Anda di halaman 1dari 48

Rinitis Non Alergi

Lorensia Fitra Dwita


Subbagian Alergi dan Imunologi
Definisi
• Kumpulan sindrom dan
penyakit berhubungan
dengan gejala inflamasi
hidung tanpa pemicu alergi
yang dapat teridentifikasi
• Idiopatik rhinitis
• NAR dengan sindrom
eosinofilik
Rinitis • Autonomic rhinitis/vasomotor
• Work related rhinitis
• Drug induced rhinitis
• Hormonal rhinitis
• Rhinitis atrofi
Alergi Non Alergi Infeksiusakibat
• Rhinitis penyakit
sistemik , senilis

Intermitten Persisten RSK


Idiopatik Rinitis
60% dari rhinitis non-alergi

Etiologi khusus (-)

Skin Prick Test  menyingkirkan rhinitis alergi

Tatalaksana medikamentosa dan bedah


(metode reduksi konka & neurektomi vidianus)
Fungsi nasal yang optimal  kerja mukosa dan keseimbangan antara
adrenergik, kolinergik dan input sensori

Nor-epinefrin dan neuropeptida Y  neurotransmiter regulasi tonus


simpatis  kondisi dekongesti

Ketidakseimbangan input saraf simpatis dan parasimpatis pada mukosa


hidung  disregulasi sistem saraf pusat sensorik dan induksi
sintesis NO dalam sel otot polos pembuluh darah menyebabkan
vasodilatasi
NARES
(Non-Allergic Rhinitis Eosinofilia Syndrome)

Definisi Patofisiologi Terapi


• Klinis menyerupai reaksi • “remain unclear” • Kortikosteroid intranasal
alergi (>>anosmia) • eosinofil dan aktifasi sel • Steroid oral  lebih
• TANPA riwayat atopi mast berperan penting efektif untuk anosmia
• Eosinofilia pada nasal • 15-33% dewasa dengan • Antihistamin
smear (>20%) rhinitis nonalergi • Antagonis leukotrien 
NARES dengan AERD
(Aspirin Exacerbasi Resp
Disease) dan Polip
• Imunoterapi
Rhinitis Okupasi
HMWC LMWC
• Flour • Wood dust
• Latex • Metals
• Insect, mites • Drugs
• Grain dust (elevator)
Pemeriksaan
Skin
Nasal
prick test Nasal
challenge
/ specific lavage
test
allergen
Drug Induced Rhinitis

Inflammatory
Neurogenik
(Aspirin, Idiophatic
(Hypertension)
NSAID)
mengganggu
keseimbangan saraf
simpatis dan parasimpatis
mukosa hidung
Rhinitis Medikamentosa

= rinitis akibat obat

Penggunaan vasokonstriktor topikal  induksi toleransi yang


cepat (tachyphylaxis) dengan rebound rinitis yang berat
Perpanjangan β-2
Noreprinefrin presinaps Penurunan sensitifitas
adrenergik vasodilatasi
stimulasi yang terus dan jumlah α1 reseptor
yang lebih lama dari efek
menerus pada post-sinaps
α adrenergik

 Hipoksia jaringan Peningkatan tonus


karena vasokontriksi parasimpatis 
berkepanjangan dan perubahan permeabilitas
peningkatan tonus vaskular dan
parasimpatis menimbulkan edema
Tatalaksana
Menghentikan agen obat yang bersangkutan

Penggantian dengan terapi obat pilihan lainnya

Mengidentifikasi kemungkinan kausa penyerta

Pasien diberikan penggantian obat cuci hidung dan steroid


topikal hidung
Pasien diminta menghentikan pengobatan dekongestan topikal
selama 1 hingga 2 bulan
Penyakit Pernafasan Akibat Eksaserbasi
Aspirin

Mekanisme Klinis Epidemiologi


• Metabolisme asam • Samter’s Triad :
arakidonat
• Dewasa usia 20-40
• Kelebihan eicosanoid • Sensitiv terhadap tahun
(leukotrien dan aspirin, COX-1 • 3:2 wanita : pria
prostaglandin)  kontraksi menghambat
otot polos bronkus dan NSAIDs • 1% dari populasi
vaskular  meningkatkan
permeabilitas pembuluh • Asma • 21% pada asma
darah, sekresi lendir di • Polip
saluran napas dan usus,
kemotaktik sel mast, • RSK eusinofilik
eosinofil, dan neutrofil ke
tempat peradangan
Tatalaksana AERD
• Eksaserbasi akut  inhalasi ᵝ3-agonis,
antihistamin sistemik dan kortikosteroid
sistemik, epinefrin
• Kontrol jangka panjang : leukotrien
inhibisi, steroid/salin intranasal,
penghindaran NSAID
• Terapi desensitisasi aspirin
• Pagi hari 30 mg, interval 3 jam  45, 60, 100,
150 dan 325  dosis maksimal 650 selama 2
atau 3 hari
• Dosis diulangi jika muncul gejala nasookular atau
reaksi bronkial
• Setelah disensitisasi dosis diberikan 325 sampai
650 mg 2x1
Rhinitis Hormonal
• Keluhan hidung tersumbat level esterogen dan
progesteron ↑
Klinis
• Mekanisme hormon mempengaruhi rhinitis  masih
belum jelas

Mekanisme • Turunnya kadar esterogen dan progesteron pasca


melahirkan berhubungan dengan cepatnya hilang gejala
rhinitis

• Sumbatan hidung menetap pada bulan ke-6 atau lebih


kehamilan dan menghilang seutuhnya 2 minggu setelah

Terapi melahirkan
• Irigasi hidung
RHINITIS HORMONAL
Rhinitis Vasomotor
- 60% dari rhinitis non alergi • Terjadi hiperaktifitas nasal
- Keluhan pasien : hidung nonspesifik pada pada paparan
tersumbat yang berulang terhadap rangsangan non
dan hidung berair imunologi
- Tidak berhubungan dengan
alergi, infeksi, lesi anatomis, – Perubahan suhu
penyakit sistemik dan – Alkohol
narkotika
– Stress emosional
- Respon thd stimulus fisik,
– Bau menyengat
emosi dan gustatori
Rhinitis Vasomotor
Diagnosis :

• Rhinoskopi anterior
• Nasoendoskopi
• CT scan  RSK /Massa
• Skin prick test  menyingkirkan rhinitis alergi

Th/ : Irigasi saline


• Antihistamin intra nasal
• Steroid nasal spray
Rhinitis Atrofi
• Rhinitis atrofi  penyakit sumbatan hidung hilang timbul
dan adanya stasis mukosiliar

• KU : hidung tersumbat berat, namun pada pemeriksaan


fisik, sering ditemukan rongga hidung sangat lapang

• Temuan klinis : krusta di hidung, rongga hidung luas, atrofi


mukosa hidung, hidung tersumbat paradox

Buku Acuan Modul Alergi Imunologi


• Perempuan lebih sering terkena
• Keluhan utama : hidung tersumbat, kakosmia
yang datang bersamaan dengan
• Trias Fraenkel : bau, krusta, atrofi dari struktur
hidung

Buku Acuan Modul Alergi Imunologi


RHINITIS ATROFI
• Teori mengenai sumbatan hidung

– 1. Konka secara langsung mengarahkan dan memutar udara


inspirasi. Atrofi akan menggangu aliran udara inspirasi  obstruksi

– 2. Hidung berkontribusi pada 50% dari resistensi udara dan ini


hilang meskipun lobang hidung besar

– 3. Meskipun kavum nasi secara abnormal masih paten, hidung


yang atrofi memiliki mukosa yang lebih sedikit untuk hidrasi dan
mengatur udara inspirasi

– 4. Kehilangan dari input sensori dan olfaktorius termasuk persepsi


terhadap udara inspirasi
RHINITIS ATROFI
• Terapi melembabkan NaCl dan debridement

• Debridement sebaiknya dilakukan pada minggu ke 4 -6

• Irigasi hidung minimal 200 ml 2-4 kali perhari


- Antibiotik topikal ditambahkan kedalam saline
selama 2-4 mgg  eradikasi infeksi kronis dan
krusta yang berbau
- Antibiotika topikal yang dapat digunakan adalah
– Gentamisin 200 ml ( 80-160 mg/1000 ml) 2x sehari
– Mupirocin ( 22 mg dari 2% dalam 1000 ml) 2x sehari
- Hindari dekongestan dan antihistamin 
eksaserbasi mukosa kering
- Pebedahan  untuk memperbaiki kelembaban
hidung dan resistensi hidung

Buku Acuan Modul Alergi Imunologi


Penuaan dan Rhinitis (Elderly Rhinitis)
- Dekade 6/7  perubahan mukosa hidung,
struktur cartilage hidung lemah, polifarmasi 
rhinitis senilis/geriatri
- Sekret hidung kental, krusta, PND, dahak,
berdehem yang berlebihan, kongesti hidung dan
penurunan indra penciuman serta pengecapan
- Pengobatan fokus dua hal yaitu meningkatkan
kelembaban hidung dan pembersihan
mukosilier
- Terapi  semprot hidung dan irigasi+mukolitik
Rinosinusitis Kronik
Rhinosinusitis Kronis
Inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal
yang berlangsung ≥12 minggu, dengan ≥2 gejala,
salah satunya mencakup :
Nasal blockage/obstruction/congestion
Nasal discharge (anterior/posterior nasal drip)
± facial pain/pressure
± reduction or loss of smell ― cough (children)

European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012


Dan disertai ada salah satunya
Endoscopic signs :
-Nasal polyps, dan atau
-Mucopurulent discharge dari meatus media,
dan atau
-Oedema/obstruksi mukosa di meatus media
Dan/atau
 CT changes:
perubahan mukosa pada KOM dan atau sinus
European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012
Rinosinusitis Kronis
dengan Polip
• Inflamasi kronis bercirikan : >>eosinofil & remodeling
jaringan, terdiri dari proliferasi epitel, hiperplasia sel
goblet, pembentukan pseudokista, penebalan membran
basal, fibrosis fokal & udem mukosa
• Perkembangan polip  hasil akhir dari inflamasi RSK
tetapi profil sitokin dan seluler tidak tergantung status
alergi
• Golongan protein/
glikoprotein/polipeptida

Sitokin • Larut & diproduksi oleh sel


limfosit & sel–sel lain
(makrofag, sel mast,
eosinofil & sel endotel)
Fungsi Sitokin
Sinyal interseluler  mengatur proses biologis
penting

Aktivasi, pertumbuhan, proliferasi,


diferensiasi, inflamasi sel, imunitas,
pertahanan jaringan/morfogenesis akibat
rangsangan luar

Berat molekul rendah, sekitar 8–40KD dan


kadarnya juga rendah
• IL-2, IFN -y, TGF-,
GM-CSF, IL-3
Th1 • Meningkat pada
respons intraseluler
seperti: RSK bakterial

• IL-4, IL-5, IL-10, IL-13,


IL-3 dan GM-CSF

Th2 • Meningkat pada


penyakit alergi, parasit
cacing & infeksi jamur
pada RSK

Pada RSK dengan polip nasi menunjukkan polarisasi Th 2 dengan kadar


IL–5 dan Ig E yang meningkat
KEMOKIN

Sitokin kemotaktik dengan berat molekul rendah 8–10KD yang


mengandung 20 – 70% homolog dalam asam amino

Ada 2 grup mayor dari kemokin:


CC kemokin (-chemokines) peran  kemoatraktif eosinofil,
monosit, limfosit T

CXC kemokin (-chemokines) berperan khususnya pada neutrofil


dan monosit
Sitokin Th1
Interferon-y

Fungsi: INF-y disekresi


limfosit Th-1,
Sitokin mayor -menarik leukosit limfosit
dari Th1, -aktivasi sel NK sitotoksik
terlibat proses CD8+, sel NK,
inflamasi -mengatur sel B sel B & Antigen
-produksi Presenting
imunoglobin Cells
Interleukin-8

Peningkatan IL-8 terdeteksi


Sebuah kemokin di polip nasal dibandingkan
CXC, merupakan Dilepaskan oleh mukosa normal, tetapi
peningkatan kadar IL-8 tidak
kemoatraktan untuk makrofag & sel epitel spesifik untuk RSK dengan
netrofil polip dibandingkan dengan
RSK tanpa polip.
Sitokin Th2
IL-4 & IL-5 : sitokin mayor dari Th2 yang banyak diteliti

Interleukin-4

Disekresi oleh sel Th2, eosinofil, IL-4 :


basofil, sel NK & sel mast Mampu melepaskan Monocyte
Chemotactic Protein (MCP)-4
IL-4 : kemoatraktan dari eosinofil, monosit
- Sitokin utama untuk perubahan &limfosit dari fibroblas polip nasal
kelas Ig sel B ke fenotipe IgE yang dibiakkan dan distimulasi oleh
- Mempromosi migrasi eosinofil ligan TLR 2,3,4, dan 5
dengan peningkatan ekspresi
VCAM-1
Interleukin-5

- Diproduksi oleh sel Th2, sel mast & eosinofil


- Faktor pematangan dan diferensiasi mayor eosinofil
- Peran  mencegah apoptosis eosinofil

- 90% polip merupakan polip eosinophil  peranan dari polip IL-5


pada patogenesis polip nasal
- Penelitian  peningkatan IL-5 mRNA & protein pada jaringan polip
nasal
Growth factors dan Sitokin Proinflamasi

TGF-β dan sitokin Kontributor pada status


proinflamasi IL-1β dan inflamasi yang berubah
TNF-α memiliki profil & karakteristik
yang diubah di polip remodeling pada polip
nasal nasal
Transforming growth factor-β

TGF-β1 isoform utama polip


nasal
dihasilkan limfosit, makrofag,
eosinofil & fibroblas

3 isoform TGF-β: TGF-β (khususnya TGF-β2) 


remodeling jaringan 
TGF-β1, β2 dan β3 penguatan akumulasi matriks
ekstraseluler, hiperplasia sel
sekresi dan proliferasi sel epitel

Peranan TGF-β pada


patogenesis polip nasal
dihubungkan dengan
downregulasi dari sitokin
TNF-α dan Interleukin-1

Sitokin proinflamasi diproduksi beberapa tipe


sel termasuk sel epitel dan makrofag

Bekerja sinergi dalam menginduksi inflamasi


kronik ketika sitokin Th1 dan Th2

Terlibat dalam rekrutmen eosinofil melalui


upregulated dari adesi molekul di polip nasal
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai