Anda di halaman 1dari 33

Teknik Anamnesa Rhinorhea,

Obstruksi Nasi, dan Tindakan


Irigasi Sinus Maxila
Ni Made Kosiki
Departemen Ilmu Penyakit THT-KL
Pendidikan Profesi FK UWKS
RSUD Sidoarjo
19710103
2021
Radang akut yang spesifik mukosacavum
Rhinitis Difteri nasi disebabkan Coryne Bacterium Diptheri
Ciri khas : Pseudomembran

Keluhan : Pilek bercampur darah


Pemeriksan Penunjang :
Pemeriksaan :
• Nose Swab
a. Pseudomembran (beslag) mudah berdarah
• Kultur kuman
dikonka inferior, septum nasi anterior, dasar
kavum nasi
b. Krusta kecoklatan dikavum nasi dan nares Terapi :
c. Kadang- kadang bau busuk • Isolasi
• A.D.S 20.000 U
• Antibiotik : penicillin procain 25.000-50.000
Prognosis : baik, karena aliran lumphe cavum nasi U/KgBB/Hari (14 hari)
sedikit jadi penyebarannya minimal.
“Keradangan (infeksi) mukosa
RHINITIS AKUT rongga hidung yang dapat di
(Coryza Akut, Common Cold) sebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang ditandai dengan
Rhinorea, bersin dan buntu
hidung.”

• Sekret mula-mula encer, jernih (sereus) berubah menjadi kental


dan lekat (mucoid) berwarna kuning mengandung nanah dan
bakteri (mukepurulent).
• Toxin yang terbentuk terserap dalam pembuluh darah dan
lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum.
• Pada stadium resolusi terjadi profilerasi sel epithel yang telah
rusak dan mukosa menjadi normal kembali.
TERAPI

LOKAL UMUM
• Tetes hidung, Sol. HCL • Hindari tubuh dari dingin :
Ephodrin 1% dalam glucosa • Mandi air hangat
5% atau P.Z. (fungsi : • Makan makanan yang hangat
melebarkan cavum nasi dan • Pakaian yang hangat
desinfektan ) • Sistemik :
• Analgesik & Antipiretik :
paracetamol, ibuprofen
• Antihistamin : citirizine ,
loratadine
RHINITIS ALERGIKA

“Gejala rinitis yang timbul setelah pajanan/paparan


alergen yang menyebabkan inflamasi mukosa hidung
yang diperantarai oleh IgE, dengan gejala bersin-bersin
paroksismal, pilek encer, dan buntu hidung..”

ETIOLOGI :
Alergen :
• Inhalan : debu rumah, debu kapuk, jamur, bulu hewan, dll.
• Ingestan : buah, susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan dll.
Gejala klinis : Terapi
• Serangan timbul bila terjadi kontak dengan • Hindari alergen
alergen penyebab • Medikamentosa :
• Didahului rasa gatal pada hidung, mata, atau - Antihistamin : Chlortrimeton, Loratadine,
kadang-kadang palatum mole Cetirizine
• Bersin bersin paroksismal, pilek encer, dan - Kortikosteroid : Dexamethasone, Betametason
buntu hidung - Dekongestan lokal : Tetes hidung Ephedrine
• Gangguan pembauan, mata sembab dan ½-1 %, Oxymethazoline 0,025%-0,05%
berair, kadang-kadang disertai sakit kepala -Dekogestan oral : Pseudoefedrin
• Tidak ada tanda tanda infeksi (panas badan)

Pemeriksaan : Pemeriksaan penunjang :


Rinoskopi anterior : konka udema dan pucat, • Prick test
sekret seromusinus. Pada rinitis alergi persisten, • Eosinofil sekret hidung, positif bila >= 25%
rongga hidung sempit, konka udema hebat. • Eosinofil darah, positif bila >= 400/mm
• Bila diperlukan :
• IgE total serum (RIST dan PRIST).
Positif bila >200IU
• IgE spesifik (RAST)
• Endoskopi nasal : bila diperlukan
RHINITIS VASOMOTOR ETIOLOGI : belum diketahui.

“Rinitis dengan gejala kronik berupa bersin-bersin,


pilek encer dan hidung buntu yang penyebabnya
diperkirakan karena adanya ketidak seimbangan sistem Terapi :
saraf otonom.” • Simptomatis
• Meningkatkan kondisi badan
Keluhan : • Kombinasi antihistamin dan
• Pilek encer dekongestan oral
• Bersin-bersin • Konkotomi
• Buntu hidung
• Kambuh waktu pagi (dingin), mendung
(kelembaban tinggi) → Hilang waktu siang hari
ETIOLOGI : “rebound effect”
RHINITIS HIPEREMIKA pemakaian obat-obatan vasokonstriksi
lokal lama.

“Rinitis dengan gejala buntu hidung akibat pemakaian


dekongestan lokal yang lama, rinitis akut yang berulang
atau akibat efek samping obat reserpin.” Terapi :
• Menghentikan obat-obatan
dekongestan lokal.
Keluhan : • Kombinasi antihistamin dan
• Buntu hidung saat berbaring dekongestan sistemik
• Tidur susah • Kaustik
• konkotomi
• menganggu pekerjaan
RA : mukosa oedema hiperemi dan konka nasi
hipertrofi
1. Rhinitis 2. Rhinitis
3. Rhinitis Alergi
Hiperemika Vasomotor

Obstruksi Nasi +++ ++ +

Bersin-bersin + ++ +++

Rhinorea + ++ +++
OZAENA
Rhinitis Kronika Atropikan Foetida Faktor Predisposisi :
“Radang menahun pada hidung dengan gejala berupa • Bakteri : Coccobasilus
fetor nasi, atrofi struktur bagian dalam hidung, ozaena Klebsiella ozaena
pembentukan krusta kehijauan.” • Herediter
• Malnutrisi / AvitaminosisA
Kriteria Diagnosis: • Gangguan hormonal (wanita,
• Bau busuk dari hidung, buntu hidung
umur)
• Krusta hidung kehijauan pada konka media,
anosmia/hiposmia, atrofi mukosa • Defisiensi Fe

INSIDEN : perempuan : laki →5:1


Patofisiologi:
• Terdapat endarteritis dan peri arteritis arteriole → obliterasi → atropi
mukosa konka nasi, kelenjar, saraf

TERAPI
KONSERFATIF PEMBEDAHAN
• Cuci Hidung • Menebalkan septum
• Antibiotik nasi
• Vitamin A (150.000 U – • Membesarkan konka
200.000 U) nasi
• Estrogen (estradiol in arachis oil 10.000
U/cc)
• Preparat FE
“Proses infeksi dari mukosa sinus maksilaris
SINUSITIS
kurang dari 4 minggu yang disebabkan oleh
MAKSILARIS AKUT mikroorganisme.”
Anamnesis Pemeriksaan penatalaksanaan
• Didahului oleh rhinitis Inspeksi : Pipi odem, hiperemis Terapi konservatif:
akut, sakit gigi, post RA: • Umum: istirahat, makan
ekstraksi gigi  vestibulum nasi hiperemis lunak Analgetika,
• Pilek satu sisi/bilateral  sekret (+) di meatus medius antibiotika Amoxycillin,
mukopurulen,  mukosa kavum nasi udem, hiperemis Cotrimoxazole atau
hemoragis + , bau (+) → sempit Erythromycin
• Batuk2 karena krn • RP: post nasal drip • lokal : perbaiki drainase
banyak lendir di • Palpasi fossa canina : sakit bila dengan tts hidung sol
tenggorok ditekan effedrin 1% tidur miring
MT heterolateral
• pipi kemeng / sakit
retraksi (terjadi oklusio tuba akibat udem • Terapi aktif(kl perlu)
• sefalgia di sisi sakit
mukosa) irigasi percobaan : pus /
(sore maksimal → pagi
• Px penunjang: mukopus → sekaligus
reda)
Transiluinasi: gelap di sisi yg sakit sbg terapi → lakukan
• sakit telinga sisi sakit + Ft Waters: perselubungan / cairan + tiap minggu bila sakit
hebat smp pus (-)
TERAPI

Konservatif Aktif Antibiotik

• Perbaikan dengan • Irigasi sinus (1 • Amoksisilin 3-4


drainage : kali/minggu) kali 500mg/hr PO
Ephedrin 1 % • Perawatan gigi (10-15 hari)
• Umum : Istirahat , • Doksisiklin
Analgetik 2x100mg (5 hari)
“Disebebkan karena drainage kurang baik,
SINUSITIS
sinusitis maksilaris akut yang tidak di obati,
MAKSILARIS KRONIS dan faktor gigi geraham.”
Anamnesis Pemeriksaan penatalaksanaan
• Rhinorea kronik dengan RA : • Menghilangkan faktor
sekret mukopurulen/ • Sekret + mukopus dimeatus penyebab (mencabut geraham
kekuningan medius bila dentogen)
• Sekret pada satu sisi • Konkha udem + • Irigasi sinus 1x seminggu
(tergantung anterior RP : Post nasal drip • Tetes hidung
atau posterior) Palpasi fossa canina : sakit bila • Functional Endoscopic Sinus
• Obstruksi nasi ditekan + Surgery (FESS)
• Foetor Adanya caries gigi geraham • Operasi (ekstranasal) : caldwell
• Nyeri + Pemeriksaan penunjang : luc
• Transiluminasi : gelap disisi
• Riwayat ada masalah
yang sakit
pada gigi geraham atas.
• Foto waters : perselubungan /
air-fluid level +
“Penonjolan patologis pada mukosa kavum nasi,
panjang, bertangkai tetapi bukan neoplasma, tetapi
POLIP NASI pseudo-tumor. Polip berupa massa yang lunak dan
licin, bening/pucat (translusent), kadang-kadang
berwarna kekuningan, abu-abu, atau kemerahan”

Gejala klinis : Bentuk :


• Buntu hidung, parsial/total tergantung MULTIPLE :
besar/banyaknya polip Paling sering dijumpai, sering berasal dari
• Gejala lain : akibat hidung buntu (suara cellulae ethmoidalis yang melalui ostium
kemudian keluar memenuhi kavum nasi.
bindeng, batuk, sakit kepala, hiposmia)
• Rinorea/pilek yang terus menerus, sekret SOLITER :
mukus. Biasanya berasal dari sinus maksilaris,
• Gejala ini bertambah secara lambat tetapi kemudian melalui ostium meluas ke arah
progresif. koane (choanal polyp)
Pemeriksaan

 Inspeksi : Dorsum nasi tampak melebar, hidung


gepeng, Frog- face deformity
 Rhinoskopi anterior : Tampak polip multipel/ soliter,
jenis seromucous /fibrooedematous
Caranya : masukkan kapas yg dibasahi
vasoconstrictor, sehingga konka nasi akan mengecil
karena mengandung pembuluh darah sedangkan polip
tetap tidak mengecil.
• Rinoskopi posterior : polip dapat tampak di choane
(choanal polyp)
TERAPI

Ekstraksi polip dengan local anastesi

Ethmoidectomi kalau polip berasal


dari sinus etmoidalis

Operasi Caldwell luc kalau polip berasal


dari sinus maxilaris
CORPUS ALIENUM

Non-organik :
Organik :
Plastik, kapur tulis,
Kacang, biji-bijian,
karet, kancing, mur,
kapas, kertas, lintah,
baterei kancing,
serangga, daun, dll.
manik-manik dll
Gejala :
• Pilek unilateral berbau busuk
• Disertai bercak darah pada ingusnya
• Benda asing organik ada gejala awal,
non organik = asimptomatis

Terapi :
• Ekstraksi korpus alienum
• Dengan anestesi lokal/umum (bila
tidak kooperatif)
ADENOIDITIS AKUT

“Radang akut dari adenoid pada bayi dan PEMERIKSAAN :


anak <12 tahun” RA : adenoid edem, hiperemi,
sekret (+), fenomena
palatum mole (-)
Gejala klinis:
RP : adenoid hiperemi (sulit)
Keluhan ( heteroanamnesa) : endoskopi
• Panas tinggi → konvulsi Biasanya bersamaan dengan
• buntu hidung → bayi tdk dapat tonsilitis akut
menyusu → gelisah, lapar, berat
badan menurun, disertai pilek
TERAPI : Komplikasi :

Antibiotika : Ampicillin, Ke telinga menjadi OMA ,


Amoxicillin, Amoxiclav Laringitis, Trakeitis,
Bronkopneumonia
Simtomatis : Antipiretik
ADENOIDITIS KRONIS Pemeriksaan :
RA : adenoid member,
phenomena palatum mole (-)

Gejala : RP : adenoid membesar dan


• Rinolalia oklusa (bindeng) karena koane tidak hiperemi
tertutup
• Mulut terbuka untuk bernafas (adenoid face)
• Aproseksia nasalis
• Cephalgi Terapi :
• Pilek dan batuk Adenoidektomi (ADE)
• Nafsu makan menurun Bila disertai tonsilektomi (TE) =
• Oklusi tuba sehingga pendengaran menurun adenotonsilektomi (ATE)
• Tidur ngorok
OBSTRUKSI NASI (BUNTU HIDUNG)

“Masuknya udara inspirasi melalui hidung dan


mengalami hambatan, buntu hidung terjadi akut/kronis,
total/parsial, bilateral/unilateral”

ETIOLOGI :
• Kelaiinan bawaan : atresia koane
• Radang : rhinitis akut, rhinitis alergi
• Kelainan anatomi : Deviasi septum nasi
• Adanya massa dalam rongga hidung : polip, Tumor
• Corpus alienum
AKIBAT YANG TERJADI PADA HIDUNG BUNTU

Mata Sinus Paranasalis Rongga Mulut Telinga

Terjadi hambatan • Terjadi gangguan Bila sesak maka akan Pembuntuan tuba
aliran air mata ke resonansi suara bernapas melalui mulut. eustachius.
hidung melalui kemudian timbul Air liur menguap dan Menimbulkan
duktus rinolalia klusa sehingga mukosa mulut akan gangguan drainase
nasolakrimalis oleh timbul gangguan kering. Terjadi proses dan ventilasi dari
karena terjadi pengucapan huruf NG, pembusukan sisa-sisa rongga telinga tengah
oedema sehingga NY, M,N. makanan oleh bakteri dan maka terjadi oklusi
terjadi epifora. • Terjadi gangguan mulut akan berbau tidak tuba dan timbul
ventilasi dan drainase sedap, dapat timbul infeksi kuman dan
sinus-sinus paranasal. karang gigi karena terjadinya outitis
pengendapan mineral media.
pada gigi bawah
“Tetes hidung yang
TETES HIDUNG
mengandung zat aktif yang
(GUTTAE NASALIS) bersifat vasokontriktor”

• Tujuan :
1. Menghilangkan sementarabuntu hidung (simptomatis)
2. Membuka ostium sinus paranasalis
3. Membuka tuba eusthacius
• Beberapa preparat yang digunakan dalam tetes hidung :
1. Efedrin
2. Oksimotazolin HCL
3. Xilomotazolin HCL
• Selain dalam tetes hidung, ada juga yang disediakan dalam bentuk semprot. Kadang-
kadang diberikan campuran antihistamin atau kortikosteroid.
IRIGASI SINUS MAKSILARIS

c. Pelaksanaan :
a. Alat : • Kasa steril
Streil : trokat, pinset bayonel, spekulum • Anastesi lidokain efedrin 2% di meatus
hidung, bak alat, sprotjes. inferior dan meatus medius (10 menit),
Tidak steril : semprit inj. Plastik 50-100cc, disemprotkan silokain 10% pada
bengkok, skort plastik. meatus inferior.
• Pungsi di meatus inferior, arah 30º
b. Obat : Lidokain efedrin 2 %, Lidokain
8%, silokain semprot 10% keatas pelan-pelan. Trochat disambung
dengan semprit.
IRIGASI SINUS MAKSILARIS

• Irigasi :
• Dengan air steril hangan + betadin
• Kepala pasien ditundukkan, nafas lewat mulut
• Saat di pompa (minta pasien tahan nafas)
• Pompa sapai dengan cairan jernih
• Terakhir pompa udara (Agar sisa air keluar)
• Lepas Trochat
• Tampon Steril / Sprootjes kering (untuk menghentikan perdarahan)

d. Komplikasi : False Root, Emboli udara dipipi, infiltrat.

Anda mungkin juga menyukai