Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi
sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu
adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.
Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern.
Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum
kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang
berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern
serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan menyebabkan
komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat
menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi tidak ditangani dengan tepat
maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal
kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup
yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan
menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat
bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan

1
dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat
disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan,
ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan,
(2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakanyang
tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,mempertahankan atau
mengusahakan suasana rumah yang sehat,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada di masyarakat. Tugaskeluarga tersebut harus selalu dijalankan. Apabila salah satu atau
beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah
kesehatan dalam keluarga.

1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah dari makalah
ini :
1. Apa definisi dari Hipertensi ?
2. Apa etiologi dari Hipertensi ?
3. Apa saja klasifikasi dari Hipertensi ?
4. Apa saja faktor resiko dari Hipertensi ?
5. Apa saja manifestasi klinis pasien yang mengalami Hipertensi ?
6. Bagaimana patofisiologi dari Hipertensi ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Hipertensi ?
8. Apa saja komplikasi pada Hipertensi ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada Hipertensi ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga pada pasien yang mengalami Hipertensi ?

2
1.3    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 
1. Mengetahui tentang definisi dari Hipertensi
2. Mengetahui etiologi dari Hipertensi
3. Mengetahui klasifikasi dari Hipertensi
4. Mengetahui faktor resiko dari Hipertensi
5. Mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami Hipertensi
6. Mengetahui patofisiologi dari Hipertensi
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Hipertensi
8. Mengetahui komplikasi pada pasien Hipertensi
9. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien Hipertensi
10. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada pasien Hipertensi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi Hipertensi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan
tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana darah
normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung
berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).

2.2    Etiologi Hipertensi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada
akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi
mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi
pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa
faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang
kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.

4
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi
organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya &
Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi
oral dan kartikosteroid.

2.3    Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi
(Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzer, et al, 2012
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut
Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa.
Kategori TD Sistolik(mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg


Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber : Triyanto, 2014

2.4    Faktor-faktor Resiko Hipertensi

5
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh penderita
hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut :
a) Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan
riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan
yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang
tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan
tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-
kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai
74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam jelas, akan
tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas
yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress
lingkungan.
b) Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1. Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus
karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar.

2. Stress

6
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi
orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress.
3. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak
disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan
hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4. Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu.
Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang
mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam
rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.

2.4    Manifestasi Klinis Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema
pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun – tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel
saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat. Apabila jantung tidak
mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri
(Brunner & Suddart, 2015).

7
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.6    Patofisiologi Hipertensi


Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga
yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem
yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah
melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk
dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak
yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,
karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi
penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur
tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
(Hull, 1996; dalam Bustan 2007).

Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi


dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang
mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk

8
plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan
darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan
diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


 Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
 Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
 Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
 Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
 Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
 Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
 Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
 VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
 Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
 Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
 IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
 Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
 CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.

9
 EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguankonduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi. (Anonim, 2013)

2.8 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013),
sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner.
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung
tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut
gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati
resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

2.9 Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbilitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
10
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &
Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis
terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas juga
dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah
diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi
garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus
dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para
peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari
pada mereka yang tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan
sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-kangan, kentang dan diet
rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan
tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa
mencapai asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak
berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

11
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan
hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang
dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam
tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua
jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga
daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas
saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan
seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)

12
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan
efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

2.9 Asuhan Keperawatan (ASKEP) Keluarga Pada Pasien Hipertensi


Ny. K berusia 56 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) mempunyai suami
dan satu orang anak laki-laki, pendidikan terakhir Ny. K yaitu Sekolah Dasar (SD). Ny. K
tinggal di area pemukiman desa airway dengan kondisi tempat yang baik. Ny. K sering
mengeluh nyeri pada bagian kepala, leher, dan sering merasa pusing saat berdiri dan berjalan,
mata berkunang-kunang, mual, cepat lelah, sulit bernapas dan nyeri pada bagian dada, setelah
diperiksa oleh petugas kesehatan tekanan darah Ny. K 160/100 mmHg dengan sekala nyeri 6.
A. Pengkajian
I. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. H
2. Umur (KK) : 68 Tahun
3. Pekerjaan kepala keluarga (KK) : Pensiun Timah
4. Pendidikan kepala keluarga (KK) : SMA
5. Alamat dan nomor telepon : Desa airway (082177164645)
b. Komposisi anggota keluarga
Nama Umur Sex Hub dengan KK Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Ny. G 40 tahun P Istri SD IRT -
An. T 10 tahun P Anak SD - -
An. K 5 tahun L Anak TK - -

c. Genogram

13
Ket:

: Laki-Laki

: Perempuan

: Meninggal Dunia

: Kawin

d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny.k adalah keluarga inti yaitu dalam suatu keluarga terdiri dari
ayah, ibu dan anak.

e. Suku Bangsa
Keluarga Ny.k berasal dari suku jawa. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga
lebih cenderung mengikuti kebiasan adat Bangka,adat kebiasan yang merugikan
kesehatan tidak ada. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa melayu.

f. Status sosial ekonomi


Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari kepala keluarga kurang lebih
1.000.000/ bulan.Kebutuhan yang diperlukan keluarga yaitu:
a) Makan Rp. 500.000
b) Bayar Listrik Rp. 150.000
c) Lain-lain Rp. 350.000

Barang yang dimiliki 1 buah TV 21 inch, 1 Kipas angin,1 buah kulkas, 1 meja
makan, dan 1 mesin cuci. Pada ruang tamu terdapat satu set kursi dan lemari pada
ruang tengah dan ruang dapur terdapat 1 kompor gas.

g. Agama
Seluruh anggota Keluarga Ny.k menganut agama Islam dan taat menjalankan
sholat lima waktu.Ny. K sering mengikuti pengajian yang ada di lingkungannya
serta berdoa agar Ny.K dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya.

14
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton tv
bersama dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah Ny.K dan keluarganya pergi
berkebun.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Ny.K sedang berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak tahap kerja.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga mengatakan sudah melaksanakan tugas-tugas perkembangan
keluarga pada anak tahap kerja dimana keluarga sudah mengajarkan sosialisasi
dengan lingkungan disekitar rumah serta keluarga sudah memenuhi tahap
perkembangan dalam keluarga dengan baik.
c) Riwayat keluarga inti
 Tn.H
Tn.H mengatakan tidak ada penyakit yang diderita saat ini, terkadang hanya
sakit ringan seperti flu dan batuk.
 Ny.K
Ny.K mengatakan nyeri dibagian kepala, leher dan sering merasa pusing saat
berdiri dan berjalan. Mata berkunang-kunang, mual , cepat lelah, sulit
bernapas dan nyeri pada bagian dada.
 An.K
An.K mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Asma, DM, pada kedua orang
tua Tn. H dan Ny. K serta tidak ada penyakit menular seperti HIV dan TBC.

III. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali keluarga Ny.K adalah rumah milik sendiri dengan luas
9m x 15m, lantai keramik dan keadaan rumah tampak rapih. Didalam rumah terdapat

15
1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga dan 1 ruang dapur. Pencahayaan dan
ventilasi rumah baik, jendela tidak berdebu,jendela kamar dibuka dari pagi hingga
siang hari. Kamar mandi dan jamban dalam keadaan bersih, sumber air keluarga
berasal dari sumur yang tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna, sumber
penerangan menggunakan lampu listrik.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal


Keluarga tinggal di lingkungan yang berada di desa dengan jumlah
penduduknya banyak. Masih banyak pepohonan di depan rumah, umumnya tetangga
adalah suku melayu, tidak ada kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan
dengan tetangga baik, keluarga juga ikut aktif dalam kegiatan pengajian, kegiatan
lingkungan, dan anaknya juga bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar rumah.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal dilingkungan komunitas dan Ny.K paling sering
keluar rumah saat pagi hari jam 07.00 untuk mengantar suami pergi berkebun dan
pulang jam 17.00 sore,Ny. K lebih banyak menghabiskan waktu dirumah kecuali
jika ada pengajian dan keperluan lainnya Ny. K keluar rumah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga aktif berinteraksi dengan masyarakat disekitar.Ny.K serta Keluarga
juga aktif berkumpul dengan keluarga besar sekali setahun ketika lebaran Idul Fitri.
e. Sistem pendukung keluarga
Keharmonisan keluarga menjadi pendukung utama keluarga, dukungan dari
keluarga besar jika ada masalah, terutama sumber keuangan, dimana keluarga sering
diberi subsidi oleh anak Tn.H dan Ny.K.

IV. Struktur keluarga


a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi. Ny.K
berbicara lembut dengan suami maupun anak dan begitupun sebaliknya.

16
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Ny.K, Tn.H yang berperan dalam mengambil keputusan.
Setiap keputusan yang diambil oleh Tn. H sebagai kepala keluarga selalu
dimusyawarakan dengan Ny. K dan anggota keluarga yang lain.
c. Struktur peran (formal & informal)
Masing-masing anggota keluarga melaksanakan perannya masing-masing
Tn. H mencari nafkah dan juga membantu mendidik anak.Ny. K mendidik anak,
memelihara rumah dan membantu suami dalam hal mencari nafkah.
d. Nilai dan norma
Nilai yang dianut dalam keluarga adalah keterbukaan dan harus
melaksanakan ibadah sesuai dengan waktunya. Ketika ada anggota yang sakit
keluarga langsung pergi kerumah sakit untuk berobat.

V. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik, kebutuhan
anak lebih diutamakan, keluarga saling mendukung satu sama lain dan saling
menghargai pendapat diantara mereka.
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga mengajarkan anaknya mengenal dunia luar secara baik dan
keluarga mengajarkan cara berinteraksi dengan orang lain serta keluarga juga
aktif berinteraksi dengan tetangga.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Ny.K saat ini sedang sakit, yaitu nyeri dibagian kepala,leher dan seriang
merasa pusing saat berdiri dan berjalan, mata berkunang-kunang, mual, dan cepat
lelah skala nyeri 6. Ny.k mengatakan sulit tidur dan kurang beristirahat.

a. Kemampuian mengenal masalah kesehatan


Ny. K mengatakan sering sulit tidur dan kurang beristirahat dikarenakan
aktivitas yang terlalu banyak.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat

17
Ketika ada anggota keluarga yang sakit terutama Ny.K dibawa kerumah
sakit untuk berobat, tetapi dalam waktu beberapa hari setelah Ny. K merasakan
sakit pada bagian kepala.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Dalam merawat anggota keluarga yang sakit Ny.K selalu merawat
anggota keluarga dengan baik hingga sembuh.
d. Kemampuan kelurga memodifikasi lingkungan yang sehat
Keluarga sering membersihkan rumahnya, jendela dibersihkan dan
dibuka pada waktu pagi hari hingga siang. Tidak ada pakaian yang digantungb
didinding rumah.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Keluarga sering menggunakan fasilitas kesehatan seperti pergi ke
puskesmas ataupun puskesmas pembantu , walaupun jarak antara puskesmas
dan rumah jauh.

VI. Stres dan koping keluarga


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Ny.K mengatakan sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
b. Stresor jangka panjang
Ny.K merasa khawatir bila sakitnya sering kambuh dan takut dapat
membahayakan kesehatannya.
2. Respon keluarga terhadap stressor dan mekanisme koping
a. Respon keluarga terhadap stressor
Keluarga hanya berpasrah pada Tuhan bila ada anggota keluarga yang
sakit.
b. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah bila ada masalah.

3. Strategi adaptasi disfungsional


Tidak ada strategi adaptasi disfungsional seperti marah, setiap ada
masalah dicari pemecahannya dan didiskusikan bersama keluarga.

18
VII. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Data Tn. H Ny. K An. T
TTV TD :120/80mmHg, P : TD :160/100mmHg, P : TD :120/80mmHg, P :
85 x/m, S: 37,5 C, 80 x/m, S: 37 C, RR : 95 x/m, S: 37 C, RR :
RR : 18 x/m 20 x/m 26 x/m
Kepala Kulit kepala bersih dan Kulit kepala bersih dan Kulit kepala bersih
rambut tidak berketombe rambut tidak dan rambut tidak
berketombe berketombe
Leher Tidak ada kaku kuduk, Tidak ada kaku kuduk, Tidak ada kaku kuduk,
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
tidak ada, pembesaran tidak ada, pembesaran tidak ada, pembesaran
vena jugularistidak vena jugularistidak vena jugularistidak
ditemukan ditemukan ditemukan
Aksila Suhu badan: 37,5 C Suhu badan: 37C Suhu badan: 37C
Dada Simetris kiri dan kanan, Simetris kiri dan kanan, Simetris kiri dan
suara nafas vesikuler suara nafas vesikuler kanan, suara nafas
vesikuler
Abdom Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada Tidak ada
en pembengkakan, hepar, pembengkakan, hepar, pembengkakan, hepar,
ginjal tidak teraba, ginjal tidak teraba, ginjal tidak teraba,
bising usus (+) bising usus (+) bising usus (+)
Ekster Kuku bersih dan pendek, Kuku bersih dan Kuku bersih dan
mitas pergerakantampak pendek, pendek,
atas lemah, kekuatan otot 4 pergerakantampak pergerakantampak
lemah, kekuatan otot 5 lemah, kekuatan otot 5
Ekster Kuku bersih dan pendek, Kuku bersih dan Kuku bersih dan
mitas pergerakantampak pendek, pendek,
bawah lemah, kekuatan otot 4 pergerakantampak pergerakantampak
lemah, kekuatan otot 5 lemah, kekuatan otot 5
VII. Harapan keluarga
Harapan keluarga kiranya Ny.K cepat sembuh, dan bila berobat di Rumah
sakit selalu dilayani dengan baik.

ANALISIS DATA
No Data Diagnosa keperawatan
.
1. Data subjektif : pasien mengatakan susah

19
tidur dan kurang beristirahat
Data objektif :
 Pasien tampak lelah Gangguan pola tidur (000198)
 Wajah terlihat pucat
 TD : 110/80 mmHg
T : 37,5 C
RR : 18 x/m
P : 85 x/m
2. Data subjektif : Pasien mengatakan nyeri
pada kepala
Data objektif :
 Pasien tampak meringis kesakitan
 Pasien tampak menahan nyeri Nyeri akut (00132)
 TD : 160/100 mmHg
T : 37,5 C
RR : 18 x/m
P : 85 x/m
Skala nyeri : 6

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut pada keluarga Tn. H khususnya terjadi pada Ny. K berhubungan dengan
ketidak mampuan merwat anggota keluarga dengan kasus hipertensi (skala 6).
2. Gangguan pola tidur pada keluarga Tn.H khususnya terjadi pada Ny.K berhubungan
dengan ketidak mampuan anggota keluarga mengenal masalah dengan kasus hipertensi.

SKORING PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut pada keluarga Tn. H khususnya terjadi pada Ny. K berhubungan dengan ketidak
mampuan merwat anggota keluarga dengan kasus hipertensi (skala 6).
Skoring Prioritas Masalah Diagnosa 1
No Kriteria Skor
.
1. Sifat masalah : Aktual 3/3 X 1 = 1

2. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : 2/2 X 2 = 2

20
Mudah
3. Potensial masalah untuk dicegah :Cukup 2/2 X 1 = 1

4. Menonjolnya masalah : Segera diatasi 2/2 X 1 = 1

Total 5

2. Gangguan pola tidur pada keluarga Tn.H khususnya terjadi pada Ny.K berhubungan
dengan ketidak mampuan anggota keluarga mengenal masalah dengan kasus hipertensi.
Skoring Prioritas Masalah Diagnosa 2
No Kriteria Skor
.
1. Sifat masalah : Aktual 3/3 X 1 = 1

2. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan 2/2 X 2 = 2


:Mudah
3. Potensial masalah untuk dicegah :Cukup 2/2 X 1 = 1

4. Menonjolnya masalah : Ada, tetapi tidak 2/2 X 1 = 1


harus segera diatasi
Total 5

C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC (SMART) NIC (ONEK)
. keperawatan

21
1. Nyeri akut pada Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
keluarga Tn. H kunjungan  Lakukan pengkajian nyeri komperehensif
khususnya sebanyak 3x60 yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
terjadi pada Ny. menit keluarga kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
K berhubungan mampu mengatasi faktor pencetus
dengan ketidak nyeri pada pasien  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
mampuan dengan kriteria lainnya mengenai efektifitas
merwat anggota hasil : tindakan pengontrolan nyeri yang pernah
keluarga dengan a. Tingkat nyeri digunakan sebelumnya
kasus hipertensi (2102)  Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
(skala 6).  Nyeri yang menangani nyerinya dengan tepat
dilaporkan  Ajarkan metode farmakologi untuk
dengan menurunkan nyeri
skala 4/5  Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
(210201) tim kesehatan lain untuk memilih dan
 Ekspresi mengimplementasikan tindakan penurun
nyeri wajah nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan
dengan
skala 4/5
(210206)
 Mengerinyit
dengan
skala 4/5
(210224)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan Manajemen energy (0180)


tidur pada kunjungan  Monitor atau catat waktu dan lama istirahat
keluarga Tn.H sebanyak atau tidur pasien
khususnya 3x45menit  Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas
terjadi pada keluarga mampu yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
Ny.K mengenal  Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas
berhubungan masalah atau kegiatan rumah yang bisa dilakukan
dengan ketidak kesehatan tentang oleh keluarga dan teman dirumah untuk
mampuan hipertensi dengan mencegah atau mengatasi kelelahan

22
anggota kriteria hasil :  Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
keluarga a. Tingkat kegiatan dan teknik manajemen waktu
mengenal kelelahan untuk mencegah kelelahan
masalah dengan (0007)  Anjurkan tidur siang bila diperlukan
kasus hipertensi  Kelelahan
dengan
skala 4/5
(000701)
 sakit kepala
dengan
skala 4/5
(000708)
 kualitas
istirahat
dengan
skala 4/5
(000719)
 kualitas
tidur
dengan
skala 4/5
(000720)

D. Implementasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan
Nyeri akut pada Memberikan penjelasan pada S : keluarga
keluarga Tn. H keluarga Ny.K tentang nyeri mengatakan

23
khususnya terjadi akut dan mengajarkan metode mengerti dan
pada Ny. K farmakologi unuk mengetahui tentang
berhubungan menurunkan nyeri serta nyeri yang dialami
dengan ketidak berkolaborsi dengan pasien, oleh pasien
mampuan merwat keluarga dan tim kesehatan O : keluarga
anggota keluarga lain untuk memilih dan tampak merawat
dengan kasus mengimplemetasikan pasien dengan
hipertensi (skala 6). tindakan penurunan nyeri non baik(skala nyeri 3)
farmakologi sesuia kebutuhan A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Gangguan pola Memberikan penjelasan S : Keluarga
tidur pada keluarga kepada Ny.K tentang mengatakan sudah
Tn.H khususnya pentingnya menjaga pola mengerti apa saja
terjadi pada Ny.K tidur yang baik, memonitor manfaat jika
berhubungan lamanya waktu istirahat, menjaga pola tidur
dengan ketidak menentukan jenis aktivitas dengan baik serta
mampuan anggota untuk ketahana, membantu beristirahat yang
keluarga mengenal mengidentifikasi kegitan cukup
masalah dengan rumah, mengajarkan cara O : Keluarga
kasus hipertensi. mengelolah waktu untuk tampak memahami
mencegah kelelahan serta tentang baiknya
menganjurkan untuk tidur menjaga pola tidur
siang. dn istirahat yang
cukup
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Nyeri akut pada Memberikan penjelasan pada S : Keluarga
keluarga Tn. H keluarga Ny.K tentang nyeri mengatakan
khususnya terjadi akut dan mengajarkan metode mengerti dan
pada Ny. K farmakologi unuk mengetahui tentang

24
berhubungan menurunkan nyeri serta nyeri yang dialami
dengan ketidak berkolaborsi dengan pasien, olh pasien
mampuan merwat keluarga dan tim kesehatan O : Keluarga
anggota keluarga lain untuk memilih dan tampak merawat
dengan kasus mengimplemetasikan pasien dengan baik
hipertensi (skala 6). tindakan penurunan nyeri non (skala nyeri 0)
farmakologi sesuia kebutuhan A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013).
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi
(Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

3.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya.

Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan :

a. Klien dan Keluarga

Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan tempat–tempat


pelayanan kesehatan yang ada disekitar serta melaksanakan dan membantu asuhan
keperawatan yang diberikan semaksimal mungkin.

26
b. Puskesmas

Bagi instansi puskesmas tempat penulis melakukan studi kasus, agar pelayanan
terhadap perawatan klien lebih ditingkatkan. Meskipun dengan sarana dan fasilitas yang
terbatas diharapkan perawatan terhadap klien tidak meninggalkan fungsi teoritis
semaksimal mungkin agar didapat pelayanan yang profesional dan klien mendapat asuhan
keperawatanyang sesuai standar.

c. Intitusi Pendidikan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang benar –benar ilmiah dalam pengkajian maupun
pendokumentasian agar lebihditingkatkan.Penyediaan lahan praktek yang memadai
memudahkan penulis untuk mendapatkan data secara akurat serta pemahaman persepsi
dari berbagai pihak perlu dikaji kembali, sehingga ketika penulis melaporkan hasil
pengkajian tidak terjadi ketimpangan.

d. Penulis Selanjutnya

Untuk kedepannya diharapkan penulis lebih intensive dalam memberikan asuhan


keperawatan keluarga. Beberapa intervensi penulis tidak sepenuhnya dilakukan karena ada
faktor kendala yaitu meliputi masalah waktu, lingkungan dan keluarga. Maka dari itu
untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi lebih maksimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung: IKAPI
Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik. Yogyakarta:
Nuha Medika
Yonata, A. , Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

28

Anda mungkin juga menyukai