Oleh :
KELOMPOK I
BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konjungtivitis” adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Patofisiologi dan Farmakoterapi I.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab
itu, kami harapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
kami untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
ii
STIFI Bhakti Pertiwi
DAFTAR ISI
Hal
COVER .......................................................................................................... i
BAB I
BAB II
BAB III
iii
STIFI Bhakti Pertiwi
BAB I
PENDAHULUAN
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, lokal akibat
kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi dan
infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan
mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
a. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan
iris.
b. Katarak, kekeruhan lensa.
c. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
d. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa
cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Patofisiologi dan Farmakoterapi I yang berjudul ”Konjungtivitis”. Tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit
Konjungtivitis
2
STIFI Bhakti Pertiwi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Konjungtivitis adalah peradangan pada lapisan konjungtiva mata. Lapisan konjungtiva
merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan anterior sklera
yang terdiri dari bagian konjungtiva tarsal, konjungtiva forniks, dan konjungtiva bulbar.
Lapisan konjungtiva adalah lapisan yang kaya akan pembuluh darah. Lapisan konjungtiva
berhenti di daerah limbus yang akan digantikan dengan epitel kornea.
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi,
dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
Peradangan pada konjungtiva paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab
lain tersering konjungtivitis adalah infeksi bakteri dan alergi. Konjungtivitis juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan durasi gejala menjadi konjungtivitis akut (<4 minggu) dan
konjungtivitis kronis (>4 minggu). Konjungtivitis merupakan penyebab dari mata merah.
Diagnosis konjungtivitis dapat ditegakkan melalui gejala klinis. Pada kasus-kasus
tertentu pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, sitologi dan kultur dapat
membantu mencari kuman penyebab konjungtivitis.
Penatalaksanaan konjungtivitis meliputi tindakan suportif seperti kompres dingin,
irigasi mata, tetes air mata buatan, vasokonstriktor, antihistamin, serta pemberian tetes
mata antibiotik untuk kasus-kasus tertentu. [1,2]
2.2.PATOFISIOLOGI KONJUNGTIVITIS
b. Konjungtivitis Bakteri
Penyebab konjungtivitis bakterial biasanya akibat infeksi oleh flora normal yang
berkolonisasi di sekitar mata seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoniae (bakteri yang menyebabkan pneumonia). Infeksi dapat terjadi bila lapisan
epitel konjungtiva rusak (misalnya terjadi abrasi), ada peningkatan jumlah bakteri, dan
penurunan daya tahan tubuh.
Selain faktor penyebab tersebut, infeksi juga dapat terjadi akibat kontaminasi
eksternal seperti pada konjungtivitis viral. Patogenesis konjungtivitis bakteri diawali
4
STIFI Bhakti Pertiwi
dengan proses perlekatan bakteri (adhesion). Proses perlekatan bakteri diperantarai
oleh protein adhesins yang diekspresikan oleh bagian pili bakteri pada kebanyakan
jenis bakteri. Bakteri yang melekat pada epitel konjungtiva memproduksi faktor-faktor
seperti protease, elastase, hemolisin, dan cytoxin yang akan memicu sel-sel radang
seperti neutrofil, eosinofil, limfosit, dan sel plasma untuk bermigrasi dari pembuluh
darah di bagian stroma menuju epitel konjungtiva. Faktor-faktor tersebut juga dapat
menginduksi destruksi sel-sel epitel konjungtiva. Sel epitel konjungtiva yang
mengalami nekrosis akan terlepas dan menempel di sekret sel goblet membentuk
eksudat. Pada konjungtivitis bakteri sel radang yang mendominasi adalah sel leukosit
polimorfonuklear. [1,6]
c. Konjungtivitis Alergi
d. Konjungtivitis Vernal
e. Konjungtivitis Atopik
2.3.ETIOLOGI KONJUNGTIVITIS
Etiologi konjungtivitis terbanyak adalah infeksi virus, bakteri, dan alergi.Infeksi virus
dapat disebabkan oleh Adenovirus, virus herpes simpleks tipe I dan II, virus varicella
zoster, virus measles, picornavirus (coxsackievirus A24 dan enterovirus 70), molluscum
contagiosum, dan HIV. [2]
Bakteri yang paling banyak ditemukan pada konjungtivitis bakterial adalah
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis. Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis juga dapat menjadi etiologi
konjungtivitis. Konjungtivitis alergi disebabkan oleh serbuk bunga dan tanaman, bulu
binatang, lumut, kosmetik, lensa kontak, dan sebagainya. [9]
Beberapa penyakit lain yang dapat disertai dengan gejala konjungtivitis adalah
pemfigoid membran mukosa, sindrom Steven Johnson, dan nekrolisis toksik epidermal. [1]
2.4.EPIDEMIOLOGI KONJUNGTIVITIS
6
STIFI Bhakti Pertiwi
Secara global kasus konjungtivitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, dari mulai
neonatus hingga lansia. Kasus konjungtivitis ditemukan pada 1% kunjungan pasien ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Di Amerika Serikat diperkirakan ada sekitar 6 juta
kasus baru konjungtivitis viral per tahunnya. Konjungtivitis viral dapat bersifat sporadik
maupun epidemik (misalnya di sekolah, di rumah sakit, di klinik). Adenovirus merupakan
penyebab di hampir 90% kasus konjungtivitis viral. Insidensi konjungtivitis bakterial di
Amerika Serikat adalah 135 kasus per 10.000 populasi per tahun. [1,2,10]
2.5.DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS
2.6.PENATALAKSANAAN KONJUNGTIVITIS
a. Konjungtivitis Bakteri
1. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan
sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan
garam fisiologik setiap ¼ jam.
2. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
3. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-
20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
4. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep
penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
5. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
6. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap
hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
c. Konjungtivitis Alergi
d. Konjungtivitis Viral
2.7.PROGNOSIS KONJUNGTIVITIS
Edukasi pasien konjungtivitis adalah menghindari mengusap mata dengan tangan yang
kotor, sebisa mungkin menghindari paparan alergen, menghindari penggunaan lensa
kontak untuk sementara waktu, dan melakukan kompres dingin untuk mengurangi keluhan
gatal dan perih. Pasien disarankan untuk beristirahat di rumah untuk sementara waktu
untuk mencegah penularan di sekolah atau tempat kerja. Bila mengalami gangguan
penglihatan, keluhan mata silau, nyeri mata yang tidak tertahankan, sekret mata yang
bertambah banyak walaupun sudah diberikan pengobatan, pasien disarankan untuk kontrol
kembali ke dokter. [2,6,7]
9
STIFI Bhakti Pertiwi
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa
mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi
yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh
bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang
penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu,
maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata
rantai dari penularannya.
Beberapa penyakit lain yang dapat disertai dengan gejala konjungtivitis adalah
pemfigoid membran mukosa, sindrom Steven Johnson, dan nekrolisis toksik epidermal.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa konjungtivitis dapat ditemukan secara global dan
merupakan salah satu penyakit mata yang umum.
3.2.SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang bias membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
10
STIFI Bhakti Pertiwi
DAFTAR PUSTAKA
11
STIFI Bhakti Pertiwi