KEBUTUHAN KHUSUS
“PSIKOTIK GELANDANGAN”
Kelompok 1
Kelompok 1
Lisa Arista Putri 1911311003
Azzizah Aulia W 1911311006
Cindy Novia 1911311009
Niken Larassati 1911311012
Wellyatara Safitri 1911311015
Windi Febrina D 1911311018
Laura Sheres D 1911311021
Elvira Rahmayuni 1911311024
Winanda Al Meihesi 1911311027
Mutia Guslina 1911311030
PENGERTIAN
Gelandangan Psikotik Adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat, mempunyai tingkah laku aneh atau menyimpang dari norma-norma yang ada serta memiliki
gangguan kejiwaan berupa delusi dan halusinasi yang tidak mempunyai keluarga serta perlu mendapat bantuan untik
hidup.
Kriteria gelandangan psikotik diantaranya hidup menggelandang di tempat tempat umum terutama di kota-
kota, kehadirannya tidak diterima keluarga dan masyarakat sekitarnya, tempat tinggal tidak tetap, seperti beranda
toko, di kolong jembatan, terminal dan lainnya, sering mengamuk dan berbicara sendiri, penampilannya di bawah
sadar atau tidak sesuai dengan norma dalam masyarakat, misalnya tidak menggunakan pakaian, memakan makanan
dari sisa-sisa di tempat sampah, dan tidak mempunyai pekerjaan (Permensos RI No. 8 tahun 2012).
Kriteristik Psikotik Gelandangan
07 Kehidupan spiritual
(keagamaan)
terganggu.
Faktor Penyebab
Psikotik Gelandangan
a) Faktor ekonomi
Meliputi kurangnya ketersediaan lapangan kerja, kemiskinan dan
rendahnya pendapatan perkapita sehingga mengakibatkan tidak
tercukupinya kebutuhan hidup
b) Faktor Geografi
Meliputi daerah asal yang minus dan
tandus sehingga menjadikan
pengolahan tanah atau lahan tidak
maksimal
c) Faktor sosial
Meliputi urbanisasi yang semakin meningkat
serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam
usaha peningkatan kesejahteraan sosial
d) Faktor pendidikan
Meliputi relatif rendahnya pendidikan masyarakat
mengakibatkan kurangnya bekal serta
keterampilan untuk hidup layak
e) Faktor Psikologis
meliputi adanya keretakan keluarga dan
keinginan melupakan kejadian masa
lampau yang mengakibatkan jiwa
terganggu. Masalah kesehatan mental
yang biasa dialamu seperti skizofrenia,
bipolar dan depresi berat.
f) Faktor lingkungan
Berkaitan dengan keluarga tidak peduli,
keluarga malu, keluaga tidak tahu dan
obat tidak diberikan
g) Faktor agama
Meliputi rendahnya ajaran agama yang
menyebabkan tipisnya iman seringkali
membuat mereka mudah putus asa dalam
menghadapi cobaan serta seringkali tidak
memiliki keinginan untuk berusaha keluar
dari suatu cobaan.
a) Penertiban b) Penjangkauan
Data Subjektif :
Klien menolak melakukan perawatan diri Diagnosa keperawatan
Data Objektif : • Defisit Perawatan Diri
Tidak mampu mandi / mengenakan
• Isolasi sosial berhubungan
pakaian /makan / ke toilet / berhias
secara mandiri dengan harga diri rendah
Minat melakukan perawatan diri kurang • Resiko Tinggi Infeksi
Intervensi Keperawatan
Dx Luaran Intervensi
Tujuan : Setelah Intervensi : Dukungan perawatan diri
Defisit dilakukantindakan keperawatan
Perawatan Diri selama 3x24jam diharapkan Observasi
perawatan diri pasien meningkat
a) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Kriteria hasil: b) Monitor tingkat kemandirian
c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
a) Kemampuan mandi meningkat berpakaian, berhias, dan makan
b) Kemampuan mengenakan
pakaian meningkat Terapeutik
c) Kemampuan ke toilet
(BAB/BAK) meningkat d) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana
d) Verbalisasi keinginan hangat, rileks, privasi)
melakukan perawatan diri e) Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan
meningkat sabun mandi)
e) Minat melakukan perawatan diri f) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
meningkat g) Jadwalkan rutinitas perawatan diri
f) Mempertahankan kebersihan
diri meningkat Edukasi
g) Mempertahankan kebersihan
mulut meningkat h) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Tujuan : Setelah dilakukantindakan Intervensi : Promosi Sosialisasi
Isolasi social b.d keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
harga diri rendah keterlibatan sosial pasien meningkat Observasi
Edukasi
Terapeutik
a) Kemampuan mengubah perilaku meningkat
b) Kemampuan modifikasi gaya hidup b) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
meningkat tinggi
c) Kemampuan menghindari faktor risiko
meningkat Edukasi
Pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh Raden Mahendra Haryo Bharoto dan
Nursahidin dalam jurnalnya yang berjudul IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM
PENANGANAN PENGEMIS GELANDANGAN ORANG TERLANTAR DAN PSIKOTIK
JALANAN DI KOTA CIREBON, menjelaskan bahwa dalam proses implementasi kebijakan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kebijakan apakah kebijakan
tersebut berhasil terlaksana atau tidaknya.
1) Komunikasi
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk hal komunikasi yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
Cirebon dengan instansi terkait penanganan PGOT dan Psikotik Jalanan sudah berjalan
dengan baik, akan tetapi masih belum terintegrasi karena masih bersifat melakukan
verifikasi PGOT dan Psikotik Jalanan hasil penjaringan Satpol PP, kemudian jejaring
dengan instansi terkait untuk penangan lebih lanjut baik untuk PGOT dan Psikotik
jalanan yang teridentifikasi maupun yang tidak teridentifikasi.
2) Sumber Daya
Dari hasil penelitian Kota Cirebon tidak ada Selter (tempat menampung)
untuk menampung PGOT maupun psikotik jalanan. Berkaitan dengan sumber
daya anggaran tidak ada anggaran khusus untuk menangani PGOT dan Psikotik
Jalanan.
3) Disposisi
Hasil penelitian Susuai tupoksi sudah melaksankan tugas dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin dengan kemampuan sumber daya manusia
dan fasilitas yang ada.
4) Struktur Birokrasi
Melaksanakan tugas penanganan PGOT dan Psikotik Jalanan di Kota Cirebon
sesuai dengan SOP yaitu diawali dengan Surat Tugas/ Surat Perintah dari
Kepala Satuan Pol PP, kemudian melakukan penjaringan.
Dalam mengimplementasikan kebijakan mengenai program penanganan
Pengemis Geladnangan Orang Terlantar (PGOT) dan Psikotik Jalanan dilakukan
dengan cara diantaranya sebagai berikut:
• Melakukan Pengajuan Anggaran
• Pengadaan Sumber Daya Manusia yang Kompeten
Upaya yang harus dilakukan Dinas/instansimenyediakan sumber daya manusia
yang memang memiliki kemampuan dalam bidangnya khususnya terkait
penanganan PGOT dan Psikotik Jalanan.
• Mengadakan Fasilitas
Upaya yang harus dilakukan oleh Dinas/instansi harus menganggarkan untuk
fasilitas dalam hal ini pembangunan rumah singgah
• Patisipasi Masyarakat
Dalam hal ini dukungan dan peran dari berbagai kalangan dibutuhkan.
Terutama dari keluarga yang memang memiliki kewajiban untuk melakukan
pembinaan lanjut
Presented by : Kelompok 1
Lisa Arista Putri 1911311003