Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015). DM

adalah suatu sindroma hiperglikemia yang disertai kelainan metabolisme

yang terkait (lemak dan protein), yang disebabkan oleh karena defek sekresi

dan jumlah insulin (DMT1), ataupun kombinasinya dengan resistensi insulin

yang merupakan penyebab awal (DMT2) defek sekresi dan jumlah insulin

tersebut (Askandar, 2015).

DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur

hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli

gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran

yang penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan

pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan

penatalaksanaan DM. Pemahaman yang baik akan sangat membantu

meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya penatalaksanaan DM guna

mencapai hasil yang lebih baik. Keberadaan organisasi profesi seperti

PERKENI dan IDAI, serta perkumpulam pemerhati DM yang lain seperti

PERSADIA, PEDI, dan yang lain menjadi sangat dibutuhkan. Organisasi

profesi dapat meningkatkan kemampuan tenaga profesi kesehatan dalam

1
2

penatalaksanaan DM dan perkumpulan yang lain dapat membantu

meningkatkan pengetahuan penyandang DM tentang penyakitnya dan

meningkatkan peran aktif mereka untuk ikut serta dalam pengelolaan dan

pengendalian DM (PERKENI, 2015).

Menurut Deborach Doniach, Gian Franco Bottazo (1979) dan

Tattersall (2003), Diabetes tipe 1 (DMT1) disebabkan karena destruksi sel

beta pancreas yang diduga melalui proses autoimun atau idiopatik sebagai

penyebab dasar. Kelainan dasar/awal dari DMT2 adalah resistensi insulin

yang kemudian disusul dengan gagalnya sel beta pankreas untuk mensekresi

insulin (Askandar, 2015).

Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia yang

dilakukan oleh pusat-pusat diabetes, sekitar tahun 1980-an prevalensi DM

pada penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 1,5-2,3% dengan prevalensi

daerah rural/pedesaan lebih rendah dibanding perkotaan. Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 2001 mendapatkan prevalensi DM pada penduduk

usia 25-64 tahun di Jawa dan Bali sebesar 7,5%. Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan wawancara untuk menghitung

proporsi DM pada usia 15 tahun ke atas. Didefinisikan sebagai DM jika

pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah

didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan

terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil

dengan jumlah banyak dan berat badan turun. Hasil wawancara tersebut
3

mendapatkan bahwa proporsi DM pada Riskesdas 2013 meningkat hampir

dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 (Depkes RI, 2007).

Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru

dunia. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan

jumlah penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global.

Pada buku pedoman ini, hiperglikemia yang dibahas adalah yang terkait

dengan DM tipe 2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun

2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes

Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di

Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa.

Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada

tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun

(PERKENI, 2015).

Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai

pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar

dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Masalah kesehatan dapat

dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, lingkungan kerja, olahraga dan

stres. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan


4

meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung,

hipertensi, hiperlipidemia, DM dan lain-lain (Waspadji, 2009).

Alasan tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian gambaran pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

tentang diabetes mellitus tipe 2 pada lansia di Puskesmas Tanah Merah

Kecamatan Tanah Merah, Kota Bangkalan pada Januari 2019

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan tentang diabetes mellitus tipe 2 pada peserta prolanis di

Puskesmas Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah, Kota Bangkalan pada

Januari 2019 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Menganalisis gambaran pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan tentang diabetes mellitus tipe 2 pada peserta prolanis di

Puskesmas Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah, Kota Bangkalan pada

Januari 2019

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik tingkat pendidikan responden.


b. Mengidentifikasi karakteristik pekerjaan responden.
c. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin responden.
d. Menganalisis gambaran pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan

tentang diabetes mellitus tipe 2 pada peserta prolanis di Puskesmas


5

Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah, Kota Bangkalan pada Januari

2019 sebelum diberikan penyuluhan.


e. Menganalisis gambaran pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan

tentang diabetes mellitus tipe 2 pada peserta prolanis di Puskesmas

Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah, Kota Bangkalan pada Januari

2019

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Bagi Institusi
Adapun manfaat penelitian ini bagi institusi yakni sebagai informasi

yang membahas mengenai gambaran pengetahuan sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2 pada

peserta prolanis , sehingga institusi dapat menemukan solusi untuk

permasalahan diabetes mellitus tipe 2 sehingga dapat memberikan

penatalaksanaan yang lebih baik.


2. Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya

pengetahuan dalam hal Diabetes Mellitus tipe 2 dan sebagai acuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam

mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pencegahan (preventif),

penyuluhan, dan perbaikan mutu kesehatan khususnya mengenai kasus

Diabetes Mellitus tipe 2 di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

4. Manfaat Bagi Peneliti


6

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk

pengembangan ilmu kedokteran dan sebagai acuan atau sumber data untuk

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan hubungan beberapa faktor

resiko dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai