Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belakangan ini,Kehidupan sehari-hari kita sering merasakan nyeri yang membuat
ketidaknyamanaan dalam hidup kita,sebagaian dari individu merasa tidak khawatir terhadap
nyeri,dan sebagaiaan individu merasa cemas,takut terhadap nyeri itu.banyak diantara individu
yang tidak bisa menyelesaikan masalah ketidak nyamanan ini,untuk itu saya membuat
makalah ini,untuk member petunjuk bagi pembaca dalam menyelesaikan masalah ketidak
nyamanan yaitu nyeri.

Setiap manusia pasti membutuhkan perlindungan karena manusia butuh rasa aman dan
nyaman agar dapat menjalani hidupnya dengan baik. Negara memberikan perlindungan untuk
warga negaranya, di kasus hukum polisi memberikan perlindungan untuk para saksinya, dan
pengacara memberikan perlindungan untuk kliennya. Semua perlindungan itu untuk apa???
Tentu saja untuk menciptakan rasa aman dan nyaman sehingga klien mereka merasa tentram
dan dapat melakukan kegiatannya normal seperti biasanya.

Begitu pula dengan pasien di rumah sakit. Mereka membutuhkan rasa aman dan
nyaman agar dapat menjalani aktivitas mereka dengan normal tanpa ada rasa takut dan
khawatir yang membebani pikiran mereka. Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman itu
merupakan bagian dari tugas seorang perawat seperti kita.
Rasa aman dan nyaman sangat dibutuhkan oleh klien agar mempercepat proses
penyembuhan mereka. Ini adalah semacam terapi untuk kejiwaan. Klien membutuhkan rasa
aman dan nyaman untuk dapat tidur nyenyak, rileks, berkonsentrasi untuk kesembuhannya,
dan masih banyak lagi. Jika klien kita tidak merasa aman dan nyaman, tentu segudang
obatpun tidak akan mempan untuk menyembuhkan klien kita tersebut.
Bisa di bayangkan pentingnya rasa aman dan nyaman yang diberikan oleh perawat
kepada kliennya. Jika rasa aman dan nyaman itu tidak mampu diciptakan oleh seorang
perawat, maka dapat dikatakan perawat tersebut telah gagal untuk melayani kliennya, dan
upaya untuk penyembuhan klien tersebut akan sangat susah untuk mencapai keberhasilannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rasa nyaman dan nyeri ?
2. Apa saja sifat nyeri ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi rasa nyeri ?
4. Sebutkan & jelaskan klarifikasi nyeri?
5. Sebutkan dan jelaskan 4 teori nyeri?
6. Jelaskan fisiologi nyeri?
7. Jelaskan Stimulus Nyeri ?
8. Apa saja skala nyeri?
9. Apa saja tindakan penangganan nyeri ?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian rasa nyaman dan nyeri.
2. Mengertahui sifat nyeri.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi rasa nyeri.
4. Mengetahui klarifikasi nyeri.
5. Mengetahui 4 teori nyeri.
6. Mengetahui fisiologi nyeri.
7. Mengetahui Stimulus Nyeri.
8. Mengetahui skala nyeri.
9. Mengetahui tindakan penangganan nyeri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasa Nyaman Dan Nyeri

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

1. Fisik : berhubungan dengan sensasi tubuh.


2. Sosial : berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual : berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan : berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,


harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan
kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan wang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subyektif karena perasaan nt-eri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. Berikut adalah pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:

1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi
seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Scr umum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.

3
2.2 Sifat Nyeri
Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:

1. Nyeri bersifat individu


2. Nyeri tidak menyenangkan
3. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
4. Bersifat tidak berkesudahan
2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri
1. Usia : anak – lansia
2. Jenis kelamin : laki2 – perempuan
3. Kebudayaan : cara menebus dosa
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan, hukuman, tantangan
5. Perhatian : relaksasi, masase, guided imagery
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & social

2.4 Klarifikasi Nyeri


2.4.1 Berdasarkan sumbernya
1. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (ex: terkena ujung pisau atau gunting)
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (ex:
sprain sendi)
3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan
2.4.2 Berdasarkan penyebab
1. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
2. Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-
marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)

2.4.3 Berdasarkan lama/durasinya

1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal
ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan
kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan
nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi,
nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
enam bulan.

4
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk
diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat
penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya
menjadi masalah dengan sendirinya.

2.4.4 Berdasarkan lokasi/letak


1. Radiating pain, Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex:
cardiac pain)
2. Referred pain, Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan
berasal dari jaringan penyebab
3. Intractable pain, Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
4. Phantom pain, Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian
tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis

2.5 Teori Nyeri


Ada 4 teori yang berusaha menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan terasa, yaitu :

1. Teori spesifik ( Teori Pemisahan),Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan


untuk menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut
A delta dan serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis menuju ke
pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen psikologis.. Menurut teori
ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang
bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median
ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori pola (pattern), Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola
informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul pada
tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial tertentu.
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi olch modalitas respons dari reaksi sel.tu.
Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa sentuhan.

3. Teori kontrol gerbang (gate control), Pada teori ini bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat
sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori
menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi

5
C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain
itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari
serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan
ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan
yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal
dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien
mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat
kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan
opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari
tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan
substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk
melepaskan endorphin.
a. Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
b. Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
c. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung
dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating
Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi
nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.
d. Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika
pintu gerbang tertutup
e. Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
f. Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien
g. Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan
substansi
h. Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri
4. Teori Transmisi dan Inhibisi, Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-
impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang
spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-
serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate sistem
supresif.

2.6 Fisiologi Nyeri


Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa nyeri merupakan
sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang melibatkan fungsi organ tubuh, terutama
sistem saraf sebagai reseptor rasa nyeri.Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer.Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu:

6
a. Reseptor A delta — Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30
m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C — Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi.Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.
Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang
tumpul dan sulit dilokalisasi.
c. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

2.7 Proses Terjadinya Nyeri

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan
dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf
bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan
korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf
pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu
(panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf
pusat.

A. Tahapan Fisiologi Nyeri

1. Tahap Trasduksi
a. Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri utk melepaskan mediator kimia
(prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yg mensensitisasi nosiseptor
b. Mediator kimia akan berkonversi mjd impuls2 nyeri elektrik
2. Tahap Transmisi,Terdiri atas 3 bagian :
a. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke medula
spinalis
b. Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui jaras
spinotalamikus (STT) -> mengenal sifat dan lokasi nyeri
c. Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat nyeri di persepsikan.

3. Tahap Persepsi
a. Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri
b. Memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif utk mengurangi kompenen sensorik
dan afektif nyeri
4. Tahap Modulasi
a. Disebut juga tahap desenden
b. Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal2 kembali ke medula spinalis
7
c. Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan norepinefrin) yg
akan menghambat impuls asenden yg membahayakan di bag dorsal medula spinalis
 
2. 8 Stimulus Nyeri
Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah
stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus
nyeri, di antaranya:

1. Motorik disebabkan karena


a. Gangguan dalam jaringan tubuh
b. Tumor, spasme otot
c. Sumbatan dalam saluran tubuh
d. Trauma dalam jaringan tubuh
2. Thermal (suhu), Panas dingin yang ekstrim
3. Kimia, Spasme otot dan iskemia jaringan.
2.9 Skala Nyeri

Intensitas Nyeri,Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).

 Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut : 

1. Skala intensitas nyeri deskritif


2. Skala identitas nyeri numerik
3. Skala analog visual
4. Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

8
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang
atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

  Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa
paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian
numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,
1992).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal
pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih
satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

 Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan
saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan
kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

9
2.10 Penangganan Nyeri

2.10.1 Tindakan Farmakologis

Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri


ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan
persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri

Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :

1. Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk
nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung
fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive
terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk
meringankan nyeri (Long,1996).Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan
depresi pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan
mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan
tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok
akibat dosis yang berlebihan.

2. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung ke serabut
saraf.

3. Analgesik yang dikontrol klien

Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi narkotik menurut resep,
dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena. Pengandalian analgesik oleh klien
adalah menekan sejumlah tombol agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat
khusus untuk mencegah masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik yang
dikontrol klien ini penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu
secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien
dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.

4. Obat – obat nonsteroid


Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat
obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan
gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan
untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.

10
2.10.2 Tindakan Non Farmakologis

Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri


ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan
penaganan berdasarkan :

Penanganan fisik/stimulasi fisik

1. Stimulasi kulit
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan
masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu
mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri

2. Stimulasi electric (TENS)


Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa
melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan
massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan
(TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit
dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

3. Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri.
Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu,
tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.

4. Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan
farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul,
cairan injeksi dan sebagainya.

5. Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan
otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar
mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.

6. Umpan balik biologis


Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri
fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif
untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

7. Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

8. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi
visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)

11
9. Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini
memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien
mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien
merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
                           
 

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kenyamanan/rasa nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (terpenuhinya kebutuhan dasar), transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda-beda setiap orang
dalam skala atau tingkatannya, dan hanya orang orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

13
Standart Operasional Prosedure (SOP)
Teknik Relaksasi Nafas Dalam

A. Pengertian
Ialah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yg mengalami nyeri yang
kronis. Rileks sempurna yg dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dara perasaan
cemas sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri

B. Ada tiga faktor yg utama dalam teknik relaksasi


1. Posisikan pasien dengan tepat sehingga klien merasa nyaman
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yg santai/tenang

C. Tujuan
Untuk dapat menggurangi/menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan

D. Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yg mengalami nyeri kronis

E. Prosedur pelaksanaan

Tahap pra interaksi


1. Menbaca mengenai status pasien
2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan alat
4. Tahap orientasi
5. Mengucapkan salam teraupetik kepada pasien
6. Validasi kondisi pasien saat ini
7. Menjaga keamanan perivacy pasien
8. Menjelaskan tujuan & prosedur yg akan dilakukan terhadap pasien & keluarga

Tahap kerja
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi
udara
4. Intruksikan pasien dengan cara perlahan & menghembuskan udara membiarkanya ke
luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa nikmatnya
rasanya
5. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian menghembuskan
dengan cara perlahan & merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki,

14
menuju keparu-paru seterusnya udara & rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota
tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki & tangan, udara yg mengalir &
merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan & kai & rasakan kehangatanya
8. Instruksiakan pasien buat mengulani teknik-teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara
mandiri

Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil gerakan
2. Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan

15

Anda mungkin juga menyukai