Anda di halaman 1dari 27

RINITIS VASOMOTOR

OLEH :
SITI RAHMA
N 111 14 015

PEMBIMBING KLINIK:
KOMPOL. dr. BENYAMIN F.L SITIO, M.Sc., Sp.THT-KL
PENDAHULUAN

 Rinitis merupakan salah satu alasan terbanyak


pasien mengunjungi dokter
 Kebanyakan gejala-gejala rinitis merupakan gejala
yang sederhana namun secara nyata mengganggu
aktivitas sehari-hari
 Rinitis dapat disebabkan oleh alergi, non-alergi,
infeksi, hormonal, pekerjaan dan faktor-faktor
lainnya
 Rinitis vasomotor merupakan bentuk terbanyak dari
rinitis nonalergik
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Rinitis vasomotor


 keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya
infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal
(kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat
(kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker, aspirin,
klorpromazin, dan obat topikal hidung
dekongestan.4
 Rinitis non-alergi bila adanya alergi/alergen spesifik
tidak dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan alergi
yang sesuai (anamnesis, tes cukit kulit, kadar
antibodi IgE spesifik).4
Anatomi hidung

 nasus eksternus (hidung luar)


Anatomi hidung

 Kavitas nasalis
Anatomi hidung

 Kompleks ostiomeatal (KOM)


Anatomi hidung

 Vaskularisasi hidung
Anatomi hidung

 Persarafan sensorik
Anatomi hidung

 Persarafan otonom
Histologi hidung

 Mukosa respiratorik
Histologi hidung

 Mukosa penghidu
Fisiologi hidung

 Fungsi respirasi
 Fungsi penghidu
 Fungsi fonetik
 Fungsi statik dan mekanik
 Refleks nasal
Etiologi dan patogenesis Rinitis Vasomotor

Neurogenik (disfungsi sistem otonom)


 Rinitis vasomotor diduga sebagai akibat dari
ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung
yang berupa bertambahnya aktivitas sistem parasimpatis.
Etiologi dan patogenesis Rinitis Vasomotor

Neuropeptida
 disfungsi hidung yang diakibatkan oleh
meningkatnya rangsangan terhadap saraf
sensorik serabut C di hidung 
peningkatan pelepasan neuropeptida seperti
substansi P dan calcitonin gene-related
protein yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar
 hiperaktifitas hidung
Etiologi dan patogenesis Rinitis Vasomotor

 Nitrik oksida
 Kadar NO yang tinggi dan persisten di lapisan epitel
hidung  kerusakan atau nekrosis epitel, sehingga
rangasangan non-spesifik berinteraksi langsung ke
lapisan subepitel  peningkatan reaktifitas serabut
trigeminal dan recruitment refleks vaskular dan
kelenjar mukosa hidung
Etiologi dan patogenesis Rinitis Vasomotor

Trauma
 Rinitis vasomotor dapat merupakan komplikasi
jangka panjang dari trauma hidung melalui
mekanisme neurogenik dan/atau neuropeptida.
Gejala Klinik

 Golongan bersin (sneezers), gejala biasanya


memberikan respon baik dengan terapi antihistamin
dan glukokortikoid topikal;
 Golongan rinorea (runners), gejala dapat diatasi
dengan pemberian antikolinergik topikal; dan
 Golongan tersumbat (blockers), kongesti umumnya
memberikan respon yang baik dengan terapi
glukokortikoid.
Diagnosis

 Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara


ekslusi, yaitu menyingkirkan adanya rinitis alergi,
infeksi, okupasi, hormonal dan akibat obat.
Pemeriksaan fisik

Rinoskopi anterior
 edema mukosa hidung,
 konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi
dapat pula pucat,
 Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol
(hipertrofi)
 Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid
biasanya sedikit.
Diagnosis Banding

 Rinitis Alergi
 Rinitis Induksi Obat
 Nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrom
(NARES)
Penatalaksanaan

 Menghindari stimulus/faktor pencetus


 Pengobatan simtomatis (dekongestan oral, cuci oral
dengan larutan fisiologis, kauterisasi konka
hipertrofi)
 Pemberian kortikosteroid topikal 100-200
mikrogram. Dosis maksimal 400 mg sehari, hasilnya
akan terlihat setelah pemakanan paling sedikit 2
minggu. Saat ini tersedia kortikosteroid topikal baru
dalam larutan aqua seperti flutikason propionat dan
mometason furoat dengan pemakaian cukup sekali
sehari dosis 200 mcg.
Penatalaksanaan

 Pada kasus dengan rinore berat dapat ditambahkan


antikolinergik topikal (ipatropium bromida).
 Tindakan operasi dengan cara bedah-beku,
elektrokauter, atau konkotomi parsial konka inferior
 Neurodektomi n.vidianus yaitu dengan melakukan
pemotongan pada n.vidianus. Hal ini dipilih bila
dengan cara di atas hasil tidak optimal.
Komplikasi

 Pembentukan polip nasi


 Sinusitis
 Infeksi telinga tengah
Prognosis

 Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik


dibanding golongan rinore. Oleh karena golongan
rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu
anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk
memastikan diagnosisnya.4
Algoritma
Algoritma
DAFTAR PUSTAKA

 Dykewicz MS, Fineman S, Skoner DP [editors]. Diagnosis and management of rhinitis : complete
guidelines of the joint task force on practice parameters in allergy, asthma and immunology. Ann
allergy astma immunol.1998 November; 81(2) : 478-489.
 Settipane RA. Epidemiology of vasomotor rhinitis. WAO Journal. 2009 June; 2(1) : 115-118.
 Schroer B, Pien LC. Non-allergic rhinitis : common problem, chronic symptoms. Cleveland clinic
journal of medicine. 2012 April; 79(4) : 285-292.
 Soepardi EAS, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala dan leher. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2012
 Dhillon RS, East CA. Ear, Nose and throat and head and neck surgery: Anatomy and physiology. 2nd
edition. UK : Churchill livingstone ; 2000
 Moore KL, Agur, AMR. Anatomi Klinis Dasar : Kepala. Jakarta : Hipokrates; 2002
 Young, Philip. Rhinoplasty Anatomy. Diakses dari http://www.drphilipyoung.com/rhinoplasty-
anatomy/ pada tanggal 10 Juni 2016.
 Hilger PA. Boeis: buku ajar penyakit THT: Hidung. Edisi Keenam. Jakarta: EGC; 1997.
 Shemul, AH. Anatomy Physiology of Nose, Nasal, and Pranasal Sinus. Diakses dari
http://pedimedicine.com/anatomy-nose-nasal-paranasal-sinus/ pada tanggal 10 Juni 2016
 Chang EW. Editor. Nasal Anatomy : Embriology, skin and soft tissue, blood supply and lymphatics.
Medscape reference [internet]. 2015 July [update 23 Juli 2015]. Available from
http://emdicine.medscape.com/article/835134-overview#showall.
 Prendergast PM. Advanced aestetic rhinoplasty: neurologic anatomy of the nose. Ireland : Springer –
verlag berlin heidelberg; 2013.
 Garay R. Mechanism of vasomotor rhinitis. Allergy. 2004 August; 59(76) : 4-10.

Anda mungkin juga menyukai