1. Wenny Hartati (182601035) 2. Nimi Haryanti (1826010005) 3. Wahyu Anugera Khasanah (1826010008) 4. Titania Aulia Putri (1826010022) 5. Yeti Septaria (1826010015) 6. Nurni Hamidah (1826010028) Dosen Pengampu : Ns. Devi Listiana,S.Kep.,M.Kep A. Definisi Bencana Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 pasal 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (Paramesti, 2011). B. Klasifikasi Bencana Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu : 1. Bencana Alam 2. Bencana Non Alam 3. Bencana Sosial 4. Kegagalan Teknologi C. Proses Terjadinya Banjir Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap darurat, dan pasca bencana. D. Definisi Penyandang Cacat/Disabilitas Penyandang cacat merupakan bagian masyarakat indonesia yang memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan serta peran yang sama dalam segala aspek kehidupan maupun penghidupan seperti halnya WNI lain. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penyandang cacat/disabilitas diakui sebagai bagian integral bangsa Indonesia, yang tidak terpisahkan dari anggota masyarakat lainnya. Penyandang cacat/disabilitas mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama sebagai warga negara Indonesia. Penyandang cacat/disabilitas merupakan aset negara bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagaimana manusia lainnya. Potensi yang dimiliki penyandang cacat/disabilitas dapat dikembangkan sesuai dengan talenta yang dibawa sejak lahir. Namun karena kecacatan yang disandangnya penyandang cacat/disabilitas mengalami hambatan fisik, mental dan sosial, untuk mengembangkan dirinya secara maksimal. Next..... Menurut WHO (1980), pengertian penyandang cacat dibagi menjadi 3 hal yaitu : 1. Impairment 2. Disability 3. Handycap E. Klasifikasi Penyandang Cacat/Diabilitas
Pasal 1 ayat (1) UU No 4 Tahun 1997 mengatur bahwa
penyandang cacat adalah orang yang berkelainan fisik dan/atau mental. Secara khusus pasal ini menegaskan bahwa kelainan tersebut dapat diklasifikasi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Cacat Fisik 2. Cacat Mental 3. Cacat Fisik dan Mental F. Penyandang Cacat Dalam Bencana Seperti halnya manusia pada umumnya, ketika terjadi suatu bencana akan timbul beberapa kejadian atau situasi baik psikologis maupun mental yang dialami oleh korban, termasuk juga penyandang cacat seperti kepanikan yang luar biasa. Hal ini terjadi karena kurangnya kesiapsiagaan dan pemahaman tentang bencana dan dampak yang mungkin timbul. Karena keterbatasan yang dimilikinya, penyandang cacat dan kelompok rentan lainnya seperti ibu hamil, lansia, anak-anak, orang sakit, dll perlu mendapat prioritas penanganan pada saat terjadi bencana, setelah dan sebelum bencana terjadi Hal yang penting utnuk dilakukan dalam penanganan penyandang cacat adalah cara atau pendekatan yang dilakukan ketika berinteraksi. Hal ini penting, mengingat penyandang cacat mempunyai persepsi yang berbeda akan keterbatasan dirinya dan persepsi masyarakat sendiri tentang penyandang cacat yang menganggap sebagai beban, inferior, dan lain-lain. G. Derajat Kecacatan Dalam Pasal 13 UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dikatakan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. Berdasarkan derajat kecacatannya dibedakan : 1. Cacat Tubuh Ringan Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-harinya tidak memerlukan pertolongan orang lain. Termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi tanganatau kaki salah satu, cerebral palcy ringan, layuh salah satu kaki, tangan/kaki bengkok dan sebagainya. 2. Cacat Tubuh Sedang Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh,dimana kebutuhan aktivitas hidup sehari-harinya Harus dilatih terlebih dahulu, sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk Golongan ini adalah cerebral palcy sedang, amputee dua tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan seterusnya. Next... 3. Cacat Tubuh Berat Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-harinya selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain amputee dua kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, cerebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia beratdan sebagainya. (Departemen Sosial, 2008).
Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik mengatur bahwa derajat kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang dapat dikelompokan, antara lain : • Derajat Cacat 1 • Derajat Cacat 2 • Derajat Cacat 3 • Derajat Cacat 4 • Derajat Cacat 5 • Derajat Cacat 6 H. Hak-Hak Penyandang Cacat/Disabilitas Hak adalah segala sesuatu yang harus diberikan pada sesorang.Hak boleh digunakan atau tidak digunakan.Hak asasi adalah manusia diatur dalam UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hak-hak penyandang cacat/disabilitas dalam Deklarasi diatur dalam Pasal 3 sampai 13. Hak-hak tersebut meliputi : hak yang melekat untuk menghormati martabat manusia 1. Hak sipil dan politik 2. Hak atas kemandirian 3. Hak atas pelayanan jasa 4. Hak atas jaminan ekonomi 5. Hak atas pertimbangankebutuhannya yang khusus 6. Hak untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial, kreatif, atau rekreasi 7. Hak atas perlindungan terhadap perlakuan eksploitatif atau merendahkan martabat 8. Hak atas bantuan hukum 9. Hak atas konsultasi 10. Hak atas informasi hak-haknya dalam Deklarasi Next... Hak penyandang cacat/disabilitas yang diatur dalam Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas yang telah disahkan dengan UU No 11 Tahun 2009 meliputi : hak atas aksesibilitas 1. hak untuk hidup 2. hak memperoleh jaminan perlindungan dan keselamatan penyandang disabilitas dalam situasi berisiko, termasuk situasi konflik bersenjata, darurat kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam 3. hak atas kesetaraan pengakuan di hadapan hokum 4. hak atas akses terhadap keadilan 5. hak atas kebebasan dan keamanan 6. hak atas kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia 7. hak atas kebebasan dari eksploitasi, kekerasan, dan pelecehan 8. hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya Next... 9. hak untuk memperoleh dan mengubah kewarganegaraan 10. hak untuk hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat 11. hak atas mobilitas pribadi 12. hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat serta akses terhadap informasi 13. hak memperoleh penghormatan terhadap keleluasaan pribadi 14. hak memperoleh penghormatan terhadap rumah dan keluarga 15. hak atas pendidikan, kesehatan, habilitasi dan rehabilitasi hak atas pekerjaan dan lapanga kerja 16. hak untuk mendapatkan standar kehidupan dan perlindungan sosial yang layak bagi mereka sendiri dan keluarganya 17. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik 18. hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya, rekreasi, hiburan dan olah raga 19. hak untuk memperoleh jaminan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas perempuan dan anak-anak G. Penatalaksanaan 1. Mendengarkan Dengan Penuh Perhatian Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non- verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non- verbal yang sedang dikomunikasikan. 2. Menunjukkan Penerimaan Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. H. Pencegahan Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Pencegahan Primer 2. Pencegahan Sekunder 3. Pencegahan Tersier