CASREA
Latar Belakang
Bahan pakan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis bahan pakan. Namun
kebanyakan bahan pakan pakan Indonesia kekurangan protein dalam
kandungannya. Protein merupakan komponen paling mahal sehingga bahan pakan
dengan harga murah harus didapatkan. Hal tersebut menyebabkan pakan perlu
diberikan suplementasi. Sumber protein yang dapat didapatkan ternak berasa dari
dua sumber. Sumber tersebut yaitu protein pakan dan mikrobial rumen. Solusi lain
yang dapat dilakukan adalah menciptakan teknologi untuk menyiasati pakan
rendah protein tersebut.
Penggunaan suplemen urea sudah banyak digunakan dalam formulasi
ransum ruminansia di Indonesia. Suplementasi urea merupakan sumber protein
kasar yang ekonomis dan dapat meningkatkan efisiensi konversi pakan pada sapi
yang diberi jearmi padi. Namun demikian, dalam penggunaannya harus
memperhatikan persyaratan tertentu agar tidak menimbulkan permasalahan bagi
ternak sapi sepeti keracunan akibat kadar ammonia di dalam rumen yang
meningkat. Kecepatan pelepasan ammonia dari nitrogen bukan protein seperti
urea lebih besar daripada penggunaan ammonia oleh mikroba rumen (Prasetiyono
2008).
Penggunaan urea dalam ransum ternak ruminansia perlu disertai dengan
penggunaan sumber energi terutama sumber karbohidrat yang mudah tersedia di
dalam rumen. Salah satu sumber karbofidrat yang mudah ditemukan di Indonesia
adalah ubi kayu atau biasa disebut singkong. Ubi kayu sebagai sumber pati
mengandung energi yang tinggi tetapi rendah kandungan proteinnya. Menurut
Prasetiyono (1992), proses sinkronisasi penggunaan urea denagn pati ubi jalar
yang terkukus dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen. Selain itu teknologi
lain yaitu melalui perlambatan kecepatan pelepasan ammonia didalam rumen asal
urea, yaitu dengan proses pemasakan ubi kayu dan urea melalui ektruksi sehingga
dihasilkan kompleks pati-urea (CASREA). Ekstrusi bahan pati dengan urea
tersebut dapat memperambat laju pelepasan ammonia di rumen (Antonelli 2004).
CASREA dapat digunakan karena memiliki berbagai syarat. Syarat
pertama adalah Laju perombakan ammonia dapat terjadi jika terdapat
keseimbangan protein dan sumber energi. Apabila NPN yang mudah teramoniasi
perlu keseimbangan energi. Syarat kedua, Laju amoniagenesis harus dikurangi
dengan melakukan proteksi urea. Proteksi urea dapat dilakukan dengan cara
kapulasi dan inhibitor enzim. Syarat ketiga, Mikroba dapat memanfaatkan NPN
jika nutrient yang masuk merupakan nutrient baik dan tersedia. Syarat keempat,
Sintesis mikroba dibutuhkan Asam Amino berantai cabang (Leusin, Isoleusin, dan
valin). Syarat kelima, Mikroba tidak bisa mensisntesis rangka karbon sehingga
membutuhkan asam amino. Fermentatif karbohidrat yang terlalu cepat.
Tujuan
Tepung Tapioka
Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang
ampasnya.Ubi kayu tergolong polisakarida yang mengandung pati dengan
kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu
amilopektin 83 % dan amilosa 17 %, sedangkan buah-buahan termasuk
polisakarida yang mengandungselulosadanpektin. Pengolahan ubi kayu menjadi
tepung tapioka merupakan salah satu langkah strategis & ekonomis bagi
pengembangan ubi kayu menjadi produk olahan. Analisis terhadap akar ubi kayu
yang khas mengidentifikasikan kadar air 70%, pati 24%, serat 2%, protein 1%
serta komponen lain (mineral, lemak, gula) 3%. Tahapan proses yang digunakan
untuk menghasilkan pati tapioka dalam industri adalah pencucian, pengupasan,
pemarutan, ekstraksi, penyaringan halus, separasi, pembasahan, dan pengering
(Mustafa 2015).
Urea
Daun Singkong
Materi
Bahan yang digunakan pada praktkum kali ini yaitu tepung tapioka 60%,
urea 5%, buffer ineral 10%, tepung daun singkong 15%, dan molasses 10%.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu timbangan, autoclave, oven dan plastic
tahan panas.
Metode
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN
Antonelli AC, Mori CS, Soares PC Kitamura SS and Ortolani EL. 2004.
Experimental ammonia poisoning in cattle fed extruded or prilled urea:
clinical findings. J Vet Res Anim Sci. 41: 67-74.
Gonçalves AP, Moysés do Nascimento CF, Ferreira FA, Rodrigo da Costa G,
Marcelo de Queiroz M, Marino CT, de Abreu Demarchi JJA and
Rodrigues PHM. 2015. Slow-release urea in supplement fed to beef
Steers. Braz. Arch. Biol. Technol. 58 (1): 22-30.
Mustafa A. 2015. Analisis proses pembuatan pati ubi kayu (tapioka) berbasis
neraca massa. Agrointek. 9(2): 127-133.
Prasetiyono BWHE, Suryahadi, Toharmat T dan Syarieft R. 2007. Strategi
suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dna dedak padi.
Media Peternakan. 30(3): 207-217.
Prasetiyono BWHE, Suryahadi, Toharmat T dan Syarieft R. 2008. Rekayasa
Casrea berbasis ubi kayu-urea terekstruksi sebagai suplemen protein untuk
perlamabatan pelepasan ammonia dalam rumen in vitro. Animal
Production. 10(1):34-41.
Prasetiyono BWHE. 1992. Pengaruh tingkat penggunaan urea dan waktu
pengukusan ubi jalar terhadap biosintesis protein mikroba rumen. Thesis.
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Sci. 19:695-698.
Wanapat, M. and S. Khampa. 2006. Effect of cassava hay in high-quality feed
block as anthelmintics in steers grazing on ruzi grass. Asian-Aust. J. Anim.
Yanuartono, Nururrozi A, Indarjulianto S, Purnamaningsih H dan Rahardjo S.
2017. Urea: manfaat pada ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
28(1): 10-34.