Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan nama spesies yang

merupakan bagian dari genus Staphylococcus. Bakteri ini pertama kali diamati

dan dibiakan oleh Pasteur dan Koch, kemudian diteliti secara lebih terinci oleh

Ogston dan Rosenbach pada era tahun 1880-an. Nama genus Staphylococcus

diberikan oleh Ogston karena bakteri ini, pada pengamatan mikroskopis berbentuk

seperti setangkai buah anggur, sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh

Rosenbach karena pada biakan murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-

keemasan. Rosenbach juga mengungkapkan bahwa S. aureus merupakan

penyebab infeksi pada luka dan furunkel. Sejak itu S. aureus dikenal secara luas

sebagai penyebab infeksi pada pasien pascabedah dan pneumonia terutama pada

musim dingin/hujan(Lowy,1998)

Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai

abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul,

jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya

pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan

endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,

keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Kusuma, 2009).

Acne merupakan infeksi kulit yang disebabkan karena penyumbatan pori

pori kulit. Penyumbatan pori –pori kulit, salah satunya disebabkan oleh debu yang

membawa bakteri. Keberadaan bakteri pada pori – pori kulit mengakibatkan

1
2

infeksi. Staphylococcus aureus adalah salah satu jenis bakteri yang terlibat

dalam infeksi acne (Maghfiroh,2016).

Acne merupakan penyakit kulit yang dimana terdapat gangguan pada folikel

pilosebaseus. Akne merupakah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya

(self-limiting disease). Pada kebanyakan kasus, akne muncul dengan berbagai lesi

pleomorfik, yang terdiri dari; komedo, papul, pustul, dan nodul1.Berdasarkan

tingkat keparahannya, akne dibagi menjadi tiga derajat menurut Lehmann 2002;

(1) derajat ringan, (2) derajat sedang, dan (3) derajat berat 2. Walaupun akne dapat

terjadi pada semua usia, akne lebih sering ditemukan pada kalangan remaja 3.

Sebanyak 85% akne vulgaris menyerang pada kelompok usia 12-25 tahun (Lynn

et al, 2016). Pada tahun 2006-2007 di Indonesia, insiden dari akne kurang lebih

sebanyak 80-100% yang menyerang kelompok usia 14-17 tahun pada wanita dan

kelompok usia 16-19 tahun pada pria4.

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering

dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman

mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak

pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat waktu lahir,

namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa

remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi

pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada

masa itu lesi yang predominan adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi

beradang penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).

Pada penelitian Zubaidah 2018, terdapat 43 isolat lesi akne yang telah

dilakukan identifikasi didapatkan bakteri kokus gram positif yaitu Staphylococcus


3

epidermidis merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada 21 sampel

(49%) dan Staphylococcus aureus yang ditemukan pada 12 sampel (28%). Selain

itu, juga ditemukan bakteri basil gram positif yaitu Bacillus cereus yang

ditemukan pada 6 sampel (14%) dan Bacillus subtilis yang ditemukan pada 1

sampel (4%)dan basil gram negatif yaitu Providenciastuartiiyang ditemukan pada

2 sampel (5%) dan Aeromonas veroniiyang ditemukan pada 1 sampel (4%).

Dari data yang telah peneliti dapatkan dan kumpulkan mengenai penyebab

infeksi pada acne paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus

aureus, alasan tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

hubungan beberapa faktor resiko dengan kejadian Infeksi bakteri Staphylococcus

aureus pada penderita acne di beberapa Puskesmas di Sidoarjo April 2019.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan beberapa faktor resiko dengan kejadian Infeksi bakteri

Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa Puskesmas di Sidoarjo

April 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan beberapa faktor resiko dengan kejadian Infeksi

bakteri Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa puskesmas

Sidoarjo April 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik umur responden di beberapa puskesmas

di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.


4

b. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin responden di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

c. Mengidentifikasi karakteristik pekerjaan responden di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

d. Mengidentifikasi karakteristik pengetahuan responden di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

e. Mengidentifikasi kebiasaan mencuci muka responden di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

f. Menganalisis hubungan umur dengan kejadian Infeksi bakteri

Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa puskesmas di

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

g. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian Infeksi bakteri

Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa puskesmas di

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

h. Menganalisis hubungan pekerjaan dengan kejadian Infeksi bakteri

Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa puskesmas di

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

i. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian Infeksi

bakteri Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

j. Menganalisis hubungan kebiasaan mencuci muka dengan kejadian

Infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.


5

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

Adapun manfaat penelitian ini bagi institusi yakni sebagai informasi

yang membahas mengenai hubungan antara umur, jenis kelamin,

pekerjaan, pengetahuan, dan kebiasaan mencuci muka dengan kejadian

Infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada penderita acne di beberapa

puskesmas di Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, April 2019.

2. Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya

pengetahuan tentang infeksi Staphylococcus aureus dan penyakit akne

sebagai acuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan

serta keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh

selama masa perkuliahan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pencegahan (preventif),

penyuluhan, dan perbaikan mutu kesehatan khususnya mengenai

kasus infeksi Staphylococcus aureus di lingkungan sekitar tempat

tinggal mereka.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi

untuk pengembangan ilmu kedokteran dan sebagai acuan atau sumber

data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan hubungan

beberapa faktor dengan kejadian Infeksi bakteri Staphylococcus

aureus.

Anda mungkin juga menyukai