Anda di halaman 1dari 4

A.

Anatomi

Nervus accesorius ialah saraf somatomotori. Saraf ini berinti di medula


spinalis dan medula oblongata. Sel-sel di kornu anterius C1 sampai C5
menyumbangkan juluran mereka untuk menyusun bagian spinal nervus
accesorius. Inti bulbaris nervus accesorius terletak di belakang nukleus
ambiguss. Bagian spinalnya masuk ruang intrakranial melalui foramen
magnum dan menggabungkan diri pada bagian bulbari utnuk keluar ke ruang
tengkorak melalui foramen jugulare. Disitu nervus ini berdampingan dengan
nervus vagus disitu sisi dan dengan nervus glosofaringeus di lain sisi. Setelah
tiba di wilayah leher, nervus ini diapit oleh arteria karotis interna dan vena
jugularis interna. Kemudian nervus ini berjalan di belakang muskulus
sternokleidomastoideus dan sekaligus menyarafi otot tersebut. Lebih jauh ke
bawah ia memberikan cabang-cabang ke muskulus trapezius.(1)

B. Fisiologi

Saraf XI menginervasi musculus


sternocleidomastoideus dan musculus trapezius. Otot
sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan
menoleh (rotasi) pada kepala. Jika
m.sternocleidomastoideus satu sisi berkontraksi, ia
akan menarik occiput ke arah otot tersebut,
sedangkan muka menoleh (berdeviasi) ke sisi yang berlawanan. Bila kedua
m.sternocleidomatoideus sama-sama berkontraksi,
maka akan terjadi fleksi kolumna vertebralis servikal
dan fleksi dari kepala ke depan. Jika kepala difiksasi,
gerakan kedua otot ini membantu mengangkat
thoraks; hal ini didapatkan pada inspirasi kuat,
misalnya pada dispnoe.(2)

1
Musculus trapezius menarik kepala ke sisi yang sama. Ia juga
mengangkat, menarik, dan memutar skapula, serta membantu mengangkat
lengan dari posisi horizontal ke atas. Bila satu m.trapezius berkontraksi,
sedangkan bahu difiksasi, maka kepala akan tertarik kearahnya. Bila kedua
otot sama-sama berkontraksi, maka kepala akan tertarik ke belakang dan
muka terangkat ke atas. Bila kepala difiksasi, maka kontraksi m.trapezius
akan mengangkat, memutar, dan menarik skapula. Pada kelumpuhan total
nervus XI kita tidak akan menemukan paralise total dari pergerakan kepala,
karena otot-otot leher yang lain, seperti skalenus, splenius, oblik kapitis,
rektus kapitis, long kapitis dan kolli ikut juga memainkan peranan pada
gerakan kepala dan leher.(2)

C. Penyakit terkait dan patofisiologinya

Pada siringobulbi inti atau radiks nervus accesorius yang melintasi


daerah Monakow dapat terkena. Radang virus poliomielitis adakalanya juga
merusak inti nervus ini. Desakan karena tumor di fosa kranii posterior, atau
karena tuberkuloma atau penjalaran radang di mastoid bisa mengganggu
nervus accesorius bersama-sama dengan nervus glosofaringeus dan vagus.
Kombinasi tersebut sering terjadi pada trombosis vena jugularis interna.
Kompresi ini dialami oleh ketiga saraf otak itu sewaktu berjalan di dalam
foramen jugulare. Manifestasi kelumpuhan ketiga saraf otak itu dikenal
seagai sindrom Vernet.(1)
Karena kelumpuhan unilateral pada muskulus sternokleidomastoideus,
maka kepala tidak bisa berputar ke arah kontralateral terhadap lesi. Jika
kepala dianggukkan, dagu akan sedikit menyimpang ke arah yang sakit.
Kelumpuhan muskulus trapezius sesisi dapat diperlihatkan oleh sikap bahu
dan skapula. Bahu sisi yang lumpuh lebih rendah dan bagian bawah dari
skapula terletak lebih dekat pada garis bagian atasnya. (1)
Kelumpuhan bilateral muskulus sternokleidomastoideus dan trapezius
dapat dijumpai pada "motoneuron disease", distrofia muskulorum progresiva,
dan miopati tiroktoksika. Dalam hal ini, kedua otot yang disarafi nervus

2
accesorius tidak dapat menegakkan leher dan karena itu kepala menunduk ke
depan. (1)

D. Pemeriksaan neurologis

Fungsi saraf accesorius dinilai dengan memperhatikan adanya atrofi otot


sternokleidomastoideus dan trapezius dan menilai kekuatan otot-otot
tersebut.(3)
1. Pemeriksaan musculus sternocleidomastoideus.
Perhatikan keadaan musculus
sternocleidomatoideus dalam keadaan
istirahat dan bergerak. Dalam keadaan
istirahat, kita dapat melihat kontur otot
ini. Bila terdapat pareses perifer kita
dapat melihat adanya atrofi. Pada lesi
nuklir (misalnya pada ALS) kita dapatkan juga fasikulasi. Adanya nyeri-
tekan (misalnya pada miolitis) dan adanya atoni dapat ditentukan dengan
mempalpasi otot tersebut. Untuk menentukan atau mengukur kekuatan
otot dapat dilakukan 2 cara, yaitu:(2)
a. Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persendian) yang
digerakkan oleh otot yang ingin kita periksa, dan kita tahan
gerakan ini.
b. Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
Dengan demikian kita peroleh kesan mengenai kekuatan otot.

Untuk mengukur tenaga m.sternocleidomastoideus dapat dilakukan


dengan menyuruh pasien menoleh. Gerakan ini kita tahan dengan tangan
kita yang ditempatkan pada dagu. Dengan demikian dapat dinilai
kekuatan m.sternocleidomastoideus. bandingkan kekuatan otot kiri dan
kanan.(2)

3
2. Pemeriksaan musculus trapezius.
Perhatikan keadaan otot ini dalam
keadaan istirahat dan bergerak. Apakah
ada atrofi atau fasikulasi? Bagaimana
kontur otot? Bagaimana posisi bahu,
apakah lebih rendah? Pada kelumpuhan
otot trapezius bahi sisi yang sakit lebih
rendah daripada sisi sehat. Skapula juga beranjak ke lateral dan tampak
agak menonjol. Selain itu, otot trapezius ini perlu dipalpasi untuk
mengetahui konsistensinya, adanya nyeri-tekan (miolitis) serta adanya
hipotoni.(2)
Tenaga otot ini dapat diperiksa dengan menempatkan tangan kita di
atas bahu penderita. Kemudian penderita disuruh mengangkat bahunya,
dan kita tahan. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan otot. Bandingkan
otot kanan dan kiri. Untuk memeriksa kedua otot trapezius, pasien
disuruh mengekstensikan kepalanya, dan gerakan ini kita tahan. Jika
terdapat kelumpuhan otot trapezius satu sisim kepala tidak dapat tertarik
ke sisi tersebut, bahu tidak dapat diangkat dan lengan tidak dapat
dielevasi ke atas dari posisi horizontal. Pada kelumpuhan kedua otot ini
kepala cenderung jatuh ke depan, dan penderita tidak dapat mengangkat
dagunya.(2)

Anda mungkin juga menyukai