Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN SPORA BAKTERI



Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
yang diampu oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd




Oleh:
Kelompok 5
S1 Pendidikan Biologi
Offering A
Annas Jannaatun Naim 130341603379
Ella Rahmawati Hamiatin 130341603400
Hanum Annisatuz Zuhroh 130341603394
Nanik Yuliyanti 130341603367
Nila Wahyuni 130341603392
Rosita Buana Putri 130341614825

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2014
Tanggal : 12 Februari 2014
Topik : Pewarnaan Spora Bakteri
Tujuan :
1. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri
DASAR TEORI
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan
Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetatif
(eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila kondisi
lingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium
mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Eksospora
Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces, misalnya,
meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di ujung hifa, suatu filamen
vegetatif. Proses ini serupa dengan proses pembentukan spora pada beberapa cendawan
(Irianto, 2006).
Endospora
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel dan
merupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkat
metabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa
memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).
Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus
hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari peristiwa pembelahan sel karena
tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar, 1986).
Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis pada bakteri, karena
memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaan buruk. Langkah-langkah utama di dalam
proses pembentukan spora sebagai berikut :
1. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membran sel di dekat
satu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora
2. Pembentukan sederet lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti
dengan selubung spora berlapis banyak
3. Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis (Pelczar, 1986).
Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya. Semua endospora
bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitu suatu substansi yang tidak
terdeteksi pada sel vegetatif. Sesungguhnya, asam tersebut merupakan 5-10 % berat kering
endospora. Sejumlah besar kalsium juga terdapat dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan
korteks terbuat dari kompleks

asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986).


Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama
bagi semua spesies sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk ditengah-
tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi lateral yaitu dibentuk
di tepi sel (Pelczar, 1986).
Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya.
Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resinten terhadap kondisi-kondisi fisik yang
kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti
desinfektan. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras
(Hadioetomo, 1985).
Berdasarkan struktur dan komponen kimia penyusun lapisan spora, spora bakteri tidak
dapat dilihat tanpa pewarnaan. Spora dapat diamati setelah spora terwarnai dengan
menggunakan pewarnaan spora (DITULIS SAMA NILA).
Pewarnaan spora Schaeffer-Fulton dilakukan dengan menutup sediaan dengan larutan
hijau malakit. Kemudian dengan hati-hati sediaan dipanaskan selama 3 menit dan
didinginkan sebelum dicuci dengan air. Pemanasan menyebabkan warna hijau malakit
meresap ke dalam endospora, selanjutnya sediaan diwarnai dengan safranin (DITULIS SAMA
NILA).
Bila pewarnaan spora bakteri ini berhasil dengan baik, maka sel vegetatif bakteri akan
berwarna merah. Jika sel membentuk spora, maka spora hasil pewarnaan akan berwarna hijau
(Hastuti, 2012).

ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Mikroskop
2. Kaca Benda
3. Mangkuk pewarna
4. Kawat penyangga
5. Pipet
6. Pinset
7. Lampu spiritus
8. Botol penyemprot
Bahan
1. Aquades steril
2. Bikakan murni bakteri
3. Larutan Hijau Malakit 5 %
4. Larutan Safranin 0,5%
5. Kertas lensa
6. Korek api
7. Alkohol 70%
8. Lisol
9. Sabun cuci
10. Lap
11. Kertas tissue





CARA KERJA






















Dilakukan fiksasi yaitu sediaan dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus dengan cepat
Sediaan diletakkan di atas lewat penyangga di atas mangkuk pewarna, lalu dibiarkan
sampai dingin
Larutan safranin diteteskan di atas sediaan, lalu dibiarkan selama 3 menit
Diteteskan larutan Hijau Malakit di atas sediaan itu, lalu dipanaskan di atas nyala api
lampu spiritus selama 3 menit. Sediaan dijaga agar tidak sampai mendidih atau
mongering. Jika mengering ditambahkan tetesan larutan hijau malakit.
Kelebihan larutan hijau malakit dicuci dengan air kran dalam botol penyemprot
Kelebihan larutan safranin pada sediaan itu dicuci
Sediaan dikeringkan dengan kertas penghisap dan diamati di bawah mikroskop
Disediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus
Diteteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut
Secara aseptik diambil inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu diletakkan di atas
tetesan aquades tersebut. Kemudian diratakan perlahan-lahan dan ditunggu sampai
mengering
DATA HASIL PENGAMATAN
No.
Koloni
Ada/ tidak
ada spora
Bentuk spora Letak spora
Gambar
1. Ada Bulat Sentral
2.
Tidak ada
spora
- -
-

ANALISIS DATA
Praktikum pewarnaan spora pada kedua biakan bakteri menunjukkan hasil yang
berbeda antara bakteri satu dengan bakteri yang lainnya. Setelah dilakukan pewarnaan spora
terhadap koloni bakteri tersebut didapatkan hasil bahwa koloni bakteri satu memiliki spora
berbentuk bulat dan terletak di tengah (sentral). Adanya spora bakteri ini ditandai dengan sel
vegetatif bakteri berwarna merah dan spora berwarna hijau. Pada koloni bakteri dua tidak
didapati adanya spora.
PEMBAHASAN
Pada pewarnaan spora bakteri ini digunakan pewarna hijau malakit 5% dan safranin
0,5%. Dalam prosesnya, larutan hijau malakit diteteskan di atas sediaan yang telah difiksasi
kemudian dipanaskan. Pemanasan akan menyebabkan lapisan luar spora mengembang
sehingga pori-pori dapat membesar dan zat warna (larutan hijau malakit) meresap ke dalam
dinding pelindung spora bakteri. Proses selanjutnya adalah pendinginan, melalui pendinginan
ini warna hijau akan melekat di dalam spora. Warna hijau malakit ini berfungsi sebagai
indikator adanya spora bakteri. Sediaan yang telah didinginkan kemudian dicuci dengan air,
pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kelebihan warna hijau malakit sehingga
pewarna kedua (safranin) dapat meresap pada sel vegetatif. Adanya pewarnaan kedua ini
menyebabkan sel vegetatif bakteri berwarna merah.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop didapatkan
bahwa pada koloni bakteri satu sel vegetatifnya berwarna merah dan terdapat warna hijau
bulat di tengah-tengah bagian dalam sel. Hal ini menunjukkan bahwa koloni bakteri satu
memiliki spora yang terletak di tengah (sentral) dan berbentuk bulat. Pada koloni bakteri dua
didapatkan bahwa sel vegetatif berwarna merah tanpa adanya warna hijau di dalam sel
maupun diluar sel sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni tersebut tidak memiliki spora.
Dengan tidak ditemukannya spora pada koloni bakteri dua menunjukkan lingkungan tempat
hidup bakteri tersebut masih optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
DISKUSI
1. Apakah fungsi spora bagi bakteri ?
Jawab : Spora bakteri berfungsi untuk mempertahankan diri saat kondisi lingkungan
tidak menguntungkan atau tidak optimum lagi bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, misalnya medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan
sebagainya.
2. Mengapa diperlukan pemanasan dalam proses pewarnaan spora bakteri ? jelaskan !
Jawab : karena pemanasan dapat menyebabkan lapisan luar spora mengembang
sehingga pori-pori dapat membesar dan memudahkan zat warna (larutan hijau
malakit) meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
KESIMPULAN
Koloni bakteri pertama memiliki spora, hal ini ditunjukkan dengan adanya sel
vegetatif yang berwarna merah dan di dalamnya terdapat bulatan warna hijau terletak di
tengah-tengah sel, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan letak sporanya termasuk dalam
spora sentral sedangkan berdasarkan bentuk sporanya termasuk jenis spora bulat. Koloni
bakteri kedua tidak memiliki spora, hal ini ditunjukkan dengan sel vegetatif bakteri berwarna
merah dan tidak ada warna hijau di dalam sel maupun di luar sel.








DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia
Hastuti, S.U. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UMM Press
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung : Yrama Widya
Pelczar, M.J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai