Rinitis Vasomotor
Oleh :
Pembimbing :
dr. Rusina Hayati, Sp. THT-KL
A. Definisi ................................................................................... 3
B. Etiologi .................................................................................... 4
C. Patogenesis .............................................................................. 5
E. Diagnosis ................................................................................ 7
G. Tatalaksana ............................................................................. 13
H. Komplikasi .............................................................................. 16
I. Prognosis ................................................................................ 16
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rinitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya alergi dan non-alergi.
Rinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi
Manifestasi klinis rinitis alergi dengan rinitis non-alergi sering sulit untuk
aeroalergen penting dalam menegakkan diagnosa antara rinitis alergi dengan rinitis
non-alergi.2
Rinitis vasomotor merupakan salah satu rinitis non-alergi dan non- infeksi.
Pada rinitis vasomotor terdapat gangguan fisiologi lapisan mukosa hidung yang
hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi
kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik terjadi pada rinitis
vasomotor.2
Rinitis alergi sering ditemukan pada pasien dengan usia < 20 tahun,
sedangkan pada rinitis vasomotor lebih banyak dijumpai pada usia > 20 tahun dan
1
Universitas Lambung Mangkurat
2
juta penduduk Amerika Serikat menderita rinitis alergi, 19 juta menderita rinitis
sehingga sulit untuk dibedakan. Pada umumnya pasien mengeluhkan gejala hidung
tersumbat, ingus yang banyak dan encer serta bersin-bersin walaupun jarang.
Adanya kemiripan gejala antara rinitis vasomotor dan rinitis alergi menyebabkan
dokter umum sebagai primary care sering tidak tepat dalam menegakkan diagnosa.
Pada rinitis vasomotor tidak ditemukan adanya skin test yang (+) dan tes alergen
yang (+). Sedangkan yang alergi murni mempunyai skin test yang (+) dan alergen
yang jelas.2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Rinitis vasomotor merupakan suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
dan obat topikal hidung dekongestan). Rinitis vasomotor merupakan rinitis non-
alergi jika tidak terdapat alergi spesifik yang dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan alergi yang sesuai seperti skin test, kadar antibodi Ig E spesifik serum.
Pasien rinitis yang sudah dievaluasi di Amerika, 43% (58 juta orang)
mempunyai penyakit alergi, 23% (19 juta orang) mempunyai penyakit yang non-
alergi, dan 34% (26 orang) mempunyai rinitis campuran. Tujuh puluh persen dari
pasien rinitis alergi pada pasien anak-anak, sedangkan pasien rinitis non-alergi 70%
kebanyakan pasien dewasa. Kurang lebih dua pertiga non-alergi pasien mempunyai
dengan laki-laki.2,7
B. Etiologi
3
Universitas Lambung Mangkurat
4
peningkatan tahapan rongga hidung yang bergantian setiap 2-4 jam. Keadaan
ini disebut sebagai ‘siklus nasi’. Serabut saraf parasimpatis berasal nukleus
b. Neuropeptida
reaktifitas hidung.6
c. Nitrit Oksida
Kadar nitrit oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung
d. Trauma
topikal.
2) Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara
C. Patogenesis
Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi
dari kelenjar. Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf
kerja parasimpatis yang disertai penurunan kerja saraf simpatis. Baik sistem
kapiler yang akhirnya akan menyebabkan transudasi cairan, edema dan kongesti. 6,8
Teori lain mengatakan bahwa terjadi peningkatan peptida vasoaktif dari sel-
sel seperti sel mast. Termasuk diantara peptida ini adalah histamin, leukotrin,
juga meningkatkan efek asetilkolin dari sistem saraf parasimpatis terhadap sekresi
Adanya reseptor zat iritan yang berlebihan juga berperan pada rinitis
vasomotor. Banyak kasus yang dihubungkan dengan zat-zat atau kondisi yang
parfum, asap rokok, polusi udara dan stres (emosi atau fisik). 6,7
D. Gejala Klinis
Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergi, namun gejala
yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kanan dan kiri, tergantung pada
posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang mukoid atau serosa. Keluhan ini jarang
Gejala dapat memburuk dipagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya
perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan
golongan, yaitu 1) golongan bersin (sneezers), gejala biasanya member respon baik
rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu
E. Diagnosis
rinitis infeksi, alergi, okupasi, hormonal, dan akibat obat. Anamnesis dilakukan
a. Anamnesis
sebagai respon terhadap paparan zat iritan tertentu tetapi tidak mempunyai
b. Pemeriksaan fisik
I. Rinoskopi anterior
merah tua, tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan
c. Pemeriksaan penunjang
rinitis alergi. Test kulit ( skin test ) biasanya negatif, demikian pula test RAST, serta
kadar IgE total dalam batas normal. Kadang-kadang ditemukan juga eosinofil pada
sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah yang sedikit. Infeksi sering menyertai yang
ditandai dengan adanya sel neutrofil dalam sekret. Pemeriksaan radiologi sinus
memperlihatkan mukosa yang edema dan mungkin tampak gambaran cairan dalam
F. Diagnosis Banding
a. Rinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama
gejala gatal.
pucat atau livid disertai adanya sekret terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik
tersebut. Rinitis alergi menurut ARIA 2019 adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rinore encer, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
b. Rinitis virus
Rinitis virus (rinitis simplek) merupakan penyakit virus yang paling sering
ditemukan pada manusia. Sering disebut juga sebagai selesma, flu atau common
cold. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah
rhinovirus, yang lainnya adalah Myxovirus, Coxsackie dan virus ECHO. Penyakit
ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan,
atau menurunnya daya tahan tubuh. Pada stadium prodormal yang berlangsung
beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, kemudian
akan timbul bersin berulang- ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang
biasanya disertai demam dan nyeri kepala. Mukosa hidung tampak merah dan
c. Rinitis hipertrofi
disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Konka inferior dapat juga
mengalami hipertrofi tanpa terjadi infeksi bakteri, seperti pada keadaan lanjutan
G. Tatalaksana
(semprot hidung)
Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
cautery).
turbinate )
hasil. Operasi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan keluhan rinore yang
hebat. Terapi ini sulit dilakukan, dengan angka kekambuhan yang cukup
H. Komplikasi
Tidak ada komplikasi yang berbahaya dari rinitis vasomotor, komplikasi yang
mungkin terjadi hanyalah seperti infeksi pada hidung yang menyebabkan sekret
jarang dijumpai. Komplikasi yang lebih mungkin terjadi adalah dari terapi
I. Prognosis
daripada golongan rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis
yang berbahaya, hanya membuat rasa tidak nyaman, namun tanpa tindakan
DATA PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AS
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : S-1
B. Anamnesis
timbul dan semakin memberat. Keluhan timbul saat suhu dingin, terutama saat pagi
dan malam lalu hilang dengan sendirinya. Posisi hidung tersumbat bergantian
17
Universitas Lambung Mangkurat
18
Pasien juga mengeluhkan adanya cairan keluar dari hidung bersamaan dengan
keluhan hidung tersumbat, muncul perlahan, terus menerus dan semakin memberat.
Cairan jernih, tidak berbau dan tidak bercampur darah. Keluhan ini mengganggu
aktivitas. Keluhan sering bersin, hilang penciuman dan rasa terdapat cairan
disangkal. Batuk, sulit menelan, suara parau, sakit tenggorok dan sesak nafas
disangkal.
Demam, nyeri pada daerah wajah, mata gatal dan berair disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi makanan dan alergi obat.
Keluarga tidak ada keluhan serupa. Riwayat asma, alergi makanan, alergi
obat disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Pasien berobat ke puskesmas dan mendapat obat CTM. Keluhan dirasa tidak
kiri. Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan obat dalam waktu yang lama.
Riwayat Kebiasaan :
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
GCS : E4V5M6
Suhu : 36,7 oC
STATUS LOKALIS
Telinga
Inspeksi : Ukuran dan bentuk normal, fistula (-/-), massa (-/-), edema (-/-),
sekret (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-)
MAE : Sempit (-/-), hiperemi (-/-), edema (-/-), sekret (-/-), serumen (-/-
pemeriksa
Hidung
hidung (-)
Sinus : Nyeri tekan sinus frontalis (-/-), nyeri tekan sinus maksilaris
Rinoskopi Anterior :
Kavum Nasi : Lapang (+/+), hiperemi (+/+), massa (-/-), edema konka (+/+),
Tenggorok
Rongga Mulut
Orofaring
Faring : Hiperemi (-), post nasal drip (-), edema (-), massa (-), refleks
muntah (-)
Warna : normal/normal
Permukaan : rata/rata
Detritus : -/-
Leher
Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
N VII : (+/+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
E. Diagnosis
Rinitis vasomotor
F. Terapi
Non Medikamentosa
Medikamentosa
- Cuci hidung dengan NaCl 0,9% 4 kali per hari selama 5 hari
selama 3 hari
G. Prognosis
PEMBAHASAN
faktor risiko pasien. Yang ditemukan dari anamnesis adalah munculnya keluhan
hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan sejak 4 bulan, muncul tiba-tiba, hilang
timbul dan semakin memberat. Posisi hidung tersumbat mengikuti posisi badan
pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya cairan keluar dari hidung bersamaan
dengan keluhan hidung tersumbat, muncul perlahan, terus menerus dan semakin
memberat. Cairan jernih, tidak berbau dan tidak bercampur darah. Keluhan ini
mengganggu aktivitas. Keluhan bersin, hilang penciuman dan rasa terdapat cairan
dibelakang hidung disangkal. Keluhan lain pada telinga seperti nyeri, berdenging,
keluar cairan dan pendengaran menurun disangkal. Keluhan lain pada tenggorok
seperti batuk, sulit menelan, suara parau, sakit tenggorok dan sesak nafas disangkal.
Keluhan demam, nyeri pada daerah wajah, mata gatal dan berair disangkal. Pasien
juga tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi makanan dan alergi obat. Tidak
ada riwayat penyakit serupa di keluarga. Pasien juga diketahui tidur di ruangan
dengan fasilitas air conditioner (AC). Data ini mendukung teori bahwa dalam
anamnesis penyakit rinitis vasomotor dapat ditemukan gejala yang khas berupa
hidung tersumbat yang mengikuti posisi badan dan adanya cairan jernih yang keluar
melalui hidung dan tidak ditemukan adanya infeksi, alergi dan penggunaan obat
24
Universitas Lambung Mangkurat
25
pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu, hal ini disebut
keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu- satunya gejala yang
diutarakan oleh pasien sehingga sulit untuk membedakan antara rinitis vasomotor
dan rinitis alergi.1 Pada pasien ini, etiologi dari rinitis vasomotor dapat disebabkan
neuropeptida, nitrit oksida dan karena trauma. Pada kasus trauma, rinitis vasomotor
terbentuk karena komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme
faktor fisik yang disebabkan udara dingin dan kemungkinan adanya faktor psikis
pada pasien. Pada kasus rinitis vasomotor, terdapat beberapa faktor yang dapat
dengan zat-zat atau kondisi yang spesifik.7 Beberapa diantaranya adalah perubahan
cairan encer dari hidung dan bersin, sehingga terdapat golongan pada orang-orang
dengan gejala yang lebih dominan dibandingkan gejala lain. Gejala dapat
memburuk dipagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang
ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan sebagainya. Berdasarkan
gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3 golongan, yaitu 1) golongan
bersin (sneezers), gejala biasanya member respon baik terhadap antihistamin dan
memiliki keluhan dominan pada keluhan hidung tersumbat sehingga pasien ini
Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya allergic sign berupa allergic
salute, allergic shiners dan allergic crease. Saat pemeriksaan rinoskopi anterior dan
rinoskopi posterior, didapatkan sekret serosa di kedua kavum nasi dan hipertrofi
posterior, kedua kavum nasi dimasukan tampon yang berisi larutan vasokonstriktor
yang berfungsi untuk mengurangi edema pada konka inferior dan dapat
tampak gambaran yang khas berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah
gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan rinitis
mukoid yang sedikit dapat ditemukan di dalam rongga hidung. Pada golongan
rinore sekret yang ditemukan adalah serosa dan banyak jumlahnya. 6,7 Namun, pada
pemeriksaan rinoskopi posterior pasien ini tidak didapatkan adanya post nasal drip.
Pemeriksaan penunjang yang diajukan adalah uji alergi pada kulit (skin prick
test). Karena prinsip pemeriksaan skin test terhadap alergen ialah adanya reaksi
wheal and flare pada kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen
yang diuji (reaksi tipe I). Reaksi maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat
diikuti reaksi lambat setelah 4-8 jam. Alergi Tipe 1 (Ig-E mediated) adalah hasil
dari produksi Ig-E spesifik untuk alergen oleh alergi individu. Kondisi di mana
alergi yang dimediasi Ig-E dapat memainkan peran utama termasuk rinitis alergi,
asma, dermatitis atopik, anafilaksis, urtikaria dan angioedema akut, alergi makanan,
alergi racun serangga, lateks alergi dan beberapa obat alergi. Sehingga hasil negatif
pada pemeriksaan skin prick test akan menyingkirkan diagnosis banding rinitis
alergi.5
Diagnosis kerja yang diajukan rinitis vasomotor melihat dari teori, anamnesis,
dan pemeriksaan fisik yang ditemukan. Rinitis vasomotor dapat ditegakkan apabila
memiliki keluhan hidung tersumbat, keluar cairan encer dari hidung dan atau
disertai bersin yang sering kambuh dan dipicu oleh faktor non-spesifik. Lalu, pasien
juga tidak memiliki riwayat alergi, tidak ada tanda infeksi dan riwayat penggunaan
obat dalam jangka panjang. Rinitis vasomotor dan rinitis alergi secara gejala klinis
sulit dibedakan, berikut tabel perbedaan antara rinitis vasomotor dan rinitis alergi.
Terdapat diagnosis banding lainnya, yaitu rinitis virus dan rinitis hipertrofi yang
kasus ini, penatalaksanaan yang sesuai berdasarkan teori pada tinjauan pustaka
yaitu terapi cuci hidung, pemberian dekongestan oral dan kortikosteroid topikal.
Pada kasus rinitis vasomotor, tidak ada terapi kausal dan hanya diberikan terapi
diberikan pada kasus ini adalah terapi cuci hidung 4 kali dalam sehari dan
pemberian Pseudoefedrin Hcl 3x60 mg. Pada beberapa kasus yang berat dan tidak
membaik setelah diberikan obat, maka terapi pembedahan dapat dilakukan seperti
efekperbaikan pada pasien. Tindakan operatif yang dapat dilakukan dapat dilihat
Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada pasien ini. Secara teori, tidak ada
komplikasi yang berbahaya dari rinitis vasomotor, komplikasi yang mungkin terjadi
hanyalah seperti infeksi pada hidung yang menyebabkan sekret mukopurulen, dan
Prognosis pasien dalam kasus ini secara ad vitam dan ad functionam, adalah
kasus rinitis vasomotor tidak dapat disembuhkan dan tidak memiliki terapi kausal,
sehingga dasar terapi terbaiknya berasal dari faktor internal pasien, yaitu
golongan obstruksi lebih baik daripada golongan rinore dan secara keseluruhan
membuat rasa tidak nyaman, namun tanpa tindakan pembedahan, penyakit ini tidak
PENUTUP
Telah diperiksa pasien Tn. AS, usia 57 tahun, dengan keluhan hidung buntu
keduanya dan keluar cairan berwarna bening. Tidak ada riwayat alergi. Keluhan ini
edem, dan terdapat sekret serosa. Tidak ditemukan adanya allergic sign. Sehingga,
diagnosis kerja yang diajukan adalah rinitis vasomotor dengan diagnosis banding
diajukan berupa skin prick test dan tes adrenalin untuk menyingkirkan diagnosis
alergi.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Irawati Nina et al. Rhinitis Alergi ini Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FKUI. 2012.
43