Anda di halaman 1dari 16

Rhinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor dapat


Rhinitis vasomotor adalah
disebut juga:
gangguan pada mukosa hidung yang
ditandai dengan adanya edema yang • Vasomotor catarrh,

persisten dan hipersekresi kelenjar • Vasomotor rinorrhea,


pada mukosa hidung apabila terpapar
• Nasal vasomotor instability,
oleh iritan spesifik. Kelainan ini
• Non spesific allergic rhinitis,
merupakan keadaan yang non-infektif
dan non-alergi. • Non - Ig E mediated rhinitis
Epidemiologi

• Banyak dijumpai pada usia dewasa

• Biasa timbul pada dekade 3-4 (terutama dekade ke-3)

• Prevalensi bervariasi antara 7-21%


Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat
gangguan keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis
relatif lebih dominan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :

1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis,


seperti ergotamin, chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat
vasokonstriktor topikal.

2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban
udara yang tinggi dan bau yang merangsang.

3. Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil


anti hamil dan hipotiroidisme.

4. faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.


Gejala Klinis
• Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergi sehingga sulit untuk
dibedakan.

• Pada umumnya pasien mengeluhkan gejala hidung tersumbat, ingus yang banyak dan encer
serta bersin-bersin walaupun jarang.

• Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata bila dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak
terdapat rasa gatal di hidung dan mata.

• Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan
suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.

• Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya ingus yang jatuh ke tenggorok (post nasal drip).
Berdasarkan gejala yang menonjol, rinitis vasomotor dibedakan dalam

2 golongan, yaitu:

• Golongan obstruksi ( blockers )

• Golongan rinore ( runners / sneezers )

Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan

rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu

anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk memastikan diagnosisnya.


Patogenesis

Adanya paparan terhadap suatu iritan  memicu ketidakseimbangan


sistem saraf otonom dalam mengontrol pembuluh darah dan kelenjar
pada mukosa hidung  vasodilatasi dan edema pembuluh darah
mukosa hidung  hidung tersumbat dan rinore.
Diagnosis
1. Anamnesis : Dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan
disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior :
a. Edema mukosa hidung
b. Konka hipertrofi dan berwarna merah gelap, bisa juga pucat
c. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak rata)
d. Rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit
e. (Golongan rinore  sekret serosa dalam jumlah banyak)
3. Pemeriksaan rinoskopi posterior  post nasal drip.
4. Pemeriksaan laboratorium
 Untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi
a. Test kulit ( skin test )  negatif,
b. Test RAST  negatif
c. Kadar Ig E total dalam batas normal.
5. Pemeriksaan radiologik sinus  memperlihatkan mukosa yang edema
Tata Laksana
• Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor
penyebab dan gejala yang menonjol.

• Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :

1. Non-farmakologi

Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )

2. Farmakologi

 (di slide selanjutnya)


I. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
a. Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi
keluhan hidung tersumbat.
b. Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
c. Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan
bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan
oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2
minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan.
d. Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
utamanya.
II. Terapi operatif (dilakukan bila pengobatan konservatif gagal):
a. Kauterisasi konka yang hipertrofi
b. Diatermi submukosa konka inferior
c. Bedah beku konka inferior (cryosurgery)
d. Reseksi konka parsial atau total
e. Turbinektomi dengan laser (laser turbinectomy)

Operasi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan keluhan rinore yang


hebat. Terapi ini sulit dilakukan, dengan angka kekambuhan yang cukup tinggi
dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi
Prognosis

Prognosis dari rinitis vasomotor bervariasi. Penyakit


kadang-kadang dapat membaik dengan tiba –tiba, tetapi
bisa juga resisten terhadap pengobatan yang diberikan.
Referensi
• Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,
Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1997.

• Jones AS. Intrinsic rhinitis. Dalam : Mackay IS, Bull TR, Ed. Rhinology. Scott-
Brown’s Otolaryngology. 6th ed. London : Butterworth-Heinemann, 1997.

• http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-andrina.pdf (Diakses 14 Mei 2019)

Anda mungkin juga menyukai