Anda di halaman 1dari 13

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Batuan Beku
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun diatas
permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan sehingga
batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya dimana terbagi
menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan
beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Struktur dari batuan beku ada lima, yaitu Masif (tidak menunjukkan adanyalubang-lubang), Vesikuler
(berlubang-lubang dengan arah yang teratur), Skoria (berlubang-lubang besar tapi dengan arah yang
tidak teratur), Amigdaloidal (lubang-lubang gas telah terisi mineral-mineral sekunder) dan Xenolitis
(struktur yang memperlihatkan adanya fragmen yang masuk kedalam batuan yang mengintrusi)
Tekstur dari batuan beku meliputi Derajat Kristalisasi merupakan banyaknyakristal yang terdapat pada
batuan (Holokristalin, Holohyalin dan hipokristalin), Granularitas merupakan besar butir pada batuan
beku (Fanerik dan Afanitik), BentukKristal merupakan sifat dari suatu Kristal dalam batuan, Relasi
merupakan hubunganantar Kristal atau mineral satu dengan mineral lainnya dalam suatu batuan.
Komposisi mineral batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan indeks warna dan
bentuk kristal atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku adalah Mineral felsik (mineral
yang bewarna terang terutama kwarsa, feldspar, feldspatorid dan muscovite) dan Mineral mafik
(mineral yang berwarna gelap terutama biotic, olivine, piroksin dan amphibol
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun diatas
permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan sehingga
batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya dimana terbagi
menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan
beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Batuan beku sering kita jumpai di daerah lereng pegunungan. Batuan Beku sendiri merupakan batuan
yang berasal dari hasil pembentukan magma yang mempunyai tekstur hablur (kristalin). Pembentukan
Batuan Beku berasal dari pembekuan magma yang ada dibawah permukaan bumi atau hasil pembekuan
lava dipermukaan bumi. Magma merupakan cairan kental yang berasal darilarutan silika dan terbentuk
secara alamiah, yang memiliki temperatur tinggi antara 1.500°C sampai 2.500°C dan bersifat mudah
bergerak serta terletak pada kerak bumi bagian bawah. Pada saat magma mengalami penurunan suhu
akibat perjalanan menuju permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa ini disebut
dengan penghabluran.
Batuan Beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun Batuan Beku.
Salah satu klasifikasi Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti Silikat oksida (SiO2),
Titanium oksida (TiO2), Aluminium oksida (AlO2), Besi (II) oksida (Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan
oksida (MnO), Magnesium oksida (MgO), Kalsium oksida (CaO), Sodium oksida (Na2O), Potasium oksida
(K2O), air (H2O+), Porporus penthoxide (P2O5), dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur
pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia
Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan
magma sebagai pembentukannya. Batuan Beku yang telah mengalami ubahan atau pelapukan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang
sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang
didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi
Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
• Batuan Beku asam
• Batuan Beku intermediet
• Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga
dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi.
Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2, yaitu:
• Batuan Beku asam yaitu > 66% SiO2.
• Batuan Beku intermediet yaitu 52% - 66% SiO2.
• Batuan Beku basa yaitu 45% - 52% SiO2.
• Batuan Beku ultra basa yaitu < 45% SiO2.
1. Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat
dilihat dalan hand specimen sample:
• Masif yaitu Batuan Beku yang tidak menunjukan adanya lubang-lubang ataustruktur aliran.
• Vesikuler yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang yang disebabkanoleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma, arah lubang itu teratur.
• Scoria yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
• Amigdaloidal yaitu Batuan Beku yang lubang-lubangnya terisi oleh mineralsekunder.
2. Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar
dari batuan. Untuk Batuan Beku, pengamatan tekstur meliputi:
• Derajat Kristalisasi yang terbagi menjadi 3, yaitu:
 Holokristalin yaitu apabila batuan terdiri dari massa kristalseluruhnya.
 Holohyalin yaitu batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
 Hipokrislatin yaitu sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
• Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
 Fanerik yaitu apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
- Halus dengan diameter < 1 mm.
- Sedang dengan diameter 1 sampai 5 mm.
- Kasar dengan diameter 5 sampai 30 mm.
- Sangat kasar dengan diameter > 30 mm.
 Afanitik yaitu apabila kristal-kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan
pandangan mata biasa.

• Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:


 Euhedral yaitu apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral yaitu apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah tidak tampak lagi.
 Anhedral yaitu apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
• Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
 Equigranular yaitu bila secara relative ukuran kristal pembentuk batuan berukuran sama besar.
 Inequigranular yaitu bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
3. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal,
sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan
beku dapat dikelompokan menjadi dua:
• Mineral Felsik yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
• Mineral Mafik yaitu yang berwarna gelap terutama biotic, piroksen, amphiboldan olivine.
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan Beku yang
berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya
kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan Beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya Batuan
Beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan Beku yang
berwarna hitam kehijauan umumnya adalah Batuan Beku basa dengan mineral penyusun dominan
adalah mineral-mineral mafik.

2.2 Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan batuan, dengan proses dari
pelapukan batuan oleh suhu yang tinggi, pengikisan batuan oleh air dan angin,transportasi batuan dari
tempat yang tinggi ketempat yang rendah, deposisi yaitu ketika proses transportasi tidak bisa lagi
membawa batuan dimana ditransportasi oleh media air dan angina atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
dan proses lithifikasi dimana dibagi menjadi yaitu kompaksi (proses perubahan butiran yang lebih padat)
dan sedimentary (proses perekatan antar butir batuan).
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya batuan yang lain
(detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi sendiri merupakan proses-
proses yang meliputi kompaksi, sementasi,authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material
pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang
ada di permukaan bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan
lepas. Menurut Pettijohn (1975), Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi
material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa Batuan Sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti Batuan Sedimen tersebar sangat luas di
permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume Batuan Sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di
litosfer dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana Batuan Beku metabeku mengandung 95%.
Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar
75%, sedangkan singkapan dari Batuan Beku sebesar 25% saja. Batuan Sedimen dimulai dari lapisan
yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan Batuan Sedimen antara 0 sampai 13 kilometer,
hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat,
setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya
hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh Batuan Sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari
lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan
rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005).
Batuan Sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa
sentimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam Batuan Sedimen. Dibanding dengan Batuan
Beku, Batuan Sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan Sedimen hanya 5% dari
seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu lempung adalah
80%,batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi
cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan
air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.
Oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan Batuan Sedimen menjadi 5 golongan, yaitu:
• Golongan Detritus
Golongan ini berdasarkan besar butirannya, golongan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Golongan detritus halus, bisa dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif berukuran
halus, 0 (diameter) kurang dari mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
 Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif berukuran
kasar, 0 (diameter) lebih besar dari mm dan pada umumnya dihasilkan oleh sedimentasi mekanis.
• Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan cangkang
binatang karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis (batu gamping terumbu) dan
sedimentasi kimia (batu gamping kristalin, dolomit). Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil:
 Sedimentasi mekanis : Gamping Bioklastik
 Sedimentasi organis : Gamping Terumbu
 Sedimentasi kimiawi : Gamping Kristalin
• Golongan Evaporit
Golongan evaporit ini diberikan terhadap batuan garam, karena asal sebab terjadinya disebabkan oleh
proses evaporasi air laut. Golongan ini umumnya terdiri dari batuan monomineralik. Nama batuan sama
dengan nama mineralnya. Sebagai contoh adalah gipsum (Ca SO4 2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halite
(NaCl).
• Golongan Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki sifat monomineralik, serta pada umumnya
tersusun oleh mineral silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik. Contoh
batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.
• Golongan Batu Bara
Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat yang kaya akan unsur karbon, yang pada umunya
terdiri dari tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis. Contohnya adalah gambut, bituminous dan
antrasit.
1. Sifat-sifat utama yang dimiliki Batuan Sedimen yaitu:
• Perlapisan (bedding, stratifikasi) yang menandakan adanya proses sedimentasi.Hal ini berlaku
untuk segala macam batuan sedimen walaupun tidak selalu nyata dalam contoh”hand speciment”.
• Klastik atau fragmen yang menandakan butiran-butirannya pernah lepas, terutama pada
golongan karbonat.
• Sifat jejak atau bekas zat hidup, seperti cangkang atau rumah organisme (koral), terutama pada
golongan karbonat.
• Jika bersifat hablur maka akan bersifat monomineralitik. Contohnya Gipsum, kalsit, dolomit, halit
dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal Batuan Sedimen. Didalam pemerian Batuan Sedimen
secara megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
• Komposisi mineral
• Tekstur
• Struktur
2. Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi atas:
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan
asal.Batuan asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau Batuan Metamorf. Didalam
pemerian Batuan Sedimen klastik yang bertekstur kasar komposisi dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

• Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian
komposisi mineralnya dibedakan atas:
 Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa
butiran mineral, batuan dan fosil.
 Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
 Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal ada
tiga macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat (kalsedon, kuarsa), dan oksida besi (hematit,
limonit).
• Tekstur
 Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.
 Derajat Pemilahan (Sortasi)
Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk Batuan Sedimen. Dapat dibagi
menjadi 3, yaitu:
- Pemilahan baik (well sorted)
- Pemilahan sedang (moderately sorted)
- Pemilahan buruk (poorly sorted)
 Derajat Pembundaran (Roundness)
Merupakan nilai membulat atau meruncingnya fragmen pembentuk Batuan Sedimen. Dalam hal ini
diberikan 6 kategori, yaitu:
- Sangat Menyudut (Very angular)
- Menyudut (angular)
- Menyudut tanggung (sub-angular)
- Membulat tanggung (sub-rounded)
- Membulat (rounded)
- Membulat baik (well rounded)
• Struktur
 Struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari Batuan Sedimen klastik yang
menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan
 Permeabilitas adalah kemampuan batuan tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium berpori-
pori yang saling berhubungan.
 Porositas adalah perbandingan antara volume batuan yang tidak terisi oleh padatan terhadap
volume batuan secara keseluruhan.
B. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme
(sedimentasi organis) misalnya reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik
(sedimentasi kimia). Contohnya gipsum, dolomit dan sebagainya.
• Batuan Sedimen Organik
Batuan Sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organisme, terdapat sisa organisme yang biasanya tetap
tinggal ditempatnya. Contoh dari Batuan Sedimen macam ini adalah gamping koral, diaotema dan lain-
lain. Pada batuansedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas, walaupun
sering kali juga terdapat rekristalisasi.
• Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh proses penguapan, terutama didaerah aride,
contohnya adalah endapan gipsum, garam dan lain-lain. Batuan Sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri
dari satu macam susunan mineral saja, yang jelas walaupun bersifat hablur tetapi kilapnya adalah non-
metalic. Pemerian Batuan Sedimen kimiawi meliputi warna, komposisi mineral, kilap, ukuran butir dan
mineral. Teksturnya kristalin, amorf, gelas,fibrous dan sebagainya.

2.3 Batuan Metamorf


Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh suatu
proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari Batuan Sedimen, Batuan
Beku dan Batuan Metamorf itu sendiri. Prosesmetamorphose adalah proses dimana batuan asal
mengalami penambahan tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur
secara bersamaan. Prosesmetamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui
fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak berubah,
yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan asal atau batuan induk baik berupa Batuan Beku, Batuan Sedimen maupun Batuan Metamorf
dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur dan struktur sebagai akibat adanya perubahan
temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur 200oC sampai 350oC kurang dari T kurang
dari 650oC sampai 800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atmosfer kurang dari P kurang dari 10.000
atmosfer) disebut Batuan Metamorf. Proses metamorphose tersebut terjadi di dalam bumi pada
kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses
metamorphose itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
responterhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan Beku dan Batuan Sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan kondisi-
kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistem yang dinamis, sehingga pada
saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan
menunjukkan sebagai proses metamorphose.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat
menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah
batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam
batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi
ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum
untuk menggambarkan batas antara diagenesa dan metamorphose adalah menentukan batas terbawah
dari metamorphose sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di
dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan
dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorphose shale yang menyebabkan reaksi kaolinit
dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen
telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara
200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material
disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorphose adalah
laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau
dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan
lithostatikkira-kira 500 bar.
Batas atas metamorphose diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita
mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan
lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi
tersebut. Batas atas darimetamorphose dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut
migmatit.
1. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batuan Metamorf
• Metamorphosethermal atau kontak, yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur. Jenis ini biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau ekstrusi magma
dengan batuan disekitarnya.
• Metamorphose dinamo atau dislokasi (kataklastik), yaitu salah satu jenismetamorphose yang
diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh adalah hidrostatis (mencakup ke segala
arah) dan stress(tekanan secara searah). Semakin dalam ke arah kerak bumi, pengaruh tekanan
hidrostatis akan semakin besar. Pada permukaan bumi didapatkan pada daerah sesar atau patahan.
• Metamorphose regional, yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara
bersama-sama. Biasanya didapatkan pada geosinklin yang mengalami penurunan terus menerus (daerah
tumbukan atau subdunction zone).
2. Tekstur
 Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak
lagi).Dalam pembentukkan Batuan Beku mineral tumbuh pada suasana cair.Kristaloblastik terbagi
menjadi:

 Lepidoblastik
Tekstur Batuan Metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi
sejajar seperti mineral-mineral biotit,muscovite dan sebagainya.
 Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum (acicular,rod-like) yang memperlihatkan
orientasi sejajar, misalnya mineral amphibol, silimanit, piroksen dan lain-lain.
 Granoblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang berbentuk butiran-butiran dengan
sisi kristal yang bergigi (sutered). Contohnya Kuarsa, Garnet dan lain-lain.
 Porfiroblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam pada masa dasar relative
halus. Identik dengan porfiritik.
 Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
 Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-mineralnya adalahanhedral.
 Palimpsest (Tekstur Sisa)
• Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porforitik.
• Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang
opitik.
3. Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan antara butiran dengan butiran lainnya dalam
Batuan Metamorf. Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
• Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates atau daun) atau berdaun. Namun harus dibedakan dengan lapisan
sedimen. Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral secara pertumbuhan dalam arah
panjang dari mineral. Foliasi ini dapat berjenis-jenis:
 Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate), seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding
(perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral). Mineral-mineral sangat halus dan tidak dapat
dilihat secara megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-mika mikroskopis). Contohnya
Slate (batu sabak), batu lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies rendah.
 Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bedding tetapi tidak
sebaik batuan yang berteksturschistocity (foliasi diperlihatkan oleh kepingan-kepingan halus mika).
 Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata atau
tidak putus-putus (closed schistochity). Sering juga merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih
dengan mineral-mineral berbutir.

 Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral yang granular dan memperlihatkan belahan-
belahan yang tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang terputus-putus atau open
schistocity).
• Non-foliasi
Struktur non-foliasi ini dalam Batuan Metamorf dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu penjajaran
daripada mineral-mineral yang ada dalam Batuan Metamorf, yaitu:
 Hornfelsik atau hornfels
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butir-butirnya equidemensional tidak
menunjukkan pengarahan atau orientasi.
 Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral. Kelompok
mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah. Contohnya Breksi patahan, biasanya dijumpai
pada zona-zona sesar atau patahan.
 Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus, dan dapat dibelah-belah seperti
schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar suatu daerah. Hubungannya
dengan kataklastik, disini pergerakan sesarnya lebih kuat, sehingga fragmennya akan lebih halus karena
adanya penggerusan oleh sesar dan biasanya menunjukkan orientasi.
4. Komposisi
Pada hakekatnya komposisi mineral Batuan Metamorf dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

• Mineral Stress
Suatu mineral yang berbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan suhu (T), dimana mineral ini dapat
berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Contonya Mika, kyanit, klorit, staurolit, serpentin, epidot.
• Mineral Anti Stress
Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk
equidimensional. Contohnya kuarsa, kalsit, feldspar, kordierit dan granit.

2.4 Topografi
Kata topografi berasal dari kata Yunani yaitu topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan.
Topografi adalah bentuk dari permukaan bumi. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya
mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan.
Topografi untuk umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis
lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno,
sebagai detail dari suatu tempat. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara
umum menunjuk koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal
yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi
dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi, untuk
kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi.
Ada 2 istilah yang sering ditemukan yang berkaitan dengan topografi, yakni ukur topografi dan peta
topografi.
1. Ukur topografi adalah pemungutan dan pengumpulan data mengenai kedudukan dan bentuk
permukaan bumi. Kaidah yang digunakan di dalam ukur topografi antara lain ukur aras, tekimetri, meja
datar, fotogrametri dan penginderaan jauh.
2. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang terlihat dari atas, diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta
topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebafian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa
diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam
bentuk Garis-Garis Kontur. Peta topografi menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan
bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia. Peta jenis ini biasa dipergunakan untuk kegiatan-
kegiatan di alam bebas, termasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil, dan arkeologi.
Bentuk muka bumi di daratan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gunung, merupakan bentuk permukaan bumi menjulang tinggi yang berbentuk kerucut.
b. Pegunungan, terdiri dari rangkaian gunung-gunung.
c. Dataran tinggi atau plato merupakan bagian permukaan bumi yang tingginya lebih dari 700 meter
di atas permukaan air laut, dan lapisan tanahnya relatif datar atau horizontal.
d. Bukit adalah dataran yang tinggi, lebih tinggi dari sekelilingnya tetap lebih rendah dari gunung.
e. Dataran rendah adalah dataran yang tingginya hanya beberapa meter di atas permukaan air laut.
f. Lembah adalah bagian permukaan bumi yang rendah yang berada di kanan dan kiri kaki gunung.
g. Ngarai atau kanyon merupakan lembah yang curam dan dalam, di dasar lembah tersebut terdapat
sungai yang mengalir.
h. Cekungan (basin) adalah bentuk muka bumi yang mencekung seperti mangkok, umumnya
dikelilingi oleh gunung atau pegunungan.
i. Depresi kontinental adalah daratan yang lebih rendah daripaa permukaan laut.
j. Pematang adalah suatu bukit atau pegunungan yang puncaknya berderet-deret.
k. Lereng adalah suatu daerah permukaan tanah yang letaknya miring.
l. Daerah lipatan adalah permukaan bumi yang bergelombang dengan arah mendatar, terjadi karena
tenaga endogen.
m. Sleng (graben) adalah jalur batuan yang terletak di antara dua batuan yang tinggi dan masing-
masing batuan dipisahkan oleh bidang-bidang patahan.
n. Dome adalah daerah datar yang terangkat dan membentuk cembung.
Topografi merupakan faktor pasif dalam pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah
bentuk lahan suatu daerah (morfologi regional). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan,
model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang
dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi
(bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah
bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat),
arah lereng, panjang lereng dan bentuk lereng.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan
pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempercepat berbagai
proses erosi air, sehingga mempengaruhi kedalaman solum tanah, pengaruh iklim nibsi tidak begitu
nampak dalam perkembangan tanah.

Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :


a. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah.
b. Kedalaman air tanah.
c. Besarnya erosi yang terjadi.
d. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang
rendah.
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap
pembentukan tanah adalah :
a. Beda tinggi permukaan lahan (amplitude).
b. Bentuk permukaan lahan.
c. Derajat kelerengan.
d. Panjang lereng.
e. Arah lereng.
f. Bentuk punggung lereng.
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi
terhadap :
a. Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
b. Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
c. Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
d. Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
a. Tebal solum tanah
Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat
di puncak bukit atau lereng terjal. Hal ini karena di dataran tinggi (puncak bukit atau lereng terjal)
intensitas erosi lebih tinggi, sedangkan daerah yang datar (daerah lembah dan dataran) lapisan
tanahnya tebal karena mengalami sedimentasi dan minim tingkat erosi.
b. Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase yang kurang baik dan sebaliknya untuk
daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik. Daerah yang drainasenya kurang baik yang dicirikan
dengan sering terdapat genangan air menyebabkan tanah menjadi asam.
c. Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri
oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi.
d. Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat
erodibilat tanah.

Secara keseluruhan bagian topografi yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah lereng, yang telah
diuraikan secara rinci di atas bagian dari lereng yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Lereng
erat kaitannya dengan erosi air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng bagian bawah.
Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang berbentuk konvek menyebabkan terbentuknya tanah
dangkal dan berbatu. Bahan hasil erosi yang kemudian diendapkan di lereng bagian bawah membentuk
koluvium atau alluvium dan menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di lereng bagian bawah.
Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak
dari lereng atas ke lereng bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah tanah.
Variasi jenis tanah di berbagai topografi diantaranya adalah:
a. Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar
membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat.
b. Di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah dan grumusol bewarna kuning coklat.
c. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk
tanah jenis tanah grumusol kelabu.
d. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air
menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub
humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik
maupun kimianya.
e. Di lereng cekung seringkali membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan
bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
f. Di dataran atau cekungan dimana air hujan tidak mudah meresap ke dalam tanah atau mengalir ke
luar, maka air akan menggenang dan terbentuklah tanah yang berwarna kelabu banyak mengandung
karatan.

Anda mungkin juga menyukai