Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Ke-3 Hari/Tanggal : Senin, 21 September 2020

Aplikasi Teknologi Nutrisi dan Pakan Nama Asisten :


1. Ima Imaniati, S.Pt
2. Laily Rinda Ardani, S.Pt

BUFFER MINERAL

Suci Eko Pertiwi


D24170056
Kelompok P1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor yang berhubungan erat dengan untung
rugi suatu usaha peternakan. Pakan utama bagi ternak ruminansia adalah hijauan,
namun ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya
lahan pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan (Rustiana 2016). Menurut
Despal et al. (2011), kendala yang saat ini dihadapi dalam penyediaan pakan
hijauan adalah keterbatasan lahan tanaman hijauan. Keterbatasan penyediaan
hijauan pakan untuk ternak tersebut, biasanya diatasi oleh peternak dengan
pemberian konsentrat. Konsentrat merupakan pakan yang mengandung nutrisi
pakan yang jumlahnya lebih tinggi dibanding hijauan, tetapi memiliki kandungan
serat kasar rendah. Kandungan serat kasar yang rendah dalam pakan mengacu
pada asidosis rumen karena pH rumen menjadi asam akibatnya populasi mikroba
rumen mengalami penurunan dan proses fermentasi dan penyerapan pakan
menjadi kurang maksimal (Pratama 2018).
Pemberian pakan konsentrat akan mengurangi frekuensi mastikasi
sedangkan mastikasi berguna untuk mencampur pakan dengan saliva dimana
saliva mengandung buffer, oleh karena itu perlu diberikan zat aditif untuk
membantu menyeimbangkan pH rumen. Perubahan pH yang besar dapat dicegah
dengan penambahan larutan buffer. Buffer merupakan suatu senyawa yang dapat
mempertahankan nilai pH, secara alami berupa saliva (Hernandez 2014).
Penambahan buffer pada pakan bertujuan menjaga pH rumen dan
mempertahankan fermentasi normal dalam rumen. Efektivitas penambahan buffer
tergantung pada beberapa faktor seperti komposisi pakan, yaitu ransum dari
hijauan serat sampai konsentrat (Puastuti 2009).
Bioproses rumen dan pascarumen harus didukung kecukupan mineral
makro dan mikro. Mineral-mineral ini berperan optimalisasi bioproses rumen dan
metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan
ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya, misalnya
asam fitat, dan serat kasar dapat menurunkan ketersediaan mineral. Pemberian
mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaannya sehingga
dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak. Mineral dalam bentuk chelates
dapat lebih tersedia diserap dalam proses pencernaan. Agensia chelating dapat
berupa karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat, dan vitamin. Dalam proses
pencernaan chelates dalam ransum memfasilitasi menembus dinding sel usus.
Secara teoritis, chelates meningkatkan penyerapan mineral (Muhtarudin 2006)
.
Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang


metode dalam pembuatan buffer mineral untuk menyangga pH rumen

.
TINJAUAN PUSTAKA

Lautan Buffer

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan perubahan


pH ketika larutan asam atau basa ditambahkan. Larutan penyangga terbagi atas
dua jenis yaitu, larutan penyangga yang bersifat asam yang memiliki pH < 7 dan
larutan penyangga basa yang memiliki pH > 7. Penyusun dari larutan penyangga
terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya, begitupun sebaliknya. Ketika asam
kuat ditambahkan dengan jumlah yang minim ke larutan penyangga, maka ion H
+ dari asam kuat itu akan dinetralkan oleh ion konjugasinya sehingga tidak akan
ada perubahan dalam pH. Larutan penyangga atau disebut juga dengan larutan
buffer merupakan metode yang mempertahankan pH pada lingkungannya sendiri
agar tidak terkontaminasi atau mengalami perubahan saat ditambahkan dengan
sedikit asam atau basa kuat, ataupun dengan pengenceran. Metode dari buffer ini
terdiri atas dua komponen, yaitu komponen pelarut yang pada umumnya adalah
air dan komponen zat terlarutnya yaitu asam lemah dan garam kuatnya, basa
lemah dan 5 garam kuatnya, sepasang dari asam-basa konjugasi, serta sepasang
dar ipendonor-penerima proton (Kusumaningrum 2017).

Makro Mineral

Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat
badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari. Mineral
yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca),
fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium
(Na). Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh (Gunarsih 2011).

Mikro Mineral

Mineral mikro (Trace) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan


jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0,01% dari total
berat badan. mineral mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F),
yodium (I) , besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si) and seng (Zn). Mineral mikro
yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat
dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Gunarsih 2011).
MATERI DAN METODE

Materi

Bahan yang digunakan pada praktkum kali ini yaitu FeSO4, MnSO4,
CuSO4, ZnSO4, aquades, DCP, NaHCO3, MgO, CaCO3, dan garam dapur.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu oven 600C, pengaduk, baskom dan nampan.
Metode

Pembuatan Mineral Mikro


Langkah awal yang hasrus dilakukan yaitu dengan menimbang semua
bahan yaitu meliputi FeSO4 20,75 gram, MnSO4 10,25 gram, CuSO4 3,25 gram,
ZnSO4 3,75 gram, KIO3 0,075 gram, CoSO4 0,025 gram, dan garam 213,5 gram.
Setelah itu dilakukan premixing sebanyak 2 kali. Premixing 1 yaitu FeSO4 halus
dicampurkan dengan sebagian garam. Premixing 2 yaitu pencampuran MnSO4,
CuSO4, ZnSO4, KIO3 dan CoSO4 dengan aquades. Bahan premixing1 dan
premixing 2 dimasukkan kedalam oven selama 24-48 jam. Bahan yang sudah
kering, kemudian dihaluskan. Setelah halus bahan premixing 1 dan premixing 2
lalu dicampurkan menjadi satu.

Pembuatan Buffer Mineral


Langkah pertama yaitu menimbnag MgO sebanyak 8 gram, DCP 62,5
gram, CaCO3 30 gram, dan soda kue 37,5 gram. Pada pembuatan buffer mineral
dilakukan tiga kali premixing. Premixing 1 yaitu pencampuran mineral mikro,
MgO dan kapur. Premixing 2 DCP dicampurkan dengan soda kue. Sedangkan
pada premixing 3 yaitu pencampuran bahan premixing 1, premixing 2, dan garam.
Setelah bahan-bahan homogeny kemudian dimasukkan kedalam sebuah toples.

Perhitungan Komposisi Unsur Mineral


Perhitungan kadar unsur mineral makro dalam buffer dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
x x 100%

Perhitungan kadar unsur mineral mikro dalam buffer dengan menggunakan


rumus:
x penggunaan mineral x (gram) x 100%
Keterangan:
BA = Bobot atom
BM = Bobot molekul
Mineral x = Mineral yang mengandung unsur x
Unsur x = Unsur yang dicari komposisinya
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penurunan pH rumen akibat pemberian konsentrat dapat diatasi dengan


menggunakan buffer mineral. Pembuatan buffer mineral yaitu dengan
mencampurkan mineral makro dan mineral mikro. Pemberian buffer mineral
tersebut dapat memenuhi kebutuhan mineral ternak. Dalam pembuatan buffer
mineral komposisi setiap bahannya harus sesuai dengan kebutuhan ternak. Berikut
adalah komposisi unsur dari setiap bahan pembuatan buffer mineral.

Tabel 1 Komposisi masing-masing unsur setiap bahan


Unsur Makro Komposisi (%) Unsur Mikro Komposisi (ppm)
Ca 12,150 Fe 436
P 5,698 Mn 214,8
Na 16,324 Cu 74,88
Cl 18,857 Zn 87,2
Mg 4,800 I 2,56
Co 0,548

Pembahasan

Kendala yang saat ini dihadapi dalam penyediaan pakan hijauan adalah
keterbatasan lahan tanaman hijauan. Keterbatasan penyediaan hijauan pakan
untuk ternak tersebut, biasanya diatasi oleh peternak dengan pemberian
konsentrat. Namun kandungan serat kasar yang rendah dalam pakan konsentrat
mengacu pada asidosis rumen karena pH rumen menjadi asam akibatnya populasi
mikroba rumen mengalami penurunan dan proses fermentasi dan penyerapan
pakan menjadi kurang maksimal (Pratama 2018). System buffer pada ternak
rminansia adalah system yang mengontrol atau yang mempertahankan pH rumen.
Buffer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat menajga atau
mempertahakan pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
dengan air. Penambahan buffer pada pakan bertujuan menjaga pH rumen dan
mempertahankan fermentasi normal dalam rumen. Hal ini dapat dilihat pada
bilangan keasaman (pH) rumen, kecernaan, pola fermentasi, tekanan osmotik,
produk metan, degradasi protein dan sintesis protein mikroba (Erdman 1982).
Pemberian sodium bikarbonat pada kerbau yang diberi pakan basal jerami
gandum berpengaruh secara linier terhadap konsumsi bahan kering (BK), protein
kasar (PK), ADF, NDF dan air, namun demikian tidak berpengaruh secara nyata
terhadap kecernaannya. Efektivitas penambahan buffer tergantung pada beberapa
faktor seperti komposisi pakan, yaitu ransum dari hijauan serat sampai konsentrat.
Buffer juga mempengaruhi laju aliran digesta dalam rumen, khususnya komponen
cair. Laju aliran fraksi cair meningkat pada saat buffer ditambahkan ke dalam
ransum dengan porsi konsentrat lebih tinggi. Proses ini ditunjukkan dengan
konsumsi air yang meningkat seiring meningkatnya taraf NaHCO3 dalam ransum.
Dengan demikian kondisi keasaman (pH) dan tekanan osmotik dalam rumen tetap
terjaga untuk ekosistem mikroba (Sarwar 2007).
Mineral adalah salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhlik
hidup disamping karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Mineral dibutuhkan
ternak untuk beberbagai fungsi seperti pembentukan tulang dan gigi, pembekuan
protein darah atau susu, bagian dari enzim dan protein, regulasi asam basa dan
tekanan osmosis cairan di dalam tubuh, permeabilitas membrane, control replica
dan diferensiai sel. Pemberian ransum atau pakan pada ternak harus
memperhatikan kandungan dan kualitas mineralnya. Kurangnya konsumsi mineral
tersu menerus dapat menyebabkan defesiensi mineral yang akan berakibat fatal
pada ternak. Menurut Almatsier (2011), penambahan mineral penyangga dapat
mengatasi penurunan pH rumen yang diakibatkan oleh penggunaan konsentrat.
Pembuatan buffer mineral yang dilakuakn pada praktikum kali ini yaitu
dengan mencampurkan mineral mikro dan mineral makro untul=k penyangga pH
rumen ternak. Unsur makro dalam mineral yaitu terdiri dari Ca, P, Na, Cl, dan
Mg, sedangakn unsur mikro meliputi Fe, Mn, Cu, Zn, I dan Co. Pada praktikum
pembuatan buffer mineral, hasil komposisi dari maisng-masing unsur makro
mineral Ca, P, Na, Cl, Mg yaitu 12,150%; 5,698%; 16,324%; 18,857%; 4,800%
serta untuk unsur mikro Fe, Mn, Cu, Zn, I dan Co yaitu 436 ppm; 214,8ppm;
74,88ppm; 87,2ppm; 2,56ppm; dan 0,548ppm. Menurut Muhtarudin (2006),
kebutuhan Zn bagi mikroogganisme cukup tinggi yaitu 130-220 ppm.

SIMPULAN

Buffer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat menajga atau


mempertahakan pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
dengan air Pembuatan buffer mineral dengan mencampurkan mineral mikro dna
mineral makro untuk penyangga pH rumen ternak dan sebagai sumber mineral
untuk ternak. Mineral terdiri dari dua jeneis yaitu mineral makro yang
keberadaannya dibutuhkan dengan kadar yang lebihh tinggi dalam pakan serta
mineral mikro yaitu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam pakan.
DAFTAR PUSTAKA

Almaitser. 2011. Sistem buffer dan komponen mineral dalam darah ternak.
Yokyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Despal, Suryahadi NS, Evvyernie D, Sardiana A, Permana IG, dan Toharmat T.
2007. Nutrisi Ternak Perah. Bogor: Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Erdman RA, Hemken RW, and Bull LS. 1982. Dietary sodium bicarbonate and
magnesium oxide for early postpartum lactating dairy cows: Effect on
production, acid-base metabolism and digestion. J. Dairy Sci. 65: 712 -
731.
Gunarsih C, Mejaya MJ, dan Indrasari AD. 2011. Kandungan mineral beberapa
galur harapan padi sawah. Penelitian Pertanian Pangan. 30(2): 107-113.
Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan tingkat penggunaan mineral organic
untuk memperbaiki bioproses rumen pada kambing secara in vitro. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 8(2): 132-140.
Pratama CM, Harjanti DW, dan Sambodho P. 2018. Pengaruh suplementasi
sodium bicarbonate dalam pakan terhadap gambaran hematologis,
frekuensi nafas, dan ph urin pada sapi perah laktasi. Masuranch. 3(1): 1-6.
Puastuti W. 2009. Manipulasi bioproses dalam rumen untuk meningkatkan
penggunaan pakan berserat. Wartazo. 19(4): 180-190.
Ruminal Acidosis in Feedlot: From Aetiology to Prevention. The Scientific World
Journal 2014 (2014): 1 – 8.
Rustiyana E, Liman, dan Fathul F. 2016. Pengaruh substitusi rumput gajah
(Pennisetum purpureum) dengan pelepah daun sawit terhadap kecernaan
protein kasar dan kecernaan serat kasar pada kambing. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 4(2): 161-165.
Sarwar M, Aashid S and Mahu-un-nisa. 2007. Influence of level of sodium
bicarbonate on milk yield and its composition in early lactating Nilli Ravi
bufalloes. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 12: 1858 – 1864.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai