Anda di halaman 1dari 26

TOKSILOGI KLINIK

Anny thuraidah
Sumber Pustaka:
1.Ismail Andi Baso, Toksikologi Klinik
2.Clinical Toxicology Principles &
Mechanism
3.Loomis’s Essentials of Toxicology
4.Lu’s Basic Toxicology : Fundamental,
target Organs & Risk Assessment
5.Human Toxicology
Faktor yang mempengaruhi toksisitas
obat
1. Tidak dilakukan monitoring pengobatan o/
prescriber
2. Kepatuhan penderita dalam meminum
obat
3. Polifarmasi
4. Interaksi obat
5. Reaksi alergi
6. Tidak memperhatikan aturan pakai obat
7. Kesalahan pengobatan
8. Efek merugikan dari obat
Tidak dilakukan monitoring pengobatan
o/ prescriber
Kegagalan terapi, krn :
• Efek obat dlm tubuh dan tujuan terapi(tx)
tidak diketahui
• ESO dlm tx tdk diket.
Yang harus dilakukan :
• Monitoring pengbatan oleh dokter & 2
tenaga kesehatn lain
• Pasien hrs waspada jika trjadi efek tdk
menguntungkan dr obat  konseling
Kepatuhan penderita dalam
meminum obat
• Kepatuhan menurun  toksisitas
meningkat
• Pasien geriatri :
1.kesulitan membaca  dosis obat yg
diminum tdk tepat
2. lupa kontrol ke dokter  monitoring
perkembangan px tdk terkontrol
Polifarmasi
• Obat yang diminum pasien terlalu banyak
 kepatuhan menurun  toksisitas
meningkat
• Monitoring efek merugikan dr obat
( advers drug reactions/ADRs)
• Monitoring thd tx yang diberikan pd px 
kerjasama ten kesehatan ( dokter,
farmasis, perawat, analis)
Interaksi Obat
1. Interaksi obat dg obat  konseling px ttg
cara minum obat
2. Interaksi obat dg makanan
3. Interaksi obat dg tes lab
Adanya reaksi alergi
Monitoring
• Reaksi alergi cepat  langsung
dirasakan oleh px
• Reaksi tertunda  ±72 jam stl
konsumsi
Tidak memperhatikan aturan
pakai obat
Penggunaan obat Over The Counter
(OTC)
1.berikan konseling penggunaan obat
2.Px diingatkan agar membaca informasi di
kemasan
Krn tidak tepat tx atau berlebihan 
toksisitas
Kesalahan pengobatan
Dari penulis resep :
• Menulis nama obat yg mirip
• Memberikan dosis yg salah
• Memberikan obat pd px yg salah
• Tidak familiar dg produk obat
• Memberikan obat yg tdk sesuai dg umur,
sex , BB
• Misdiagnosis
• Kegagalan tx
• Konseling yg kurang
Dari Pharmasis:
• resep yg sulit dibaca
• Kurang follow up thd tx/dss yg
meragukan
• bingung dg nama yg mirip
• Mendispensing obat & dosis yg salah
• Memberikan obat pd px yg salah
• Kurang perhatian thd interaksi obat
• Konseling kurang
Dari Perawat
• Tulisan obat yg tidak terbaca
• Kurang follow up thd tx/dss yg
meragukan
• bingung dg nama yg mirip
• Memberi obat / dosis yg salah
• Memberi obat pd px yg salah
• Kurang atensi terhadap tanda &
gejala efek samping
• Kurang atensi pd waktu pemberian
Efek yg tidak menguntungkan dari
obat ( ADRs)
Kategori :
yg berbhya & terjdi pd dosis yg biasa
digunakan o/ px unt penceghan /
pengobatan peny
Warning & Precautions : kondisi spesifik yg
mana menggunakan obat berbhy &
menetapkan parameter unt monitor
selama tx
Drug Interaction : interaksi ant obat-obat,
obat-makanan, obat- lab test
Contra Indication : kondisi spesifik dmn
sebaiknya obat tdk digunakan
Overdosage : pemberian jumlah / dosis
obat yg ber> dp efek tx yg diinginkan

Contra Indication : kondisi spesifik dmn


sebaiknya obat tdk digunakan

ADRs : deskripsi hasil yg tidak diingkan


dari pengobatan dlm usaha mencapai efek
tx yg diinginkan
Tipe Advers Drug Reaction
tipe A :
-terdeteksi pd saat uji klinik  dose-related
& timbul berkaitan dg efek farmakologis dr
zat aktif
- umumnya tidak berat & lbh sering terjadi
pd dosis >>>
- cth : Fenotiazin ( tx Schizophrenia)  ES
extrapiramidal krn efek dri antikolinergik.
Penurunan dosis  menghilangkan ES tp
pd bbrp Px akan menyebbkan kekambuhan
Schizo.
Tipe B :
- hasil rx alergi suatu obat
- berbahaya/ berat dan mengancam
kehidupan
- cth : syok anafilaktik ( tdk terdeteksi
pd uji klinik fase I – III tp fase IV )
- diket. Krn adanya laporan spontan
dari tenaga medis ( jurnal )
Tipe C :
- sangat sulit terdeteksi
- ditandai dg peningkatan suatu peny
scr spontan, kejadian acak/ dipicu
gangguan jangka lama
- meningkatnya prevalensi Ca mame
krn meningkatnya kontrasepsi oral
sulit dibuktikan krn banyak faktor yang
berpengaruh
Jenis – jenis obat yg sering
menimbulkan toksisitas antara
lain:
1. Obat otonom
2. Obat yg mempengaruhi SSP
3. Obat kardiovaskuler
4. Antimikroba
Reaksi Fase I
a. Reaksi oksidasi:
1) oks ggs aromatik, ik rkp, at C benzilik & anilik,
at C dr
ggs karbonil & imin
2) oks at C alifatik & alisiklik
3) oks sistem C-N, C-O & C-S
4) oks alkohol & aldehid
5) reaksi oksidasi lain-lain
b. Reaksi reduksi:
1) reduksi aldehid & keton
2) reduksi seny azo & nitro
3) reduksi lain-lain
c. Reaksi hidrolisis
1) hidrolisis ester & amida
2) hidrolisis epoksida & arena oksida
Reaksi fase II
a. Reaksi konjugasi:
1) konjugasi asam glukuronat
2) konjugasi sulfat
3) konjugasi dgn glisin & glutamin
38
4) konjugasi dgn glutation or asam
merkapturat
b. Reaksi asetilasi
c. Reaksi metilasi
Obat otonom :
mempengaruhi transmisi neurohormoral dg
cara menghambat atau mengintensifkan
sistem kolinergik atau adrenergik yaitu dg
1. menghambat sintesa transmiter yi :
asetilkolin / nor epinefrin
2. mempengaruhi penglepasan transmiter
( asetilkolin/nor epinefrin )
3. berikatan dg reseptor (adrenergik :alfa,
beta, kolinergik : muskarinik, nikotinik)
4. menghambat destruksi atau ambilan
transmiter ( gol organofosfat, karbamat)
Obat yg mempengaruhi Susunan saraf Pusat
:
1. Anestetik umum ( eter, N2O)
2. Hipnotik, sedative dan alkohol
( benzodiazepin, barbital )
3. Psikotropik (antipsikosis, antiansietas,
antidepresi, mood stabilizer,psikotogenik)
4. Antiepilepsi , antikonvulsi
5. Obat Parkinson (rigiditas, tremor, tdk
expresi, gaya jalan,co :Dopamin,Amantadin)

6. Analgesik, antipiretik dan NSAID


7. Stimulan (co: Striknin,Amfetamin,Xantin )
Obat kardiovaskuler:
1. Obat gagal jantung : diuretik, glikosida
jantung
2. Obat aritmia : Kuininidin, propanolol
3. Antihipertensi : captopril
4. Antiangina : Nifedipin
5. Hipolipidemik
Antimikroba :
1. gol beta laktamase  an syok
2. gol aminoglikosida  ototoksik
3. gol Tetrasiklin  dpt menembus
sawar uri d terdpt dlm ASI, mudah
diakumulasi
4. gol Kloramfenikol  toksik pd sistem
hemopoetik, gray sindrom pd neonatus
5. Gol Tuberkulostatik dan Leprostatik
 hepatotoksik pd rifampicin
Clinical strategy For treatment
of poisoned patient :
clinical stabilization ( ABC’s / vital signs )
Clinical history in the poisoned px
Physical examination
Laboratory evaluation
Radiographic Examination
Prevention of further poison absorption
Enhancement of poison elimination
Use of antidotes in poisoning
Supportive care of the poisoned px
1. Anak laki 3 th peka, ataxia, regresi dlm kata. Selama interview dia sll
memasukkan sesuatu ke mulutnya. Nilai lab Hb 8,3. dr etiologi itu

suspect keracunan apa :

Option answer
• A. Asetaminofen • D:
• B. Aspirin
• C. Baterei
• D. Timbal
• E. Organofosfat
• F. Trisiklis antidepresan

Anda mungkin juga menyukai