. ........................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................................ 10
PENUTUP ........................................................................................................................... 10
3. 1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
3. 2 Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, Indonesia sangat dikhawatirkan dengan polemik yang terjadi
di masyarakat, terutama pada lingkup kesehatan. Dari berbagai aspek,
kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan dan banyak masyarakat yang
telah memahami akan pentingnya kesehatan. Namun, hal tersebut tarpati
hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat perekonomian yang
mencukupi, sedangkan kalangan menegah ke bawah tingkat kesadaran
individu akan pentingnya kesehatan tidak terlalu tinggi. Hal itu banyak
disebabkan karena tingkat perekonomian. Sehingga, belakangan ini banyak
tersebar berbagai endemik penyakit di Indonesia, misalnya difteria.
Difteria merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious
disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
diphtheria yaitu bakteri yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian
tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring.
Penularan difteria dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk
dan bersin penderita.
Penderita difteria umumnya anak-anak usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan
10% kasus difteria dapat berakibat fatal hingga menimbulkan kematian.
Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteria merupakan penyebab
umum dari kematian bayi dan anak-anak. Penyakit ini juga dijumpai pada
daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang
kesehatan.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak
diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit
difteria mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteria diberikan pada anak-
anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang
penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteria akan
lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
Untuk itulah sehingga dianggap perlu untuk menulis makalah ini
yang berjudul “Corynebacterium”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi bakteri Corynebacterium sp. ?
2. Bagaimanakah morfologi dari Corynebacterium sp. ?
3. Bagaimanakah pemeriksaan dari bakteri Corynebacterium sp. ?

1
4. Bagaimanakah uji biokimia dari bakteri Corynebacterium sp. ?
5. Bagaimanakah identifikasi dari bakteri Corynebacterium sp. ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu bakteri Corynebacterium sp.
2. Untuk mengetahui bagaimana morfologi dari Corynebacterium sp.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan dari bakteri Corynebacterium
sp.
4. Untuk mengetahui bagaimana uji biokimia dari bakteri Corynebacterium
sp.
5. Untuk bagaimana identifikasi dari bakteri Corynebacterium sp.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Corynebacterium sp.


Genus Corynebacterium sp. terdiri dari beragam kelompok bakteri
termasuk hewan dan tumbuhan patogen, serta saprofit. Beberapa corynebacteria
adalah bagian dari flora normal manusia, menemukan ceruk yang cocok di hampir
setiap situs anatomi, terutama kulit dan nares. Corynebacteria adalah bakteri
gram-positif, aerob, nonmotil, berbentuk batang yang diklasifikasikan sebagai
Actinobacteria . Corynebacteria terkait secara filogenetik dengan mikobakteri dan
actinomycetes.
Bakteri “Difterioid” atau “coryneform” dikenali sebagai penyebabnya
penyakit oportunistik dalam keadaan tertentu, seperti pada pasien yang
immunocompromised, memiliki perangkat prostetik, atau telah di rumah sakit /
panti jompo jangka waktu jangka panjang. Spesies yang paling dikenal dan paling
banyak dipelajari adalah Corynebacterium diphtheriae , penyebabnya agen
penyakit difteri. C. pseudodiphteriae telah dikaitkan terutama dengan penyakit
pernapasan dan kurang umum dengan endokarditis, prostesis atau infeksi luka
atau kolonisasi. Sebagian besar penyakit pernapasan terjadi pada host yang
tertekan sistem imunnya. Organisme lain seperti itu karena C. ulcerans , C.
pseudotuberculosis dan C. xerosis juga dapat menyebabkan infeksi nasopharnyx
dan kulit.

2.2 Morfologi Corynebacterium sp.


Korinebakteri berdiameter 0,5 – 1 𝜇𝑚 dan panjangnya beberapa micrometer.
Secara khas, organisme ini mempunyai pembengkakan ireguler pada satu ujung
yang memberikan gambaran “ bentuk gada”. Di dalam batang ( sering kai dekat
kutubnya ) terdapat granula yang tersebut.
1. Ciri khas organisme
a. Bentuk batang dengan salah satu ujungnya membesar dan tersebt buti-
butir granula.
b. Ukuran panjang 1,2 – 6, 4 µm , lebar 0,3 – 1,1 µm.
c. Tidak bergerak, tidak berspora dan tidak berkapsul.
d. Gram positif batang, dengan pengecatan neisler batang tampak kuning
muda granula kuning coklat.
e. Aerob, formasi seperti huruf cina atau pagar.
2. Biakan
Pada media semi solid menurut Loffler, koloni kecil, granula kuning dengan
pinggirannya tidak rata. Pada media telurit menurut clauberg, koloni abu-abu

3
kehitaman. Pada agar darah menurut Mc. Leod, koloni abu- abu sampai
hitam.

2.3 Pemeriksaan Corynebacterium sp.


Pemeriksaan Corynebacterium diphtheriae dapat dilakukan berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik, pembiakan atau isolasi, uji biokimia dan uji Virulensi
dimana sampel didapat dari hapusan tenggorok, hapusan hidung atau bahan
pemeriksaan lainnya yang harus diambil sebelum pemberian obat-obat
antimikroba yang harus segera dikirim ke laboratorium.
1. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan Gram dan
pewarnaan granula menggunakan metode Albert atau Neisser.
Cara kerja pewarnaan Gram yaitu :
- Buat apusan dari kultur pada kaca objek bersih menggunakan ose
- Fiksasi di atas nyala api
- Warnai dengan kristal violet selama 1 menit dan cuci dengan air kran
- Tetesi lugol dan diamkan selama 1 menit kemudian cuci dengan air kran
- Tetesi alkohol 95% selama 20-30 detik dan cuci dengan air kran
- Warnai dengan safranin selama 1 menit
- Cuci dengan air kran dan keringkan sediaan
- Tetesi minyak imersi dan amati bentuk, warna dan susunan di bawah
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x
Cara kerja pewarnaan granula metode Albert yaitu :
- Pada sediaan yang telah difiksasi tetesi larutan Albert I, diamkan selama
5 menit
- Buang kelebihan pewarna, tambahkan larutan Albert II dan diamkan
selama 1 menit
- Cuci dengan air menggunakan pipet tetes dan keringkan sediaan
menggunakan kertas isap.
Cara kerja pewarnaan granula metode Neisser yaitu :
- Pada sediaan yang telah difiksasi tetesi larutan Neisser A+B, diamkan
selama 1-2 menit
- Keringkan dengan kertas isap
- Tetesi larutan Neisser C diamkan selama 1 menit
- Keringkan dengan kertas isap

4
Hasil pengamatan secara mikroskopis
Pengamatan Pewarnaan Granula Pewarnaan
Albert Neisser Gram
Bentuk Batang Batang Batang
Warna batang Biru Kehijauan Kuning coklat Ungu
Granula Ungu tua Biru tua/ungu -
Susunan Seperti huruf cina atau membentuk Tersebar
huruf V, L, T

Pewarnaan Granula Pewarnaan Pewarnaan Gram


Metode Albert Granula
Metode Neisser

2. Pembiakan Atau Isolasi


Ada beberapa perbenihan atau media yang digunakan untuk pembiakan
atau isolasi Corynebacterium diphtheriae, diantaranya :
a. Media Loeffler, digunakan untuk menyuburkan bakeri sehingga akan
memperlihatkan gambaran huruf Cina dan granula Babes-Ernst
(granula metakromatik) setelah dibuat sediaan dari koloni yang
terbentuk hasil inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.
b. Media Agar Telurit, selain sebagai media pengaya digunakan juga
untuk mengisolasi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
selanjutnya akan ditanam untuk uji biokimia (glukosa dan sukrosa)
setelah proses inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37˚C. Selain itu,
media ini dapat digunakan untuk membedakan sub spesies
Corynebacterium diphtheriae.

5
Sub spesies Koloni pada Setelah diinkubasi
Corynebacterium Agar Telurit
diphtheria

Corynebacterium Besar, kelabu


diphtheriae tua, tak
Tipe gravis mengkilap dan
beralur tak
teratur

Kecil, hitam dengan


Corynebacterium diphtheria kelabu dibagian
Tipe mitis pinggir, mengkilap
dan cembung

Kecil, gepeng,
Corynebacterium diphtheria kering, kelabu
Tipe intermedius dengan hitam,
bagian
tengah lebih tinggi

c. Media Agar Darah, digunakan untuk membiakan bakeri lainnya karena


infeksi Streptococcus β-hemolyticus menyerupai penyakit difteria yang
disebabkan infeksi Corynebacterium diphtheriae.

3. Tes Virulensi
Tes virulensi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu jenis
Corynebacterium diphtheriae dapat membuat toksin difteria atau tidak.
Maka untuk mengetahuinya digunakan dua macam tes yaitu tes virulensi in
vivo dengan binatang percobaan dan tes virulensi in vitro pada lempeng
agar.
a. In Vivo, dengan cara menyuntikkan suspensi bakteri yang berhasil
diisolasi pada hewan percobaan.
Cara kerja tes virulensi in vivo yaitu :
- Tanamlah kedua kuman yang diperiksa pada tabung agar miring
Loeffler pada 37˚ C selama 24 jam. Buatlah suspensi kuman
tersebut di dalam 3-5 mL kaldu.
- Ambil dua marmot (A dan B) dengan berat badan kira-kira 250

6
gram. Cukurlah rambut pada masing-masing marmot pada satu sisi.
- Suntikanlah 500 satuan antitoksin difteria pada marmot A sebelum
12-24 jam tes dimulai.
- Suntikanlah 0,1-0,2 mL suspensi kuman pada sisi yang telah
dicukur.
- Setelah 3-4 jam, suntikanlah 30-50 satuan antitoksin difteria pada
marmot B untuk mencegah kematian binatang percobaan.
- Bila kuman yang diperiksa adalah pembentuk toksin maka marmot
A tidak akan memperlihatkan reaksi apapun pada tempat
penyuntikan. Sedangkan, marmot B akan mendapatkan eritema
pada tempat penyuntikan setelah 24 jam disuntik. Eritema akan
menjadi nekrotik setelah 2-3 hari.

b. In Vitro merupakan Tes Elek-Ouchterlony (gel difusi dari Elek)


dimana kertas saring yang dimasukkan ke dalam media (campuran
proteosa pepton agar, Tween 80, gliserol, asam kosamino dan kalium
tellurit) telah dicelupkan ke dalam antitoksin Corynebacterium
diphtheriae. Bakteri yang akan diperiksa ditanam menyilang atau tegak
lurus terhadap kertas saring. Lalu diinkubasi pada suhu 37˚ C selama
24 jam untuk difusi. Jika bakteri membentuk toksin difteria, maka
akanterbentuk garis presipitasi pada tempat pertemuan antara toksin
dan antitoksin.

Nomor 1 dan 4 positif (+)


menghasilkan toksin difteria
Nomor 2 dan 3 negatif (-)
menghasilkan toksin difteria

2.4 Uji Biokimia Corynebacterium sp.


Koloni tersangka yang tumbuh pada media Agar Telurit ditanam pada
media glukosa dan sukrosa (atau bisa pula ditambahkan dengan ditanam pada
amylum), kemudian diinkubasi pada suhu 37˚ C selama 24 jam.
Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

7
Bakteri Glukosa Sukrosa Amylum
Corynebacterium diphtheria + - +
Tipe gravis
Corynebacterium diphtheria + - -
Tipe mitis
Corynebacterium diphtheria + - -
Tipe intermedius
Corynebacterium xerosis + + -
Corynebacterium - - -
pseudodiphteriricum

2.5 Identifikasi Corynebacterium sp.

BUDIDAYA TELLURITE AGAR DAN AGEN TINSDALE

1. Tellurite Blood Agar - di mana tellurite 0,4% menghambat bakteri lain, basil
difteri mengurangi telurium menjadi telurium logam yang tergabung dalam
koloni yang memberi koloni berwarna abu-abu atau warna hitam.

Potassium tellurite adalah agen selektif flora yang mengubah media


menjadi coklat-hitam sebagai akibat dari pengurangan kalium tellurite menjadi
tellurite logam. Diferensiasi ini didasarkan pada kemampuan C. diphtheriae
untuk menghasilkan koloni hitam (atau coklat), dikelilingi oleh lingkaran
cokelat / hitam.

Corynebacterium diphtheria –
agar Tellurite

8
2. Tinsdale agar ( TIN ) digunakan untuk isolasi utama dan identifikasi
Corynebacterium diphtheriae . Media yang menunjukkan Corynebacterium
diphtheriae penyebab difteri yang di saluran pernapasan atas. Ini mengandung
L-sistein dan natrium tiosulfat yang merupakan indikator H2S.

Corynebacterium diphtheriae – agar Tinsdale. Koloni kecil berwarna


hitam dikelilingi oleh lingkaran cokelat.

Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri anaerobik fakultatif,


Gram positif (+) batang, berukuran panjang/pendek, besar/kecil, tidak berspora,
tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua
ujung badan bakteri.

Corynebacterium diphtheriae

9
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Bakteri Corynebacterium diphtheriae menyebabkan penyakit difteria.
Difteria merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contangius
disease) melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier
atau penderita yang akan sembuh, juga dapat melalui batuk dan bersin
penderita.
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri anaerobik fakultatif,
Gram positif (+) batang, berukuran panjang/pendek, besar/kecil, tidak berspora,
tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua
ujung badan bakteri. Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 sub spesies
yaitu gravis, mitis, dan intermedium. Bakteri ini bersifat patogen karena toksin
yang dihasilkan. Maka diperlukan pemeriksaan bakteri ini di laboratorium
mikrobiologi sebagai penunjang diagnosa klinik. Pemeriksaan Corynebacterium
diphtheriae dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik, pembiakan
atau isolasi, uji biokimia dan uji Virulensi dimana sampel didapat dari hapusan
tenggorok, hapusan hidung atau bahan pemeriksaan lainnya.

3. 2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat mengetahui cara
pemeriksaan bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat bersifat patogen
secara spesifik sehingga dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bonang G dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran


Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta : PT Gramedia.

Johnson, Arthur dkk. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Ninarupa


Aksara.

Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung :


CV. Yrama Widya.

11

Anda mungkin juga menyukai