Anda di halaman 1dari 7

KOMPETENSI BERPIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN

Dhita Adinda/181101069
dhitaadinda89@gmail.com

Abstrak

Kompetensi berpikir kritis sebagai proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat dan
penilaian terhadap perawatan klinis klien. Perawat menerapkan proses keperawatan sebagai
kompetensi pada saat memberikan perawatan dengan pasien. Dimana adanya metode ilmiah,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan klinis, penentuan diagnosis, dan inferensi. Tujuan dari
proses keperawatan berpikir kritis yaitu untuk mendiagnosis dan mengobati respons manusiawi
terhadap masalah kesehatan yang ada atau yang ingin di perbaharui dan untuk membuat penilaian
terhadap perawatan klinis seorang pasien, yang meliputi penjelasan diagnostik, kesimpulan klinis,
dan pengambilan keputusan klinis. Metode yang digunakan yaitu dengan metode kualitatif yaitu
mengummpulkan sebanyak-banyaknya data dengan literature review. Hasil dari seorang perawat
harus memiliki kompetensi keperawatan agar mendapatkan izin untuk membantu klien memperoleh
persetujuan mengenai hasil terapi untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Pembahasan dari
kompetensi berpikir kritis dalam keperawatan meliputi kompetensi pemikiran kritis umum,
kompetensi pemikiran kritis spesifik terhadap satu keadaan klinis, dan komptensi pemikiran kritis
spesifik dalam keperawatan. Jadi kompetensi berpikir kritis sangat berpengaruh pada proses dan
praktik dalam keperawatan.

Kata Kunci : Berpikir kritis, Kompetensi Berpikir Kritis, berpikir kritis dalam praktik
keperawatan.

Latar Belakang

Kemampuan berfikir kritis sangat diperlukan dalam setiap asuhan keperawatan. Didalam
asuhan keperawatan terdapat proses-proses keperawatan yang meliputi: pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada setiap proses-proses tersebut
sangat diperlukan penerapan berfikir kritis guna membantu perawat dalam menjalankan
tanggungjawabnya sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi demi
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Yang mana seperti yang kita ketahui berfikir kritis
berfungsi untuk sebagai kerangka berfikir yang sistematis dan ilmiah bagi semua perawat
untuk memecahkan masalah, membantu perawat untuk memperoleh derajat kesehatan
optimal terhadap pasien. Adapun kemampuan berfikir kritis yang harus dimiliki seorang
perawat antara lain pengetahuan dasar, pengalaman, dan kompetensi dalam berfikir kritis
serta sikap dan karakteristiknya .

Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana kompetensi berpikir kritis dalam praktik keperawatan dan
proses keperawatan, untuk membuat penilaian terhadap perawatan klinis seorang pasien,
yang meliputi penjelasan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pengambilan keputusan klinis.
Yang dengan cara metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, dan
untuk mendiagnosis dan mengobati respons manusiawi terhadap masalah kesehatan yang
ada atau yang ingin di perbaharui. (American Nurses Association, 2003)

Metode

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dimana maksudnya dengan cara
mengumpulkan sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan Literature review
ini dengan menganalisis yang berfokus pada kompetensi kemampuan berpikir dalam
praktik keperawatan. Adapun tinjauan literatur yang digunakan seperti buku teks, buku
referensi, jurnal, dan google scholar. Dengan kata kunci berpikir kritis, berpikir kritis dalam
praktik keperawatan, kompetensi berpikir kritis, dan proses keperawatan. Dan literature
yang digunakan adalah 14 literatur yang diterbitkan 10 tahun terakhir.

Hasil

Berdasarkan hasil pencarian literatur didapatkan, kompetensi berpikir kritis dalam praktik
keperawatan sangatlah penting. Dimana berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk
perawat professional yang kompeten. kemampuan untuk berpikir kritis, meningkatkan
praktik klinik dan mengurangi kesalahan pada penilaian klinis adalah visi dari praktik
keperawatan (Di Vito-Thomas, 2005). Sehingga seorang perawat mampu secara individual
untuk mengerjakan suatu tugas dan mengambil keputusan atau pun mengerjakan suatu
pekerjaan dilandasi dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai.
Hasil dari seorang perawat harus memiliki kompetensi keperawatan agar mendapatkan izin
untuk membantu klien memperoleh persetujuan mengenai hasil terapi untuk mencapai
kesehatan yang lebih baik. Pada saat seorang perawat melakukan praktik keperawatan
dengan kompetensi berpikir kritis , perawat bisa mengindentifikasi kebutuhan perawatan
pasien, menentukan diagnosis keperawatan atau masalah, menentukan prioritas
keperawatan, dan menetapkan tujuan serta hasil keperawatan yang diharapkan. Kemudian
perawat bisa membangun komunikasi dengan klien tentang rencana perawatan klien,
melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi efek tindakan yang diberikan oleh
seorang perawat tersebut.

Pembahasan

Kataoka-Yohiro dan Saylor (1994) menggambarkan Kompetensi berpikir kritis sebagai


proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat dan penilaian terhadap perawatan
klinis klien Hal ini meliputi kompetensi pemikiran kritis umum, kompetensi pemikiran
kritis spesifik terhadap satu keadaan klinis, dan komptensi pemikiran kritis spesifik dalam
keperawatan. Pemikiran kritis umum merupakan proses yang tidak khas dalam
keperawatan. Hal tersebut meliputi metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan . kompetensi pemikiran yangspesifik pada situasi klinis meliputi penjelasan
diagnostic, kesimpulan klinis, dan pengambilan keputusan klinis. Kompetensi pemikiran
kritis dalam keperawatan berhubungan dengan proses keperawatan.

Kompetensi berpikir kritis dalam keperawatan antara lain :

Metode ilmiah yang dimana merupakan cara pendekatan sistematis dan bertingkat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan memecahkan masalah dengan menggunakan
alasan yang kuat serta dengan metode ilimiah ini perawat bisa mencari kebenaran atau
mengkonfirmasi suatu data. Metode ilmiah ini digunakan oleh para akademisi seperti
kedokteran, keperawatan, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Metode ilmiah ini memiliki 5
tingkatan yaitu : Identifikasi masalah, pengumpulan data, pembentukan pertanyaan
penelitian atau hipotesis, uji hipotesis, dan evaluasi hasil penelitian.
Pemecahan masalah merupakan suatu keadaan dimana seseorang dihadapkan kepada
persoalan yang mendesak dan di perlukan suatu pemikiran untuk menyelesaikan suatu
masalah. Dengan cara mengevaluasi secara terus menerus terhadap cara memecahkan
masalah tersebut dan untuk memastikan apakah hal tersebut efektif. Jika masalah tersebut
timbul kembali, maka seorang perawat perlu untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan pilihan lain. Setelah perawat menemukan informasi tentang masalah dari
pasien, makas selanjutnya perawat memberikan solusi pemecahan masalah yang efektif.
Dengan memecahkan masalah pada suatu situasi atau keadaan akan menambah pengalaman
serta pengetahuan seorang perawat yang nantinya bisa diterapkannya pada pasien lainnya.

Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan dari pemikiran kritis yang bertujuan untuk
memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu masalah. Untuk membuat keputusan,
seorang perawat harus mengenali dan mendefinisikan adanya masalah atau situasi dan
menganalisisnya secara menyeluruh pada pilihan yang ada. Pengalaman keputusan klinis
adalah pemecahan masalah yang berfokus pada penentuan masalah pasien dan memilih
penatalaksanaan yang tepat (Smith Higuchi dan Donald, 2002). Pengambilan keputusan
klinis ini memerlukan penilaian yang hati-hati agar perawat dapat menentukan pilihan yang
tepat bagi pasien.

Penentuan diagnosis merupakan proses untuk menentukan status kesehatan pasien, setelah
menganalisis perilaku, gejala, dan tanda-tanda yang aa pad pasien. Penentuan diagnosis
dimulai pada saat mengobservasi fisik atau perilaku pasien. Setelah informasi diperoleh dan
dianalisis kemudian digunakan unuk menetukan diagnosis dengan menyediakan data status
pasien dengan jelas. Bagian dari penentuan diagnosis adalah inferensi dimana maksudnya
adalah proses untuk menggambarkan kesimpulan yang disusun dari beberapa bukti yang
saling berhubungan (Smith Higuchi dan Donald, 2002). Inferensi ini mencakup
pembentukan pola informasi dari data sebelum ditentukannya diagnosis. Perawat tidak
menentukan diagnosis penyakit, melainkan mengaalisis, mengamati, dan membandingkan
gejala dan tanda penyakit yang biasa dialami oleh pasien. Tipe penentuan diagnosis yang
dilakukan oleh perawat ini membantu dokter atau tim medis lainnya untuk mendeteksi
penyakit lebih tepat dan memberikan terapi yang cepat.
Penutup

Kompetensi berpikir kritis sebagai proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat
dan penilaian terhadap perawatan klinis klien. Kompetensi berpikir kritis ini terdiri dari
metode ilmiah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan klinis, penentuan diagnosis
dan inferensi. Yang bertujuan untuk membuat penilaian terhadap perawatan klinis seorang
pasien, yang meliputi penjelasan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pengambilan keputusan
klinis.

Referensi

Cristensen, P.J., & Kenney, J.W. (2009). Proses Keperawatan, Aplikasi Model Konseptual
(Terjemahan dari Nursing Proses: Aplication Of Conceptual Model 4th Ed).
Jakarta: EGC

Deniati, K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018). Pengaruh Berpikir Kritis Terhadap
Kemampuan Perawat Pelaksana dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal holistik Kesehatan, 12 (1), 21-22.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.

Feldman, D. A., (2010). Berpikir Kritis. Jakarta : Indeks.

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary
study. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 248, No.1,
p. 012031). IOP Publishing.

Fisher, A., (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hastuti, W., & Widiyaningsih. (2017). Aplikasi Concept Mapping dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Stase Maternitas. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran
Ilmiah. 3 (3), 19-21.

Kodim, & Yulianingsih. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : TIM.


Mulyaningsih. (2013). Peningkatan Perilaku Caring Melalui Kemampuan Berfikir Kritis
Perawat. Jurnal Managemen Keperawatan. 1(2), 100-103.

Patmawati, T, A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran Klinik
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis & Kepercayaan Diri Mahasiswa
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyyah. 3 (2), 89-92.

Potter, A.P., & Perry, G.A. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika

Purwaningsih, D. F. (2015). Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat dalam Mutu


Pelayanan Keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan. 3(1), 1-6

Sudono, B., Setya, D., & Atiningtyas, R. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis
Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 10 (1), 79-84.

Sumijatun. (2009). Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta :
Trans Info Media Jakarta.

Wijaya, M., A., & Rantung, G., A. (2015). Persepsi Pasien Terhadap Kompetensi
Profesional Perawat. Jurnal Skolastik Keperawatan. 1 (1), 75-77

Anda mungkin juga menyukai